Debat publik kedua Pilkada Banyuwangi, 2024. (Foto: tangkapan layar)
KabarBanyuwangi.co.id – Dalam debat Pemilihan Bupati Banyuwangi 2024, kerberhasilan seorang kandidat tidak hanya diukur dari sebuah program kerja, tetapi juga dari kemampuan mereka menangani isu menyelesaikan persoalan daerah dan meningkatkan pelayanan masyarakat.
Debat kedua ini menunjukkan kemampuan, strategi dan visi kandidat untuk masa depan Banyuwangi pada 5 tahun yang mendatang.
Selain itu, debat ini bagian cara untuk menentukan
pendidikan politik, terutama dari penampilan Ipuk/Mujiono yang selalu
menonjolkan hasil kinerja selama menjadi Bupati 3,5 tahun menjabat, dan Gus
Makki/Ali Ruchi yang penampilan menyerang dengan isu-isu krusial dan kosisten
menyerukan perubahan.
Debat
terasa Ambyar: Para Paslon Tidak Menjawab Subtansi Debat
Mungkin, debat ini sangat asyik terutama bagi para kedua
pendukung pasangan calon Bupati. Tetapi, disisi lain pelaksanaan debat ini
kurang greget, dan jauh dari ekpektasi banyak pihak, yang diharapkan menjadi
arena tarung argumentasi berbasis data dan solusi, dan debat pada malam ini
justru terjebak dalam pusaran retorika kosong.
Para Paslon, sering menghindari pertanyaan utama dari
panelis, menggantinya dengan narasi panjang lebar yang lebih menyurapai
kampanye monolog, daripada dialog kritis, sehingga solusi yang diharapkan
masyarakat hanya sebatas kalimat-kalimat normatif yang terasa klise dan
mengambang.
Pada debat kali ini, polanya hampir sama dengan debat
yang pertama: Petahana melakukan dengan strategi bertahan, dan penantang dengan
strateginya menyerang.
Hal yang membuat terkesan suasana debat terasa ambyar, di
dalam debat pada malam itu, dari masing-masing kontestan berusaha untuk
menyenangkan hati pendukung-nya, sehingga tidak menjawab pada ide-ide
substatatif dan renspons metodis terhadap pertanyaan yang diajukan.
Ketika moderator membuka pendalaman visi/misi tentang penyelesaian
maslah daerah, berharap mendapatkan jawaban yang tajam. Namun, baik paslon 01
maupun pasangan 02 tidak memberikan pertunjukan debat yang berbobot.
Beberapa pertanyaan panelis yang diajukan, terkesan dari
kedua pasangan calon Bupati/Wakil Bupati sengaja mengalihkan ke topik lain yang
tidak relevan, sehingga substansi debat hilang. Pengalihan topik ini disebabkan
oleh kurangnya pemahaman terhadap isu utama atau upaya menghindari pertanyaan
yang sulit.
Misalnya: panelis menayakan indeks Gini Ratio yang
digunakan untuk mengukur kesenjangan pembagian pendepatan relative antar
penduduk suatu wilayah.
Para kandidat baik Ipuk/Mujiono, maupun Gus Makki/Ali
Ruchi memberikan jawaban normatif, tidak memberikan elaborasi dan upaya
strategis atau cara yang dapat mengatasi persoalan ini.
Paslon 01 hanya memberikan gambaran tentang hasil
kinerjanya selama ini, dengan beberapa program kerja andalannya, yaitu: Bunga
Desa dan yang terbaru, Laju Desa. Namun, belum ada solusi yang terbarukan
mengatasi ketimpangan dengan area wilayah Banyuwangi yang cukup luas.
Sedangkan, dalil paslon 02 hanya membantah dengan data
statistik yang tidak sesuai apa yang ditemukan di lapangan, tetapi patut
disayangkan juga, seharus paslon 02 memberikan antitesanya, berupa: solusi kongkretnya,
melalui program kerja atau kebijakan strategis, jika nantinya paslon 02
dipercaya menjadi seorang Bupati/Wakil Bupati periode 2025 – 2030.
