Manajemen BTPN Syariah saat menyambangi nasabah inspiratif yang sukses jadi pengepul buah di Banyuwangi. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Seger Riyanto dan Lilik Eko Wijayanti patut diacungi jempol dalam merintis usaha. Pasangan suami istri (pasutri) di Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi ini sukses menjadi pengepul buah dengan omset puluhan juta per pekan dari modal awal yang terbatas.
Seger, sapaan akrabnya semula hanyalah seorang sopir angkutan buah. Kurang lebih lima tahun pekerjaan itu dia geluti agar dapurnya tetap ngebul. Pria 54 tahun ini akhirnya memberanikan diri memulai usahanya sendiri pada tahun 2019.
Berbekal pengalaman menjadi sopir serta relasi yang ada,
Seger bersama istrinya membuka peluang menjadi pengepul buah naga, jeruk,
hingga pepaya dari para petani setempat.
"Awal buka usaha mulai 2019, beli buah-buahan dari
petani dan dikirim ke Ponorogo. Saya sendiri yang melakukan pengiriman,"
kata bapak dua anak tersebut.
Seger dan istrinya sempat join dengan rekannya sewaktu
merintis usaha. Namun mereka akhirnya bisa mandiri setelah mendapat pinjaman
modal Rp 3 juta dan terus bertambah hingga Rp 13 juta dari BTPN Syariah.
"Kami jadi nasabah BTPN Syariah sejak 2020, modal
awal dapat Rp 3 juta untuk kulakan, dan terus bertambah hingga Rp 13 juta pada
2024," kata Lilik.
"Dari BTPN Syariah, kami tidak hanya mendapatkan
pembiayaan untuk modal usaha, tetapi juga pendampingan dan akses pengetahuan.
Sehingga kami juga diajarkan cara mengembangkan usaha, mengelola keuangan, dan
pelatihan lainnya," imbuhnya.
Bisnis pengepul buah UD Mekar Jaya yang dikelola Seger
dan Lilik saat ini terus berkembang dengan omset mencapai puluhan juta. Bahkan
mereka mampu membeli armada sendiri dan mempekerjakan empat orang karyawan.
"Kami kirim buah jeruk seminggu dua kali untuk dua
toko di Ponorogo, sekali kirim antara 1 sampai 2 ton, dan omsetnya sekitar Rp
20 juta," kata perempuan 50 tahun itu.
Menurut Kepala Desa Bulurejo, Widarto, desanya dikenal
sebagai sentra buah naga dan jeruk. Ia menyebut, ada puluhan pelaku usaha di
wilayahnya, namun tidak banyak yang mampu bertahan dan sukses seperti Seger dan
Lilik.
Widarto mengaku jika ia paham betul dengan lika-liku usaha distribusi buah seperti yang sedang dilakoni Seger dan Lilik. Saat ini ia juga telah mengetahui bahwa warganya itu telah menerima pembiayaan dari BTPN Syariah.
Pasutri
Seger Riyanto dan Lilik Eko Wijayanti memilah buah jeruk segar yang akan
dikirim. (Foto: Fattahur)
Ia pun mendukung model bisnis BTPN Syariah yang melayani
dan mendampingi masyarakat inklusi secara langsung. Tak hanya memberikan
pembiayaan, tapi juga memberikan berbagai pengetahuan dan pelatihan untuki
bu-ibu ultra mikro, seperti cara membangun atau mengembangkan usaha.
“Model bisnis seperti ini bermanfaat bagi pemberdayaan
masyarakat, karena selain mempermudah akses modal, BTPN Syariah juga memberikan
pendampingan agar usaha mereka lebih terarah,” ucapnya.
Camat Purwoharjo, Ahmad Subhan menilai program
pendampingan yang dilakukan BTPN Syariah sudah tepat karena menyasar segmen
ultra mikro, khususnya perempuan. Hal ini menjadi kesempatan bagi warga
prasejahtera produktif untuk tumbuh dan memiliki ekonomi lebih baik.
"Tentu kami mengapresiasi langkah BTPN Syariah dalam
memberikan akses pembiayaan dan memberdayakan masyarakat inklusi. Kami juga
mengimbau agar warga selektif memilih lembaga keuangan yang resmi dan diawasi
OJK dalam mengajukan pembiayaan, sehingga seluruh kebijakannya sesuai dengan
regulasi dan tidak merugikan," ucap Subhan.
BTPN Syariah melayani masyarakat inklusi melalui
pertemuan rutin sentra (PRS) yang dilakukan setiap dua minggu sekali. Dalam
kumpulan itu, nasabah tak hanya diberikan akses keuangan seperti pembiayaan dan
menabung, tapi juga akses pengetahuan lewat pendampingan.
Melalui kumpulan itu pula, nasabah tak hanya mampu
mengembangkan usahanya, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi lingkungan
sekitar. Contoh nyatanya yakni, Lilik Eko Wijayanti, nasabah BTPN Syariah di
Sentra Mekar Sari 2.
"Kumpulan menjadi wadah BTPN Syariah dalam
memberdayakan dan mendampingi masyarakat inklusi, sehingga mampu membangun
empat perilaku unggul, yakni Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling
Bantu (BDKS),” ungkap Kepala Pembiayaan Area Banyuwangi BTPN Syariah Joko Ibnu
Susanto.
Corporate & Marketing Communication Head BTPN
Syariah, Ainul Yaqin menyampaikan, perusahaannya fokus memberdayakan masyarakat
inklusi dan memberikan akses keuangan dengan menyediakan layanan perbankan yang
tepat sesuai kebutuhan masyarakat.
"Pola BTPN Syariah yakni jemput bola, tidak hanya memberikan akses keuangan, tetapi juga akses pengetahuan dengan memberikan pemberdayaan yang berguna untuk mengembangkan usaha dan mencapai kehidupan yang lebih berarti," kata Ainul.
Manajemen
BTPN Syariah menyemangati nasabah inspiratif yang sukses jadi pengepul buah di
Banyuwangi. (Foto: Istimewa)
Menurut Ainul, pertemuan setiap dua minggu sekali menjadi
agenda rutin bagi ibu-ibu pelaku ekonomi BTPN Syariah. Kumpulan tersebut
menjadi tempat transaksi keuangan sekaligus wadah para nasabah mengikuti
beragam pelatihan dan kegiatan lainnya.
Pertemuan rutin sentra tersebut juga menjadi jaminan
untuk mendapatkan pembiayaan tanpa agunan dari BTPN Syariah. "Hadir di
kumpulan adalah sebuah keharusan untuk mendapatkan semua akses yang diberikan
BTPN Syariah,” jelas Ainul.
BTPN Syariah senantiasa menekankan pentingnya Berani
Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu (BDKS). Tujuannya, kata
Ainul, agar perilaku unggul itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
BTPN Syariah saat ini telah menyalurkan pembiayaan
sekitar Rp 105 miliar kepada lebih dari 32 ribu nasabah yang merupakan
masyarakat inklusi di Kabupaten Banyuwangi per kuartal I 2025. (fat)