(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Keberhasilan Banyuwangi membangun city branding dilirik banyak daerah untuk belajar. Mereka mengikuti Executive Education Program (EEP) yang dihelat oleh City Branding Institute, Jumat-Sabtu (1-2/8/2025).
“Banyuwangi bisa jadi laboratorium yang bagus bagi daerah yang ingin membangun City Branding dari nol,” kata Yuswohadi, salah satu penggagas City Branding Institute.
Yuswohadi menjelaskan, city
branding adalah strategi menyeluruh untuk membangun citra dan identitas unik
sebuah kota agar dikenal, diminati, dan dipercaya oleh dunia.
Menurutnya, Banyuwangi adalah
contoh daerah yang berhasil melakukan hal tersebut, sehingga sukses
bertransformasi dari kota santet, menjadi daerah yang dikenal luas karena
pariwisatanya.
“Banyuwangi sukses bertransformasi.
Dari tidak punya (destinasi dan atraksi), kemudian diciptakan hingga menjadi
sesuatu yang luar biasa. Ini bisa menjadi role model untuk city branding
di Indonesia,” kata pakar branding dan marketing tersebut.
Program EEP City Branding ini
menghadirkan tokoh-tokoh berpengalaman sebagai mentornya. Seperti Arief Yahya,
Menteri Pariwisata RI 2014–2019, Abdullah Azwar Anas, Menpan RB 2022-2024,
serta Sigit Pramono, Founder Jazz Gunung.
Pada angkatan pertama, EEP City
Branding diikuti oleh 30 peserta. Mereka adalah para pengambil kebijakan dari
berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Kabupaten Lampung Selatan, Penajem
Utara, Samarinda, dan Kota Serang.
Selama dua hari, peserta
mengikuti pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning),
memanfaatkan template strategi praktis, dan melakukan kunjungan ke destinasi
unggulan Banyuwangi untuk mempelajari penerapan nyata city branding.
Salah satunya, ke pendopo dan
bertemu Bupati Banyuwangi, Ipuk Firstiandani, Jumat malam (2/8/2025).
Arief Yahya, Menteri Pariwisata
Periode 2014-2019, menambahkan city branding menjadi alat strategis untuk
memposisikan daerah di tengah persaingan global.
“Peningkatan reputasi daerah
sebesar 10 persen mampu mendorong kunjungan wisata hingga 11 persen dan
investasi hingga 2 persen. Itulah kekuatan city branding,” kata Arief Yahya.
City branding tidak hanya soal
promosi wisata, tetapi strategi jangka panjang untuk mengangkat daya saing
daerah.
Sebagaimana ditegaskan oleh
Abdullah Azwar Anas yang dalam sepuluh tahun memimpin Banyuwangi (2010-2020)
berhasil menyulapnya dari kota mistik menjadi majestic.
“City branding bukan hanya soal
promosi, ini soal menyelaraskan seluruh elemen kota, mulai dari alam, budaya,
hingga layanan publik, sehingga memberikan pengalaman menyeluruh bagi warga dan
pengunjung,” tegas penulis buku Anti Mainstream Marketing tersebut.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi
Ipuk Fiestiandani sangat mengapresiasi program tersebut. Ipuk juga berterima
kasih Banyuwangi dipilih sebagai tuan rumah sekaligus obyek pembelajaran
kegiatan ini.
“Praktik baik dari kami, silakan
diambil. Semoga bermanfaat bagi daerah Bapak/Ibu. Namun kami pun masih jauh
dari sempurna, dan masih terus berbenah ke depannya,” kata Ipuk.
Diketahui, city branding
Institute adalah sebuah wadah yang digagas oleh pakar pemasaran, Yuswohadi,
untuk mengembangkan ekosistem city branding di Indonesia.
Lebih dari sekadar promosi wisata, city branding menggabungkan potensi lokal, nilai budaya, kualitas layanan publik, dan inovasi daerah menjadi narasi yang menarik bagi wisatawan, investor, pelaku usaha, dan talenta. (humas/kab/bwi)