Lobster hasil budidaya di keramba perairan Grand Watudodol. (Foto: Firman)
KabarBanyuwangi.co.id - Kawasan Pantai Grand Watudodol di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi kini tak hanya sebagai tempat jujugan berwisata saja. Sejak beberapa bulan terakhir, kelompok nelayan sadar wisata (pokdarwis) di kawasan ini mulai menggeluti aktivitas barunya menjadi pembudidaya lobster keramba dasar laut.
Memanfaatkan potensi alam bawah laut perairan Selat Bali, ribuan benih lobster ditebar di keramba-keramba ini untuk dibudidaya. Setiap empat bulan sekali, kini para nelayan setempat mampu memanen sedikitnya satu kwintal lobster di setiap keramba yang kualitasnya mampu menembus pasar ekspor luar negeri tujuan Vietnam, Singapura hingga China.
Ada lima jenis lobster yang dibudidaya di kawasan ini.
Mulai jenis pasir, batik, bamboo, batu, hingga jenis Mutiara. Untuk membudidaya
lobster di perairan Selat Bali ini tergolong mudah.
Para nelayan cukup menyiapkan keramba berukuran tiga kali
tiga meter yang nantinya ditenggelamkan di dasar laut sedalam 10 meter. Kondisi
perairan Selat Bali yang berarus deras menjadi tantangan, sekaligus menjadi
kelebihan tersendiri dalam membudidaya lobster di kawasan ini.
Nelayan memberi makan
lobster di dalam keramba. (Foto: Firman)
Jernihnya air laut karena derasnya arus, membuat kualitas
pertumbuhan lobster hasil budidaya keramba dasar laut ini tak kalah dengan
lobster-lobster yang dipanen dari alam.
“Budidaya lobster di sini kami mengawali karena di lautnya
sendiri memang ada lobster, sehingga kami dan teman-teman berinisiatif untuk
mencoba melakukan budidaya ini di Selat Bali. Arus di sini sangat kencang, jadi
kita gunakan metode keramba dasar laut. Budidaya ini sudah kami mulai sejak 10
bulan terakhir,” kata Abdul Azis, Ketua Kelompok Nelayan Pesona Bahari.
Meski dibudidaya di kawasan semi alami, nelayan setempat
tetap harus rutin memberi makan lobster. Per harinya, lima kilogram pakan ikan
maupun kerang laut ditebar di keramba untuk dijadikan pakan lobster di setiap
kerambanya.
Keramba siap
ditenggelamkan di dasar laut Grand Watudodol. (Foto: Firman)
Selain dibudidaya untuk diperjual belikan, beberapa
lobster-lobster hasil budidaya ini juga dilepasliarkan kembali ke dasar laut,
agar ekosistem lobster di perairan Selat Bali tetap terjaga dan terbebas dari
kepunahan.
“Kualitas atau mutu dari lobster hasil budidaya ini sama
dengan tangkapan alam. Kita memang jualnya ke pengepul, tapi oleh pengepul
langsung di ekspor ke Vietnam, Singapura hingga China. Setiap empat bulan sekali
kita panen, sekali panen kalau hasilnya bagus bisa 1 kwintal lebih lobster yang
kami panen,” tambah Abdul Azis.
Tak hanya mampu membantu perekonomian nelayan setempat di
tengah terpuruknya sektor pariwisata saat pandemi. Adanya budidaya lobster
keramba dasar laut, juga bisa menjadi sarana edukasi bagi nelayan lain maupun
para wisatawan yang datang di kawasan ini.
Setiap empat bulan
sekali nelayan panen lobster keramba dasar laut. (Foto: Firman)
Sambil diving maupun snorkeling, para wisatawan yang
datang di Pantai Grand Watudodol kini tak hanya disuguhi oleh keindahan terumbu
karangnya saja.
Tapi kini mereka bisa melihat langsung lobster-lobster
hasil budidaya yang tumbuh subur di keramba-keramba yang ada di dasar laut.
“Ini kita mengawali di saat pandemi kemarin, di saat
parisiwata kurang menggeliat, kami dan kelompok sepakat untuk mencoba
membudidaya lobster ini sebagai penghasilan tambahan. Dan alhamdulillah
sekarang bisa kami kolaborasikan antara budidaya dan pariwisata ini,”
pungkasnya. (man)