(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani takziyah ke rumah duka Bintang Balqis Maulana (14), di Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Selasa (27/2/2024).
Bintang merupakan santri yang meninggal dunia diduga akibat dianiaya saat menuntut ilmu di salah satu pondok pesantren di Kediri.
Di rumah duka, Ipuk ditemui oleh
ibu dan ayah korban, Suyanti dan Rustam. Selain menyampaikan duka cita, Ipuk
juga akan menjembatani komunikasi kasus ini antar pemerintah daerah.
"Kami akan membantu komunikasi
dengan pemerintah daerah Kediri. Mulai dari dinas sosial, dinas pendidikan, dan
kantor kemenag Banyuwangi, sudah saling berhubungan dengan instansi di
sana," kata Ipuk.
Komunikasi itu menurut Ipuk, untuk
memastikan korban dan keluarganya mendapat keadilan. Keluarga juga bisa
mendapat informasi yang valid soal penyebab kematian Bintang.
Ipuk berharap, keluarga korban
tabah dan bersabar atas musibah yang dialaminya. Ia turut menguatkan keluarga
tersebut agar selalu tabah.
"Kami berharap pihak keluarga
kuat dan tabah. Pesan mereka agar proses hukum tetap bisa dijalankan. Karena
perasaan seorang ibu, ada rasa ketidakadilan atas kasus yang dialami
putranya," tambah Ipuk.
Lebih jauh Ipuk berpesan agar kasus
penganiayaan dan bullying yang dialami Bintang dapat menjadi pelajaran bersama.
Seluruh pihak bisa lebih peduli dengan lingkungan sekitar.
"Kita semua harus lebih aware
terhadap bullying yang masih marak di lingkungan pendidikan dan masyarakat.
Kami juga berharap orang tua lebih perhatian terhadap pertemanan dan perilaku
anak-anaknya," pinta Ipuk.
Harapan yang sama juga disampaikan
kepada lembaga pendidikan, termasuk pondok pesantren. Ia meminta seluruh pondok
pesantren, terutama yang berada di Banyuwangi, untuk lebih peduli terhadap para
santri.
"Kami juga terus berupaya agar
di Banyuwangi semua lembaga pendidikan negeri dan swasta tidak lelah untuk
menghapuskan bullying. Jangan sampai kasus seperti ini terjadi di Banyuwangi,"
sambungnya.
Sementara ibu Bintang, Suyanti,
menjelaskan anaknya dipulangkan dari pondok pesantren dalam kondisi meninggal
dunia pada Sabtu lalu. Sehari sebelumnya, pihak pondok pesantren mengabarkan
bahwa Bintang meninggal karena jatuh dari kamar mandi.
Namun saat jenazah Bintang tiba di
rumah, banyak kejanggalan yang keluarga temukan. Salah satunya, kondisi tubuh
Bintang yang penuh luka dan berdarah.
Keluarga menyayangkan sikap pondok
pesantren yang tidak proaktif memberi informasi soal kematian Bintang.
"Itu yang saya sayangkan. Saya
menunggu inisiatif dari pondok untuk meminta maaf atau berduka cita. Tapi tidak
ada," katanya.
Suyanti mengaku telah mengikhlaskan
kepergian Bintang. Namun, keluarga ingin mendapat informasi utuh soal kronologi
dan penyebab kematiannya.
"Kenapa kok bisa kejadian
begitu. Anak saya salah apa? Saya minta doanya agar kebenaran bisa
terungkap," tambah dia.
Sekadar informasi, kasus penganiayaan tersebut telah ditangani oleh Polres Kediri Kota. Polisi telah menetapkan empat tersangka atas kematian Bintang. Para tersangka merupakan rekan sesama santri di tempat Bintang menuntut ilmu. (humas/kab/bwi)