(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Gerakan menuju sungai bebas sampah terus digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Melalui Festival Kali Bersih, seluruh kecamatan bergerak bersama membersihkan sungai di daerahnya masing-masing.
Menurut Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, program ini sebagai bagian dari upaya menuju pola hidup masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat, termasuk di dalamnya dengan mewujudkan sungai yang bersih.
"Ini merupakan salah satu cara
untuk turut mengubah pola hidup menjadi lebih bersih. Kita dorong dengan
berbagai cara," ungkapnya saat membuka festival di bibir Sungai Bagong,
Kelurahan Sobo, Kecamatan Banyuwangi, Jumat (18/2/2021).
Dengan terjadinya perubahan hidup
yang lebih bersih akan menimbulkan dampak yang luas. "Tidak sekadar pada
kebersihan lingkungan saja dampaknya. Dengan lingkungan yang bersih, situasi
akan nyaman. Hadir wisatawan. Lalu, muncul aktivitas ekonomi, dan
seterusnya," terang Ipuk.
Salah satu bagian yang kerap
menjadi sasaran dari pola hidup yang tidak menjaga kebersihan adalah sungai.
Oleh karena itu, menurut Ipuk, Festival Kali Bersih perlu dilakukan. Dengan
festival ini diharapkan dapat menggugah kesadaran warga sepanjang sungai untuk
terlibat menjaga kebersihannya.
"Kita harus bersama-sama
dengan masyarakat untuk menjaga sungai. Tidak mengotori sungai dengan membuang
sampah dan limbah. Atau menjadikan sungai sebagai MCK," terang Ipuk.
Festival ini merupakan gerakan
bersama antara pemerintah dengan segenap elemen masyarakat di seluruh kecamatan
di Banyuwangi. Mereka gotong royong membersihkan sungai dari sampah plastik dan
non-organik lainnya.
"Ini gerakan yang tidak
sebatas seremonial saja. Tapi, akan berjalan secara reguler, terutama dalam
mengedukasi warga," jelas Ipuk.
Kepala Dinas PU Pengairan
Banyuwangi Guntur Priambodo mengatakan, gerakan bersih-bersih sungai ini, telah
dilakukan secara reguler melalui koordinator sumberdaya air (Korsda) di
masing-masing wilayah kerjanya.
"Setiap pekan kita melakukan
bersih sungai. Dengan melibatkan seluruh Korsda dan para pengguna air di
sepanjang aliran sungai. Termasuk kelompok-kelompok tani," terang Guntur.
Sementara itu, menurut Plt Kepala
Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi Dwi Handayani, potensi sampah di Banyuwangi
masih cukup tinggi. Pada 2021, mencapai 448 ribu ton per tahun. Dari potensi
tersebut, 34 persennya berupa sampah anorganik yang didominasi plastik yang
mencapai 45 persen.
"Sebagian sampah plastik ini
dibuang ke sungai dan kemudian mencemari pantai. Inilah yang harus dihentikan.
Sebagaimana target yang ditetapkan oleh Bupati, pada 2025 telah ada pengurangan
30 persen sampah di Banyuwangi. Serta 70 persennya dapat dikelola dengan
baik," ujarnya.
Untuk penanganan sampah di Banyuwangi,
lanjut Handayani, telah dilakukan kerjasama dengan sejumlah pihak. Di antaranya
dengan non-government organitation (NGO) Systemiq Lestari Indonesia dalam
menangani sampah di sungai dan kawasan pantai di Desa Kedungrejo, Muncar.
"Program yang dimulai sejak
2018 ini, akan ditingkatkan skalanya. Insyaallah, dalam waktu dekat akan segera
dilaunching kerjasama baru yang menyasar sekitar 5 kecamatan," papar
Handayani.
Selain itu, saat ini Pemkab
Banyuwangi juga sedang menyiapkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk sampah di
Banyuwangi. "Kita sedang menyiapkan kajian dan proses administrasinya.
Tahun 2023, proses pembangunannya akan segera dimulai," pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, juga dilakukan penebaran 20 ribu benih ikan tombro secara serentak untuk perbaikan ekosistem di sungai. (Humas/kab/bwi)