Underperfom-nya
Ipuk/Mujiono direspons dengan Strategi Kick and Run
Salah peryataan Cawabub Mujiono mengatakan bahwa
pemerintahan yang dia jalankan selama 15 tahun, dinilai bagi sebagian pengamat
merupakan blunder yang memberikan kesan negative, terutama ikhwal persepsi
masyarakat tentang dinasti yang dibangun oleh trah Bupati Abdullah Azwar Anas
periode 2010 – 2020 yang dilanjutkan isterinya: Ipuk Festiandani Azwar Anas.
Dua debat terakhir, menunjukkan kurangnya gregetnya
penampilannya pasangan 01. Padahal ia telah menjadi Bupati Banyuwangi,
hampir kurang 3,5 tahun.
Tema yang dikuasai-pun di dalam debat, merupakan
pekerjaan sehari-hari. Tapi, celakanya terkesan dalam penampilan terkesan
melaporkan hasil kinerja, tanpa diimbangi elaborasi strategi dan taktis yang
dilakukan dalam 5 tahun yang akan mendatang.
Dalam paparannya, baik Ipuk Festiandani ataupun Mujiono
terlihat kalem, dan mempaparkan hasil capaian berdasarkan angka yang telah
dicapai selama ini. Ia membanggakan JLS ataupun Tol Probowangi, meskipun klaim
tersebut merupakan program dari pemerintah nasional yang dapat mempercepat
pertumbuhan nasional.
Tagline yang diusung lanjutkan dan tuntaskan, bukan saja
sekedar jargon tetapi perlu pendekatan yang kongkret dalam menyelesaikan
masalah.
Perdebatan semalam menjadi pembuktian apa yang selama ini
dikerjakan oleh pemerintahan Ipuk Festiandani, namun tidak ada inovasi yang
baru dalam uraian yang disampaikan isteri dari Bupati Banyuwangi Periode 2010 –
2020 itu.
Padahal patut dipahami, ketika petahana untuk maju di
periode yang kedua tentunya banyak catatan dan evaluasi, terkait program kerja
yang dilaksanakan selama ia menjabat yang dirasakan oleh masyarakat, hal ini
perlunya paradigma baru di dalam menjalankan pemerintah 5 tahun mendatang, disamping
itu, dengan beban tantangan dan isu sosial di Banyuwangi yang berbeda, di
setiap tahunnya.
Pendekatan yang digunakan paslon 01, cenderung
membanggakan dari beberapa penghargaan yang diberikan pemerintah kabupaten
Banyuwangi dari pemerintah pusat, tanpa memberikan penjelasan yang kongkret
tentang penyelesaian isu mendasar di masyarakat.
Hal ini penting, karena ditunggu oleh masyarakat yang
selalu merasakan dibawah, terutama kebutuhan mendasar, seperti: harga sembako
hingga kelangkaan pupuk bagi petani.
Pada sisi lain, pelaksanaan debat semalam, paslon 01
berusaha untuk menerapkan strategi Kick and Run. Strategi ini umumnya bertujuan
untuk mengalihkan perhatian publik dengan jawaban atau kritik yang tajam, namun
tanpa terlalu terperangkap dalam detail atau diskusi panjang yang mungkin
merugikan.
Dalam konteks debat, paslon 01 berusaha menunjukkan
keunggulan atau ketajamaan dalam berargumentasi dengan melontarkan pertanyaan
atau kritik kepada paslon lain, lalu “lari” atau beralih ke topik berikutnya
tanpa memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang solusi mereka terhadap
isu yang sedang dibahas.
Beberapa elaborasi dari panelis hingga pertanyaan terbuka
antar paslon menujukkan paslon 01 tidak memberikan penjelasan secara kongkret
tentang data aktual yang terjadi, sehingga kerangka argumentasi yang dibangun
kurang dari subtansi pertanyaan.
