Tradisi Puter Kayun jadi puncak acara gelaran Boyolangu Culture Festival. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Gelaran Boyolangu Culture Festival 2025 di Kelurahan Boyolangu,
Kecamatan Giri, Banyuwangi, sukses berlangsung meriah. Rangkaian acara yang
menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi adat Puter Kayun ini sukses memukau
masyarakat dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal
Festival yang berlangsung sejak 7 hingga 10 Syawal (6-9
April 2025) ini menyuguhkan perpaduan apik antara pelestarian budaya,
pemberdayaan UMKM, dan sukacita perayaan Syawal.
Rangkaian acara dibuka dengan khidmat melalui kegiatan
Khotmil Qur’an pada 7 Syawal, diikuti dengan ziarah (nyekar) oleh tokoh adat ke
petilasan Buyut Jaksa, leluhur yang dihormati masyarakat Boyolangu.
Malam harinya, panggung festival diisi dengan beragam
pementasan seni budaya yang memanjakan mata pengunjung. Kemeriahan semakin
terasa pada 8 Syawal dengan hadirnya pertunjukan seni Barong Banyuwangi yang
ikonik. Namun, sorotan pada hari itu adalah tradisi Kebo-keboan Boyolangu yang
kembali memukau.
Sejak diperkirakan muncul pada tahun 1950-an, tradisi ini
selalu dinanti warga Boyolangu. Berbagai kalangan masyarakat antusias menyaksikan
prosesi unik di mana sejumlah peserta berdandan menyerupai kerbau, lengkap
dengan alat pembajak sawah, dan beraksi layaknya hewan ternak di tengah riuhnya
warga.
Arak-arakan Kebo-keboan dalam rangkaian
Boyolangu Culture Festival berlangsung meriah. (Foto: Istimewa)
Pembukaan Kebo-keboan tahun ini terasa istimewa dengan
teatrikal "Ngedusi Kebo" yang diperankan apik oleh Jessica Meidyas
Putri, 5th Miss Grand Tourism 2024, beradu akting dengan Ki Pramu. Tradisi ini
bukan hanya tontonan menarik, tetapi juga wujud syukur atas hasil panen dan
penghormatan terhadap alam serta kehidupan agraris.
Yang menarik, arak-arakan Kebo-Keboan diwarnai dengan
perang air antar warga yang menambah keseruan sekaligus menjadi simbol
mengenang jasa leluhur pembuka lahan pertanian. Dua pemeran Kebo-keboan bahkan
terlihat bersemangat dan kegirangan saat terkena siraman air.
Di setiap persimpangan, mereka berhenti dan berputar,
menggambarkan aktivitas membajak sawah. Tahun ini, "Kebo Cilik" yang
diperankan anak-anak juga turut memeriahkan acara. Iring-iringan Kebo-Keboan
juga dimeriahkan dengan kesenian tradisional lainnya seperti Barong Using,
Pithik-pithikan, Jaranan, dan Kuntulan.
Ragam atraksi budaya khas Banyuwangi turut meriahkan Boyolangu
Culture Festival. (Foto: Firman)
Plt Kepala Disbudpar Banyuwangi, Taufik Rohman,
mengapresiasi pelestarian tradisi ini sebagai kekayaan budaya yang memperkuat
nilai kebersamaan. "Tradisi tahunan yang diselenggarakan secara swadaya oleh
masyarakat ini juga menjadi ajang silaturahmi antar warga sebelum kembali
beraktivitas setelah menikmati libur Lebaran Idul Fitri," ungkapnya.
Selain pertunjukan budaya, Boyolangu Culture Festival 2025
juga menghadirkan Bazar UMKM lokal yang berlangsung selama tiga hari, dari 6
hingga 8 April 2025. Berbagai produk kuliner UMKM berjajar di depan panggung
utama, menarik perhatian pengunjung dan memberikan keuntungan bagi para pelaku
usaha mikro.
Salah satu pelapak, Danny Bastyan Pinayungan, mengaku pendapatannya
meningkat signifikan selama festival. "Kami berharap kegiatan serupa terus
diadakan karena sangat membantu UMKM seperti kami," ujarnya.
Geliat ekonomi lokal dalam rangkaian Boyolangu
Culture Festival. (Foto: Istimewa)
Ketua Panitia Boyolangu Culture Festival 2025, Riskyal
Alfani, mengungkapkan bahwa total omzet dari 10 pedagang UMKM mencapai Rp25
juta selama bazar berlangsung. "Ramainya bazar tak lepas dari antusiasme
masyarakat terhadap beragam acara budaya yang disuguhkan," jelasnya.
Puncak kemeriahan festival terjadi pada 9 Syawal dengan
penampilan kesenian jaranan yang memikat, dilanjutkan dengan pawai Kebo-Keboan.
Puncak ceremonial Puter Kayun sendiri digelar pada 10 Syawal, ditandai dengan
pelepasan simbolis prosesi pecah kendi.
Tradisi Puter Kayun ini menjadi ritual wajib tahunan bagi
warga Boyolangu yang dilaksanakan setiap 10 Syawal di Pantai Watudodol.
Alfani menyampaikan apresiasinya atas partisipasi aktif
masyarakat dalam melestarikan tradisi ini. "Kami bangga dengan masyarakat
Kelurahan Boyolangu yang telah memberikan dukungan. Kami harap tradisi ini
masih terus dilestarikan," tutupnya. (anj/man)