Rapat paripurna penyampaian pemandangan umum fraksi di DPRD Banyuwangi. (Foto: Fattahur)
KabarBanyuwangi.co.id - Fraksi-faksi di DPRD Banyuwangi menyampaikan Pemandangan Umum (PU) atas diajukanya Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun 2022 dalam rapat paripurna dewan, Selasa (23/11/2021).
Satu persatu fraksi menyampaikan pemandangan umumnya dalam rapat yang dipimpin Wakil ketua DPRD, M.Ali Mahrus, dan dihadiri Bupati Banyuwangi,Ipuk Fiestiandani,Wakil Bupati,H.Sugirah serta Sekretaris Daerah,H.Mujiono beserta jajarannya.
Hadi Widodo sebagai juru bicara Fraksi PDIP menyampaikan,
pihaknya mendukung upaya eksekutif merumuskan 9 prioritas daerah yang dibagi
menjadi 2 fokus prioritas yakni, Prioritas wajib dan Prioritas Pendukung.
Namun PDIP berharap ada beberapa hal yang perlu ditambahkan
pada fokus prioritas. "Seperti perbaikan kualitas pelayanan, penanganan
kemiskinan dengan melanjutkan program Social Safety Net. Kami juga meminta agar
layanan publik yang ramah difabel bisa direalisasikan tahun depan,"
katanya.
PU Fraksi PKB melalui juru bicaranya, H. Susiyanto
menyampaikan agar eksekutif melakukan upaya nyata dalam rangka pemulihan
ekonomi. Mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan sektor pertanian dengan
segala potensinya.
Termasuk potensi di sektor pendidikan. Sebagaimana
prioritas wajib dalam RAPBD 2022, bahwa agenda peningkatan SDM yang unggul,
berintegritas, dan berdaya saing harus diwujudkan melalui peningkatan kualitas
dan aksesibilitas di bidang pendidikan. Mengingat anggaran di sektor pendidikan
pada tiap tahunnya tergolong besar.
"Fraksi PKB meminta kepada Pemkab untuk memperhatikan
kesesuaian anggaran di sektor riil, dengan harapan bisa melanjutkan kerja
positifnya di tahun mendatang," ucapnya.
Fraksi PKB juga mempertanyakan penurunan proyeksi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2022 yang dirasa tak sejalan dengan amanat Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebesar Rp. 483,7 miliar ini lebih
kecil dibanding PAD tahun 2021 mencapai Rp. 592 miliar.
"Seharusnya bisa lebih besar. Karena dalam kesepakatan
KUA-PPAS, eksekutif dan legislatif telah menyepakati kenaikan PAD tahun 2022
sebesar Rp. 534 milyar, itupun masih jauh dari amanat RPJMD. Sehingga FPKB
perlu mempertanyakan hal tersebut," ungkapnya.
Pandangan umum terkait menurunnya proyeksi PAD ini juga disampaikan juru bicara Fraksi Demokrat, Emy Wahyuni Lestari. Kondisi ini menggambarkan pesimisme eksekutif meningkatkan, menggali dan mengembangkan sumber-sumber PAD. "Padahal Pemprov Jatim telah memasang target pertumbuhan ekonomi tahun 2022 jauh lebih tinggi yakni 5,4 persen," kata Emy.
Terhadap alokasi anggaran Sisa lebih pembiayaan anggaran
(SiLPA) tahun 2021 yang diproyeksikan hanya sebesar Rp. 25 miliar, menurut
Fraksi Demokrat kurang rasional. Sebab selama 5 tahun terakhir, nilai SILPA
tidak pernah dibawah Rp. 100 miliar. Apalagi penyerapan anggaran tahun 2021
hingga mendekati bulan Desember ini juga belum optimal.
Sehingga kami memprediksi SiLPA tidak sekecil proyeksi yang
direncanakan eksekutif. Fraksi Demokrat ingin agar eksekutif melakukan
rasionalisasi proyeksi PAD pada level yang memadai serta merencanakan kebijakan
fiskal yang ekspansif pada tahun 2022," tuturnya.
Pemandangan Umum fraksi Golkar-Hanura melali juru
bicaranya, Marifatul Kamila menyampaikan, pihaknya perlu memberikan dukungan
terus menerus kepada Pemerintah Daerah melalui OPD terkait untuk melakukan
optimalisasi formulasi tata kelola pada setiap potensi PAD yang ada.
Fraksi Golkar-HANURA juga memberikan penguatan terhadap
kebijakan Umum Belanja Daerah pada tahun anggaran 2022 dilaksanakan dan
diarahkan terutama sebagai upaya antisipatif terhadap dinamika situasi yang
difokuskan pada beberapa hal.
"Diantaranya mempertahankan dan menguatkan pertumbuhan
perekonomian daerah, peningkatan efisiensi, pemberdayaan masyarakat dan
efektivitas pelaksanaan program kegiatan prioritas pembangunan daerah di tengah
keterbatasan fiskal daerah," jelasnya.
Pemandangan Umum (PU) fraksi ini juga disampaikan oleh
Fraksi Nasdem, Fraksi Gerindra-PKS, serta Fraksi PPP. (fat)