Misalnya, dari inovasi pariwisata hingga sistem
keterbukaan informasi berbasis elektonik. Terkait isu demikian, pasangan calon
01 akan lebih baik, mempaparkan apa yang menjadi realita hari ini, kemudian
dijawab dengan strategi yang dilakukan kedepan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pelayananan. Namun penjelasan dari paparan paslon yang
diusung oleh 16 partai politik terkesan mentah dan normatif.
Selanjutnya, dua topik yang seharus menjawab dengan
kongkret, tentang isu tidak adanya kantor pemerintahan Kecamatan Blimbingsari
dan hilangnya daerah desa Pakel dari peta tata ruang di Kecamatan.
Kedua isu ini bersifat sensentif dan menyerang secara
ofensif yang dilakukan oleh paslon 02, namun patut disayangkan, seharusnya
paslon 01 yang mempaparkan data yang sesuai, dan langkah penyelesaian
secara kongkret. Hal demikian, belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dari
pasangan 01.
Gus
Makki - Ali Ruchi Menyerang Total dan Konsisten Menyerukan Perubahan
Penampilan Gus Makki- Ali Ruchi sebagai penantang yang
menunjukkan sikap perlawanan, terlihat dari awal, hingga akhir debat Pilkada
Banyuwangi, pasangan nomer urut 02 yang diusung oleh PKB memilih untuk menyerang
total kepada kubu petahana.
Hal ini diperlukan, terutama meyakinkan kepada pemilih
yang mengambang, bahwa pasangan ini layak diberikan kesempatan untuk memimpin
Banyuwangi pada 5 tahun mendatang.
Gus Makki dan pasangan Ali Ruchi tampil menggebrak sejak
menit awal, ia mempaparkan tentang Sustainable Development Goal (SDGs), mantan
ketua PCNU periode 2018 – 2023 itu memberikan penjelasan di akhir pernyataan
yang menyinggung “No One Left Behind” yang berarti tak ada satupun atau
terpinggirkan.
Pandangan paradigma teoritis, tentunya baik dan mendasar
tentu tema debat ini seputar penyelesaian masalah daerah, pendekatan ini
menjadi popular terlebih hal ini merupakan konsensus global, hal itu
sebagaimana Gus Makki mengatakan ingin melibatkan Pembangunan dari kelompok
Perempuan, lansia hingga disabilitas sebagai subjek Pembangunan.
Gus Makki – Ali Ruchi memberikan data faktual yang mereka
temukan di lapangan, sebagai landasan untuk menjawab antitesa dari data-data
angka dari paslon 01. Hal ini menunjukkan bahwa 02 ingin menunjukkan bahwa
masih banyak masalah klasik yang ditemukan di lapangan yang mendasar, dan
memang kurang mendapatkan atensi dari petahana.
Dalam debat semalam, memacarkan sikap yang tenang, taktis
dan efisien. Meskipun, diawal debat, tensi emosional terlihat di beberapa
segmen, misalnya: mengomentari perihal 15 tahun yang keluar dari petahanan,
kemudian dijawab langsung oleh Gus Makki dengan nada pelan, namun sedikit
reaksioner menanggapi komentar dari paslon 01.
Hal ini kekurangan yang mendasar, ketika pasangan 02
terus aktif menyerang tanpa tidak dimbangi beberapa solusi yang kongkret,
padahal jika dijawab dengan promblematik tentang ketimpangan ekonomi, isu
pariwisata, sistem keterbukaan informasi, dengan disertai dengan penjelasan
yang mendasar, maka akan sangat baik dengan elaborasi data-data yang terukur.
Tagline yang diusung, Banyuwangi Hebat dan Rakyat
Bahagia. Jargon yang setidaknya menjadi cara Gus Makki dan Ali Ruchi untuk
mewakili beberapa persoalan di grassroot, dan menandakan pasangan 02 konsisten
menyerukan perubahan di Banyuwangi, dengan membawa sejumlah isu publik yang
terjadi di Kabupaten Banyuwangi, selama kurang 3,5 tahun ini.
