Menggunakan kendaraan bak terbuka, Cabup nomor 2 Gus Makki sopiri belasan yang akan melakukan observasi menuju Kampung Soponyono. (Foto: Muh. Ali Wafa)
KabarBanyuwangi.co.id – Calon Bupati (Cabup) Banyuwangi nomor urut 2, KH Ali Makki Zaini atau Gus Makki bersama 12 aktivis mahasiswa melakukan observasi di Kampung Soponyono RT 27 RW 05, Dusun Gladak Kembar, Desa Purwoagung, Kecamatan Tegaldlimo untuk menemuai masyarakat setempat beberapa waktu lalu.
Purnomo (60) salah seorang tokoh masyarakat setempat sangat mengharapkan adanya perbaikan jalan. Sebab, sudah 2 kali pergantian kepala desa dan 3 kali kepemimpinan bupati, hingga hari ini tidak pernah tersentuh pembangunan.
"Terakhir jalan utama ke kampung kami di aspal
jamannya Bu Ratna dan sampai sekarang belum pernah ada lagi," kata Purnomo,
menjawab wawancara aktivis mahasiswa, Selasa (1/10/2024) lalu.
Purnomo menmabhakan, mayoritas masyarakat menggeluti usaha
pertanian dan sebagaian kecil menjadi nelayan. "Di kampung sini banyak
yang petani. Jadi kalau ditanya yang dibutuhkan apa pertama itu irigasi, pupuk
juga iya," ujar Pak Pur sapaan warga setempat.
Akses utama menuju kampung ini melewati wilayah perkebunan
dan persawahan kondisi jalannya rusak, sebagian jalan berkontur tanah bebatuan,
dengan panjang sekitar 3-6 kilometer.
“Menjadi kendala bagi masyarakat yang hendak ke sawah,
sekolah, pasar, kantor desa hingga fasilitas kesehatan,” jelasnya.
Warga lainnya, Boiman (61) menceritakan pengalamannya yang
pernah dialami 7 tahun lalu. Anak perempuannya pernah melahirkan di dalam mobil
sebelum sampai ke RSU Bhakti Mulia atau biasa disebut MMC Muncar. "Dari
sini kan jauh kalau ke MMC Muncar," katanya.
Sementara itu, salah seorang pemuda, Hermawan menyatakan,
pendidikan terakhir anak-anak di Kampung Soponyono kebanyakan hanya tamatan
SMP.
Sebab, kalau harus melanjutkan ke jenjang SMA jarak
tempuhnya cukup jauh, ditambah dengan kondisi jalan yang rusak parah. "Kalau
musim hujan ya rata-rata meliburkan diri, mbolos lah. Sekolahnya kan jauh dan
jalannya seperti itu," sebutnya.
Selanjutnya 12 aktivis mahasiswa yang berasal dari Uniba,
STIB dan UBI, Poltek serta Untag Banyuwangi bersama Cabup Gus Makki melakukan
observasi ke titik lain untuk menyerap aspirasi sekaligus mohon doa restu
kepada tokoh setempat.
Sejumlah warga di RT 28 juga menyimpan keluhan lainnya selain
infrastruktur jalan dan masalah pertanian, yakni kebutuhan dasar manusia atas
air bersih layak konsumsi. Karena untuk keperluan cuci mandi, warga menggunakan
air sumur yang rasanya payau dan sedikit asin.
Khusus untuk kebutuhan air minum, warga setempat
mengkonsumsi air galon, seharga 5 ribu rupiah. "Untuk minum beli air
galon, seharga Rp5 ribu cukup 2-3 hari. Kalau pas panas (terik) 3 hari bisa 2
galon," kata Kariadi.
Menanggapi hal itu, Gus Makki merasa tergugah untuk dapat
berbuat lebih banyak kepada warga yang selama ini belum terlayani.
“Jadi teman-teman mahasiswa, sudah tahu sendiri kalau di
kampung ini ternyata hanya ada 1 mahasiswa. Tadi juga diceritakan bagaimana
upaya yang dilakukan untuk sekadar usul melalui musrenbangdes, tapi njenengan
semua sudah mendengar langsung,” terangnya.
Perwakilan aktivis, Dika Vinda Mustika dari Universitas
PGRI Banyuwangi (Uniba) mengatakan, selama ini yang diketahuinya ketika
mendengar nama kota di ujung timur Pulau Jawa ini adalah dunia pariwisatanya.
Namun, setelah kami melakukan observasi dan wawancara
langsung, bahwa masih ada daerah terpencil yang jauh dari segi pemenuhan
kebutuhan dasar warga negara dari pemerintah.
“Yang kita pantau tadi tentang pendidikan, dari sini kita
tahu bahwa daerah terpencil ini seperti dilalaikan oleh pemerintah. Selama ini
yang kita tahu tentang wisata-wisata-wisata,” cetusnya.
Kedepan, sebagai mahasiswa ia berharap, agar pemerataan
pembangunan dan pendidikan mendapat perhatian secara khusus, utamanya di daerah
pinggiran.
“Seharusnya pemerintah mampu mengantisipasi “ketimpangan”
ini dan melakukan monitoring agar pemerataan itu terjadi. Kita tahu pemerintah
itu punya perangkat seperti itu,” ujar aktivis Prodi Bimbingan dan Konseling
ini.
Sebelumnya, Cabup Banyuwangi yang berpasangan dengan Ali
Ruchi ini menyatakan, tidak ada paksaan kepada para aktivis mahasiswa yang ikut
meninjau Kampung Soponyono untuk memilihnya.
“Tujuan kami mengajak para mahasiswa agar mengetahui apa
yang dialami masyarakat di Soponyono ini,” jelas Gus Makki.
“Saya tegaskan, tidak ada unsur bahwa dalam kegiatan ini harus memilih saya, karena kami percaya mereka adalah kelompok yang merdeka dan dapat menentukan mana pilihannya dengan pikiran yang jernih,” pungkasnya. (red)