Barong Ider Bumi, Warisan Leluhur yang Terus Dijaga Warga Using Kemiren Banyuwangi di Era ModernBarong ider Bumi

Barong Ider Bumi, Warisan Leluhur yang Terus Dijaga Warga Using Kemiren Banyuwangi di Era Modern

Arak-arakan Barong Ider Bumi di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi rutin digelar setiap 2 Syawal. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id – Di tengah maraknya modernisasi, masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, tetap teguh menjaga warisan leluhur mereka, Ritual Barong Ider Bumi.

Tradisi sakral yang digelar setiap 2 Syawal ini menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai budaya dapat hidup berdampingan dengan perkembangan zaman.

Meski diguyur hujan, ribuan warga dan wisatawan memadati Desa Kemiren pada Selasa (2/4/2025) untuk menyaksikan ritual yang diyakini mampu menolak bala ini.

Baca Juga :

Barong Ider Bumi bukan sekadar tradisi, tetapi juga identitas dan kebanggaan masyarakat Osing, warga asli Banyuwangi.

Menurut tokoh masyarakat adat Desa Kemiren, Suhaimi, ritual ini bermula pada abad ke-19. Saat itu, desa dilanda wabah penyakit dan gagal panen yang memilukan.

Melalui petunjuk mimpi Mbah Buyut Cili, leluhur desa, warga menggelar arak-arakan Barong keliling kampung sebagai upaya penolak bala.

Barong, sosok makhluk mitologis dengan mahkota dan sayap, dipercaya sebagai simbol pelindung desa dari marabahaya. Ritual diawali dengan doa di petilasan Buyut Cili, memohon keselamatan dan keberkahan bagi seluruh warga.

Arak-arakan Barong dimulai dari sisi timur desa, menempuh jarak sekitar 2 km menuju barat. Sepanjang perjalanan, tokoh adat menebarkan "uthik-uthik", koin logam yang dicampur beras kuning dan bunga, sebagai simbol penolak bala. Iringan gamelan dan tarian tradisional menambah semarak suasana.

Puncak acara adalah selamatan kampung dengan hidangan khas Banyuwangi, tumpeng pecel pitik. Ayam kampung muda yang dipanggang utuh, disuwir, dan dicampur bumbu pedas menggugah selera, menjadi santapan istimewa bagi warga dan wisatawan.

Kepala Desa Kemiren, Arifin, mengungkapkan rasa syukur atas suksesnya acara, meski di tengah guyuran hujan. "Hujan adalah berkah, dan kami bersyukur tradisi ini tetap lestari," ujarnya.

Di era modern, Barong Ider Bumi bukan hanya menjadi ritual adat, tetapi juga atraksi wisata yang memikat. Keunikan dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam kekayaan budaya Banyuwangi.

Pemerintah daerah dan masyarakat setempat terus berupaya melestarikan tradisi ini melalui berbagai kegiatan promosi dan edukasi. Harapannya, Barong Ider Bumi dapat terus hidup dan berkembang, menjadi warisan leluhur yang membanggakan bagi generasi mendatang.

Barong Ider Bumi adalah bukti nyata bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan. Dengan upaya pelestarian yang berkelanjutan, warisan leluhur ini akan terus menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi dan daya tarik wisata yang unik. (anj/man)