Perdebatan ini, secara umum bagaimana data yang disampaikan
01 secara kuantitatif secara umum terukur, kemudian dijawab secara kualitatif
oleh pasangan 02, yang mencontohkan bahwa antara data dengan realita tidak
sesuai yang dirasakan di masyarakat.
Tentu sebetulnya debat semalam memang menjadi menarik,
ketika isu yang dilontarkan di ruang publik dielaborasi dengan respons metodis.
Misalnya, berkali Gus Makki berbicara tentang UMKM Naik Kelas, ia tidak kunjung
berbicara tentang program tandingan yang kongkret, namun berdalih soal
pemberian akses modal, dan berupa akses pemasaran.
Ataupun, soal kerangka kerja strategi di bidang inovasi
peningkatan kunjungan wisatawan. Jawaban, pasangan 02 masih terjebak di dalam
kasus kasuistik yang mereka temukan di lapangan, namun jika secara lugas Gus
Makki maupun Ali Ruchi memberikan counter narasi yang konkret, maka perdebatan
jauh hidup dan menarik untuk disimak.
Sedangkan jawaban, ketika pertanyaan terbuka yang
dilontarkan pasangan 01, setidaknya lawan ingin memberikan pernyataan sukar
atau istilah, yang niatnya ingin menjebak pasangan 02, seperti istilah ekonomi
sirkuler, dan Perpres SPBE. Meskipun dijawab secara lugas oleh paslon 02, baik
antara jawaban dan pertanyaan kurang subtantif.
Misalnya, soal ekonomi Sirkuler di Banyuwangi. Paslon 01
ingin menunjukkan bukti bahwa telah dibangun tempat pengelolahan terpadu Sampah
di Balak, namun disisi lain juga pasangan 02 mengkritik balik, dengan program
kerja yang disampaikan oleh paslon 01 tidak berjalan efektif, pasangan 02
menemukan masih banyak promblematika sampah yang ditemukan dihampir setiap desa
maupun kecamatan.
Sehingga, jika pertanyaan jebakan itu dapat dielaborasi
dengan berbagai program kerja yang disampaikan, maka akan jauh menarik
perdebatannya. Misalnya: dielaborasi dengan peningkatan bank sampah di
masing-masing RT/RW.
Kesimpulannya, debat pada pilbub ini bukan dapat diukur
menang ataupun kalah, tetapi debat ini merupakan cara mengadu visi untuk
Banyuwangi dalam 5 tahun yang mendatang.
Debat ini juga memberikan gambaran sekilas tentang
kepeminpinan, pembuatan kebijakan, dan pendekatan kebijakan di dalam
menyelesaikan permasalahan isu publik di Banyuwangi.
Pada debat ini menyoroti kemampuan para kandidat (atau
kurangnya kemampuan mereka) untuk menggunakan data secara kritis. Keenganan
Ipuk-Mujiono untuk melawan dengan elaborasi metodis dengan strategis untuk
5 tahun yang mendatang.
Ipuk-Mujiono terkesan bertahan dengan pendekatan Kick And
Run dalam debat semalam, sebaliknya, Gus Makki- Ali Ruchi menggunakan cara
berbeda, Pendekatan lebih agresif, menggunakan data yang ditemukan di lapangan
untuk memperkuat posisi menyerukan perubahan, meskipun masih kurangnya kerangka
argumentasi yang dibangun.
Walhasil, debat menyediakan platform penting bagi para
kandidat untuk mengartikulasikan para pemilih, setidaknya untuk mengevaluasi
mereka terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat Banyuwangi.
Arah yang akan diambil di tahun mendatang akan sangat
dipengaruhi oleh hasil proses pemilu ini, sehingga wawasan debat ini akan
semakin berharga bagi para pemilih. (Athoilah Aly Najamuddin)