Jalur Gumitir, penghubung utama Banyuwangi-Jember. (Foto: Dok/Wikipedia)
KabarBanyuwangi.co.id – Jalur penghubung utama antara Banyuwangi dan Jember ini rencananya akan ditutup penuh mulai 24 Juli hingga 24 September 2025 untuk keperluan proyek perbaikan jalan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali.
Penutupan ini menuai sorotan karena dinilai berpotensi menimbulkan gangguan ekonomi dan logistik antarwilayah. Pemkab Banyuwangi mengusulkan skema buka-tutup jalan sebagai solusi alternatif atas rencana penutupan total Jalur Gumitir selama dua bulan ke depan.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Banyuwangi, I Komang
Sudira Atmaja, menyampaikan bahwa penutupan total dapat berdampak langsung pada
distribusi kebutuhan pokok, termasuk BBM, dari Banyuwangi menuju wilayah Jember
dan sekitarnya.
“Jika jalur ditutup total, maka kendaraan harus memutar
jauh lewat Bondowoso atau Situbondo. Ini jelas menaikkan ongkos distribusi
barang dan bisa memicu kenaikan harga kebutuhan pokok,” ujar Komang, Sabtu
(28/6/2025).
Komang menjelaskan, jalur alternatif via Bondowoso
memiliki jembatan dengan batas tonase maksimal 15 ton, sedangkan truk tangki
BBM Pertamina umumnya membawa muatan di atas batas tersebut.
“Truk-truk Pertamina tidak bisa lewat sana. Kalau harus
lewat Probolinggo, itu terlalu jauh dan tidak efisien. Skema buka-tutup
diharapkan bisa menjadi jalan tengah agar proyek tetap berjalan namun akses
kendaraan tidak sepenuhnya terputus,” tegasnya.
Sementara itu, perwakilan BBPJN, Satiya Wardana, dari PPK
1.4 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Jawa Timur, menjelaskan bahwa
penutupan dilakukan karena sifat pekerjaan yang berisiko tinggi.
“Pekerjaan ini mencakup penguatan lereng bawah dengan metode
bored pile di 55 titik sepanjang 115 meter dan perbaikan geometri jalan. Alat
berat yang digunakan membutuhkan ruang gerak yang luas,” jelas Satiya.
Satiya menambahkan, Jalur Gumitir merupakan kawasan rawan
longsor, terlebih dengan intensitas hujan yang masih cukup tinggi belakangan
ini. “Dengan kondisi jalan yang sempit, tidak memungkinkan alat berat bekerja
bersamaan dengan lalu lintas umum. Ini murni soal keselamatan,” urainya.
Hingga saat ini ungkap Komang, rencana penutupan total
masih dalam tahap pembahasan bersama pihak Kepolisian dan BBPJN. Pemkab
Banyuwangi berharap ada kompromi yang bisa ditempuh agar tidak sampai menutup
akses sepenuhnya.
“Rapat koordinasi awal sudah dilakukan pada 24 Juni 2025,
dan dalam waktu dekat akan digelar pertemuan lanjutan dengan Polda Jatim dan
instansi terkait,” ungkapnya.
Dishub Banyuwangi bersama kepolisian juga tengah
menyiapkan skema pengalihan arus dan pemasangan rambu-rambu serta sosialisasi
kepada masyarakat jika memang penutupan tetap dilakukan.
Menyikapi rencana ini, masyarakat, terutama para sopir
dan pelaku logistik, diimbau untuk mulai mengantisipasi kemungkinan penutupan
jalur dan menyiapkan rute alternatif. “Keselamatan memang penting, tapi dampak
sosial dan ekonomi juga harus diperhatikan. Kita berharap ada solusi,” pungkas
Komang. (man)