SPBU Curahketangi, Setail, Genteng, Banyuwangi diserbu warga Jember. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), khususnya jenis pertalite, melanda wilayah Jember dan sekitarnya usai penutupan total Jalur Gumitir.
Kondisi ini memaksa warga setempat “menggeruduk” SPBU di wilayah Banyuwangi demi mendapatkan pasokan bahan bakar.
Sejumlah warga Jember nekat menempuh medan ekstrem demi
mendapatkan BBM. Seperti yang dialami M. Ridho (39), warga Pakusari, Jember.
Ia harus menempuh perjalanan berjam-jam melewati jalur
alternatif yang sempit, licin, dan berlubang menuju SPBU Curahketangi,
Kecamatan Genteng, Banyuwangi, Rabu (30/7/2025).
“Taruhannya nyawa, Mas. Tadi saya hampir jatuh,
pengendara lain malah tergelincir karena hindari lubang,” ungkapnya.
Ridho mengaku, pertalite sudah langka di Jember dalam
beberapa hari terakhir. Kalaupun tersedia di pengecer, harganya tembus hingga
Rp20 ribu per liter.
Kondisi serupa disampaikan Ahmad (40), warga Mayang. Ia
menyebut harga BBM eceran di wilayahnya bahkan sempat menyentuh Rp25 ribu per
liter. “Mau bagaimana lagi, motor harus
jalan,” katanya pasrah.
Penutupan Jalur Gumitir sejak Kamis (24/72025) lalu
disebut jadi biang keladi. Proyek perbaikan dan penguatan tebing di jalur utama
Jember-Banyuwangi ini membuat distribusi logistik, termasuk BBM terganggu.
SPBU Curahketangi yang biasanya ramai kendaraan besar
dari Jember, kini justru sepi. Penjualan solar di SPBU itu anjlok drastis dari
15 ribu liter per hari menjadi hanya 3.000 liter.
“Kami justru sekarang banyak dikunjungi pembeli pertalite
dari Jember. Mereka datang bawa motor besar, beli full tank, kemungkinan dijual
lagi di sana,” ujar Ismail (65), pengawas SPBU.
Pantauan di lapangan, antrean panjang terlihat di SPBU
Glenmore dan Kalibaru. Mayoritas pembeli berasal dari Jember yang rela menempuh
puluhan kilometer demi setetes bensin yang kini jadi barang langka. (man)