(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Pemkab Banyuwangi kembali menggeber program “Maestro Mengajar” dengan melibatkan para maestro Tari Gandrung untuk mengajar anak-anak muda di kampung-kampung.
Tiga maestro yang terlibat, yaitu Temu, Sudartik, dan Sunasih. Ketiganya merupakan legenda hidup Tari Gandrung Banyuwangi dengan pengalaman menari puluhan tahun, bahkan pernah tampil di luar negeri.
”Maestro Mengajar ini adalah
ikhtiar terus menumbuhkan rasa cinta seni-budaya di kalangan anak-anak muda.
Sekaligus upaya regenerasi pelaku seni,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk
Fiestiandani saat melihat program ”Maestro Mengajar” di Desa Gumirih, Kecamatan
Singojuruh, Minggu petang (7/11/2021).
“Sering saya bilang, paham
seni-budaya global penting, tetapi memahami seni-budaya kita sendiri itu
harus,” imbuh Ipuk.
Di Kecamatan Singojuruh, selama
tiga hari, puluhan anak muda usia SMP/sederajat dari 11 desa tampak antusias
mengikuti program ”Maestro Mengajar”, yang juga digerakkan oleh Banyuwangi
Youth Creative Network (BYCN).
Mereka mempelajari gerak dasar
hingga filosofi tari. Tari Gandrung sendiri merupakan tarian khas Banyuwangi
yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Desi Putri, salah seorang pelajar
yang mengikuti program tersebut, merespons antusias. Dia bahkan tak menyangka
bisa belajar langsung dari sosok para maestro tari Banyuwangi. Selama ini, Desi
hanya membaca kiprah para maestro itu dari media maupun mendengarnya dari
perbincangan di kalangan peminat tari Bumi Blambangan.
"Selama ini hanya bisa
mendengar nama Bu Temu. Tidak menyangka sekarang malah bisa berhadapan dan
belajar langsung Tari Gandrung sama beliau. Senang banget, rasanya tiga hari
masih kurang," kata dia.
Desi merasakan perkembangan
pembelajaran yang luar biasa. ”Senang banget, dulu saya enggak bisa nyinden,
sekarang sudah bisa. Bahkan hari ini bisa tampil bareng Bu Temu di panggung,
kayak mimpi," ujar Desi.
Program ”Maestro Mengajar” ini
telah digelar di sejumlah titik, antara lain Wongsorejo, Kabat, Muncar, dan
Singojuruh. Total lebih dari 100 anak muda belajar intensif Tari Gandrung dari
para maestronya.
Bupati Ipuk menambahkan, akan terus
mendorong program ini agar semakin banyak anak muda Banyuwangi memahami
kesenian khas daerah timur Pulau Jawa itu.
”Mohon izin saya ikutan belajar
juga ya,” ujar Ipuk yang ikut mencoba menari bersama para maestro dan pelajar.
Selain program belajar tari
tersebut, dengan didampingi BYCN, anak-anak muda berkreasi menciptakan tarian
baru yang diberi nama "Singomanjuruh", sesuai asal muasal nama
Kecamatan Singojuruh.
"Tarian ini menceritakan sosok
Singomanjuruh yang konon adalah nama ksatria anak raja di daerah ini. Jadi
tarian ini tak hanya menjadi tarian khas, tapi juga representasi sejarah
Kecamatan Singojuruh," terang Ketua BYCN, Vicky Hendri Prasetyo.
Selain menggarap sektor seni
budaya, BYCN juga fokus pada pengembangan ekonomi kreatif di Desa Gumirih.
Mereka melakukan branding UMKM hingga menggelar Creative Talk yang melibatkan
60 anak muda setempat.
Menariknya lagi, BYCN juga menyulap
salah satu lokasi di desa setempat menjadi destinasi wisata sejarah menarik
yang memanfaatkan barang-barang antik milik warga.
BYCN sendiri adalah kumpulan
berbagai komunitas yang meliputi 17 sektor, seperti desain produk, fashion,
film/video dan animasi, fotografi, kerahinan, kuliner, sektor musik, sektor
aplikasi, periklanan, televisi/audio/media, seni oertunjukan, seni rupa,
dan masih banyak lainnya.
Mereka berkumpul mengangkat berbagai potensi desa di Banyuwangi dengan menggelar pelatihan di berbagai sektor kreatif yang mengacu pada potensi masing-masing desa. (Humas/kab/bwi)