Genarasi Muda dan tua Angklung Sekar Wanggi latihan bersama. (Foto: Adlin Mustika Alam)
KabarBanyuwangi.co.id - Kevakuman cukup lama kegiatan Kelompok Angklung Caruk tidak hanya dialami Sekar Tanjung Alasmalang, kondisi serupa juga dialami Kelompok Angklung Caruk Sekar Wanngi, Dusun Pasinan, Desa Singojuruh.
Tidak heran, mereka sangat antusias saat mendapat tawaran main bersama Sekar Tanjung Alasmalang pada peluncuran buku “Angklung: Musik Tabung Blambangan”.
Seminggu sebelum hari pementasan, para panjak yang dibantu
masyarakat sibuk latihan dan memperbaiki peralatan gamelan yang lama tidak
dijamah. Mereka secara sukarela kerja bakti sing malam, hanya ingin tampil
maksimal saat bertemu dengan Kelompok Sekar Tanjung Alasmalang.
Dua kelompok Angklung Caruk bertetangga Desa ini, dulu
dikenal ‘musuh-bebuyutan’ saat di panggung. Dusun Pasinan sendiri dikenal
sebagai gudang kesenian, mulai dari Janger dua group, Angklung, Kuntulan dan
lain-lainnya.
Juga banyak seniman dan panjak lama, hingga sekarang masih
eksis sepeti Bang Tohan, atau akrab dipanggil Bang Tuh. Sekar Wangi merupakan
salah satu kelompok angklung caruk yang masih hidup sejak tahun 80-an. Angklung
Pasinan begitu melegenda namanya, karena mempunyai lawan tanding di panggung
seperti, Mangir, Bunder, Bolot dan Banje.
Sekar Wangi tahun 2007 pernah Juara 2 Tingkat Kabupaten
Banyuwangi, pada Festival Angklung Caruk
yang digelar di Desa Alasmalang. Juara satu di
menangkan oleh kelompok Sumberwangi.
Ketua Sekar Wangi, Slamet, mendapat informasi untuk tampil
di acara launching buku mengaku senang dan bahagia. Kegembiraan itu beralasan,
karena satu lebih tidak pernah pentas, apalagi dalam format Caruk. Selamet dan
teman-temannya berterkad, akan tampil dengan gendhing-gendhing barunya.
“Kesempatan ini seperti membangunkan harimau tidur, kami
langsung sambut dengan berbagai persiapan. Kesempatan yang sangat penting, maka
harus tampil terbaik untuk menyuguhkan pertunjukan yang ditunggu-tunggu oleh
masyarakat,” ujar Slamet bersemangat.
Ketut atau Suprapto, salah satu pantus legendaries angklung
caruk Pasinan, juga mengaku senang dan bahagia atas terselenggaranya acara ini.
Momentum ini bisa menghapus kerinduan, khusunya seni angklung Caruk. Ketut
menyampaikan, bahwa acara ini menjadi catatan sejarah yang terbaru angklung
Sekar Wangi.
Tohan atau Bang Tuh, pemain angklung dan biasanya juga
menabuh saron. Beliau sangat senang, meski masih sering mendapat undangan
pentas, namun dalam pentas Angklung Caruk baru kali ini.
“Panjak Angklung Caruk, merasa senang bisa tampil pada
kesenian Angklung Caruk, bukan yang lain,” tegasnya.
Keterangan Gambar : Penampilan
Badut Angklung Caruk Sekar Wangi Pasinan. (Foto: Dok. Artevac)
Proses regenarasi juga berjalan, karena pada kelompok yang
tampil, Sabtu (10/4/2021) merupakan gabungan generasi muda dengan para senior
Angklung Caruk. Para generasi muda ini juga diberi wawasan oleih seniornya,
jika Angklung Caruk tahun 1980-an beda sekali dengan sekarang. Kalau dulu adu
gending dan jotos, kalau sekarang hanya adu gendhing dan krativitas.
Setelah melalui persiapan matang, juga totalitas
pendukungnya, penampilan Sekar Wangi tidak mengecewakan. Banyak penonton yang berdecak
kagum, karena kejayaan masa lalu masih terpancar jelas meskipun yang memainkan
anak-anak muda.
Penonton memang sangat dibatasi, begitu juga waktu tampil.
Namun kepuasan mereka yang lama tidak pernah melihat penampilan Angklung Caruk
sedikit terobati. Para panjak Angklung Caruk berharap, kapan kesempatan ini
akan terulang lagi dalam waktu dekat?
Angklung Caruk ini menjadi hal yang sangat kompleks untuk sebuah contoh pertunjukan, ada gending, tari yang diperankan oleh badut, teaterikal yang dimainkan oleh badut dan pemain. Ini murni dan asli dari kemapuan individu setiap pemain. Semoga angklung caruk menjadi pusatnya seni pertunjukan, selain janger, kuntulan dan lain-lainya. (sen) (Bersambung)