(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Pemkab Banyuwangi kembali melanjutkan sejumlah program khusus bagi pelajar dari keluarga kurang mampu yang sudah berjalan selama ini. Mulai pemberian uang saku setiap hari, bantuan uang transportasi tiap hari, tabungan pelajar, hingga pemberian bantuan peralatan sekolah.
Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani mengatakan, program-program tersebut terus dilaksanakan tahun ini. ”Ini bantuan khusus bagi pelajar yang kurang mampu. Biar makin semangat sekolahnya. Program yang telah dirintis sejak 2017 kita teruskan. Melihat manfaatnya yang besar,” kata Ipuk, Senin.
Setidaknya ada tujuh program sasaran
bagi pelajar kurang mampu. Antara lain bantuan biaya hidup pelajar tidak mampu,
Garda Ampuh (Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah), bantuan uang
transport siswa tidak mampu, beasiswa kuliah Banyuwangi Cerdas, bantuan alat
pembelajaran, serta bantuan uang saku.
Ipuk mencontohkan program uang
saku, di mana pelajar SD mendapatkan Rp10.000 per hari, SMP Rp15.000 per hari,
dan SMA Rp20.000 per hari. Demikian pula bantuan uang transportasi, para
pelajar SD mendapatkan Rp10.000 per hari, SMP Rp15.000 per hari, dan SMA
Rp20.000 per hari.
Ipuk berharap program ini bisa
membantu para pelajar kurang mampu untuk semakin giat bersekolah. "Uang
saku yang diberikan tiap hari digunakan untuk membeli makanan, sehingga dia
belajar dengan perut terisi dan gizi cukup, yang bisa menstimulasi otak dalam
menerima materi pembelajaran,” papar Ipuk.
Ipuk sendiri telah menyerahkan
bantuan uang saku di antaranya kepada sejumlah siswa SDN 8 Jambewangi saat
menjalani program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Jambewangi,
Kecamatan Sempu pada 22 Februari 2023 kemarin.
Kepada Ipuk, salah satu penerima
bantuan, Kurnia Dewi Amalia, siswi kelas 6, bercerita bahwa dirinya bersama
adiknya (Diva Mulia - kelas 2) setiap hari berjalan kaki sejauh 6 KM menuju
sekolah. SDN 8 merupakan sekolah yang terdekat dari rumah mereka yang berada di
perbatasan hutan di lereng Gunung Raung.
Setiap harinya, kedua kakak
beradik tersebut harus berjalan tak kurang dari satu jam melewati perkebunan
pinus dimana orang tuanya bekerja. Tak jarang mereka jalan ke sekolah juga
ditemani anjing peliharaan penjaga rumah.
“Berangkat jam 5 sama adik. Meski
jauh, kita tetap harus semangat sekolah. Di jalan ya ngobrol-ngobrol sama adik,
suka bareng sama Faris, teman sekelas yang rumahnya dekat dengan saya. Kadang
Ciki (anjing peliharaan) juga nemenin kita jalan ke sekolah,” cerita Dewi.
Dewi mengaku ingin menjadi dokter
hewan kelak. “Biar kalau Ciki atau kucing yang di rumah sakit, saya bisa
merawat dan menyembuhkan,” tutur Dewi.
Guru kelas mereka, Sukari,
mengaku sangat kagum dengan kegigihan empat siswanya tersebut. Mereka tergolong
rajin berangkat, kecuali kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.
“Semangatnya bagus. Bahkan kalau
pas jadwal ujian dan cuaca sedang buruk, orang tuanya mengambil kertas ujiannya
untuk kemudian jawabannya dianterkan ke sekolah esoknya,” kata Sukari.
Ipuk berharap bantuan uang saku
ini bisa menjaga bahkan mendorong spirit belajar mereka. ”Uang saku ini bisa
dipergunakan bekal mereka bersekolah. Kami juga memerintahkan Dinas Pendidikan
untuk terus memonitor apa yang harus dibantu agar mereka bisa memiliki
pendidikan yang tinggi,” kata Ipuk.
Kepala Dinas Pendidikan, Suratno
menambahkan bahwa pada tahun ini ada tujuh program untuk menopang pendidikan
pelajar tidak mampu. Rinciannya, berupa bantuan biaya hidup (personalia)
diberikan kepada 840 siswa tidak mampu, Garda Ampuh disasarkan bagi 975 siswa,
bantuan uang transport juga diberikan kepada 600 siswa tidak mampu, juga
bantuan alat pembelajaran untuk siswa miskin senilai Rp 1,2 miliar.
Bantuan uang saku diberikan
kepada 564 orang, beasiswa bagi mahasiswa berprestasi bagi pelajar kurang mampu
dialokasikan untuk 80 orang. Banyuwangi juga menganggarkan beasiswa bagi
mahasiswa peserta program Banyuwangi Cerdas sebanyak 300 orang.
“Untuk bantuan uang saku kepada
anak-anak kami di SDN 8 tadi sebesar Rp 3,2 juta per tahunnya. Kalau untuk
siswa SMP Rp 4,4 juta, sementara SMA sederajat Rp 5,7 juta,” kata
Suratno.
Program-program tersebut, imbuh
Suratno, saling mendukung dengan program lainnya. Seperti program Siswa Asuh
Sebaya (SAS) dimana para pelajar saling membantu di antara mereka dengan menyisihkan
uang jajannya. Setiap pekan, siswa yang uang jajannya lebih menyisihkan
sebagian untuk dikumpulkan ke bendahara kelas.
Uang yang terkumpul akan
diberikan ke siswa kurang mampu berupa uang atau barang yang mereka butuhkan
untuk menunjang kebutuhan sekolah siswa.
Program SAS ini, kini berkembang
menjadi Sekolah Asuh Sekolah. Di mana sekolah yang memiliki kelebihan dana SAS
akan diberikan ke sekolah lain yang masih membutuhkan bantuan untuk siswanya
yang kurang mampu.
”Kadang tangan pemkab tidak cukup jauh menjangkau kebutuhan pendidikan seorang siswa, maka lewat SAS ini kami harapkan bsia menambal kebutuhan mereka. Seperti siswa SDN 8 Jambewangi itu, juga kami belikan tas dan buku-buku penunjang pelajaran dengan memakai dana SAS,” pungkasnya. (humas/kab/bwi)