Wakil Ketua DPRD Banyuwangi, Ruliono. (Foto: Fattahur)
KabarBanyuwangi.co.id - Wakil Ketua DPRD Banyuwangi, Ruliyono, merespon keluhan para petani terkait kelangkaan pupuk bersubsidi dan mahalnya harga pupuk. Ditambah lagi dengan merosotnya harga jual gabah.
Mendapati keluhan tersebut, Ruliyono segera memanggil pihak-pihak terkait agar dapat meminimalisir persoalan yang dirasakan para petani di Banyuwangi.
"Untuk kekurangan dan mahalnya harga pupuk, akan saya
koordinasikan dengan Komisi II DPRD Banyuwangi. Saya minta dalam waktu dekat
Komisi II, untuk mengundang hadirkan Kepala Dinas Pertanian dan jajarannya,
serta stakeholder yang berhubungan dengan pupuk ini," tegasnya, Senin
(5/4/2021).
Masih kata Ruli, termasuk nanti dewan akan menanyakan
sejauh mana penyerapan hasil pertanian khususnya gabah di Banyuwangi.
"Dewan juga akan mengundang Bulog, guna mengetahui
sudah sejauh mana Bulog menyerap hasil petani," ujar politisi dari Partai
Golkar tersebut.
Menurutnya, harga pupuk yang mahal itu dikarenakan jatah
pupuk di Banyuwangi masih tidak sebanding dengan kebutuhan atau luasan
pertanian yang ada.
"Karena bagaimanapun juga pupuk subsidi itu kebijakan
dari Kementerian Pertanian pusat, kita ini hanya berusaha," tuturnya.
Ruli juga menanggapi adanya informasi pupuk subsidi jenis
urea yang sampai di petani masih diatas HET (Harga Eceran Tertinggi). Dia
mengimbau agar kios-kios tidak melakukan mark up harga pupuk subsidi,
dikarenakan sudah ada standar harga yang ditetapkan pemerintah.
"Kalau subsidi sekian ya sekian, sesuai dengan HET,
itu kan ada sanksinya nanti, bisa dicabut dan tidak diberi. Harapan kita ini
penyalur-penyalur pupuk ke kios itu, harus ada fungsi pengawasan. Termasuk
Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Banyuwangi, harus proaktif,"
pintanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, petani di Desa Blambangan,
Kecamatan Muncar mengeluh mahalnya harga pupuk di tingkat kios yang mencapai
Rp. 125 ribu per karungnya.
"Padahal, harga pupuk urea sebelumnya hanya Rp 100
ribu sampai Rp 112 ribu per sak. Selain mahal, barangnya (pupuk bersubsidi)
juga susah didapat," ungkap salah seorang petani padi, Boni Rahayu, Minggu
(4/4/2021). (fat)