Ketua Fraksi PKB DPRD Banyuwangi, Arvy Rizaldy. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Fraksi di DPRD Kabupaten Banyuwangi
menyampaikan Pemandangan Umum (PU) atas diajukannya Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) APBD Tahun 2025 dalam rapat paripurna dewan, Jumat (1/11/2024).
Rapat tersebut dipimpin Wakil Ketua DPRD, Hj. Siti
Mafrochatin Ni’mah didampingi Michael Edy Hariyanto diikuti anggota dewan dari
lintas fraksi. Turut hadir Pj Sekda Guntur Priambodo, jajaran Kepala SKPD,
Camat hingga Lurah se-Banyuwangi.
Masing-masing perwakilan dari enam fraksi di DPRD
menyampaikan pandangannya, termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Fraksi PKB mendorong penambahan kuantitas belanja
pembangunan, melalui peningkatan belanja modal pada postur APBD Banyuwangi
Tahun Anggaran 2025.
"Meski belanja pembangunan ditopang sebagian oleh DAK
dan DBH, idealnya tetap belanja modal harus mencapai 30 persen," kata Arvy
Rizaldy, Ketua Fraksi PKB DPRD Banyuwangi.
Diantara solusi yang ditawarkan, PKB mendorong eksekutif
untuk meningkatkan PAD dengan memaksimalkan aset daerah lewat kolaborasi lintas
stakeholder.
"Kami mendorong eksekutif lebih kreatif dan inovatif
dalam mengelola unit usaha daerah dengan melakukan kolaborasi dengan lintas
stakeholder, organisasi dan masyarakat," terang Arvy.
Arvy menambahkan, dengan peningkatan PAD nantinya bisa
dimaksimalkan untuk meningkatkan postur belanja modal dari 13,1 persen menjadi
30 persen di tahun 2025.
Tidak harus sekaligus, tapi bertahap setiap tahunnya. Hal
itu bertujuan untuk penguatan pada sejumlah sektor di Banyuwangi yang masih
dinilai lemah. Seperti pada sektor pendidikan, layanan publik, kesehatan,
maupun ekonomi.
Dijelaskan bahwa tema dalam rancangan kerja pemerintah
daerah (RKPD) tahun 2025 adalah penguatan ekosistem kualitas SDM yang mendukung
ekonomi berkelanjutan. Dengan penambahan postur belanja modal, target yang
ingin dicapai itu akan tercover maksimal.
"Kami menyarankan agar Pemkab mulai membenahi postur
APBD dengan penambahan persentase pada belanja modal. Sebagai wujud
keberpihakan anggaran pada pelayanan publik. Masyarakat tidak hanya dipaksa
memperkuat PAD melalui pajak dan retribusi daerah, namun juga dilayani
kebutuhannya secara jelas dan skala prioritas," kata Arvy.
Arvy mencontohkan, sektor pendidikan di Banyuwangi masih
butuh sentuhan serius. Sebab anggaran wajib pendidikan 20 persen APBD, banyak
terfokus pada belanja pegawai, barang dan jasa yang besar. Substansi
pengembangan SDM pendidikan hanya sekitar 10 persen.
"Investasi SDM harus menjadi prioritas serius. Kita sedang
menghadapi tantangan global dan target indonesia emas 2045. Anggaran pendidikan
tidak boleh hanya untuk sekolah negeri, melainkan harus holistik menyentuh
swasta dan madrasah," tegasnya.
Selain itu, sektor kesehatan juga menjadi sorotan
legislator dari Fraksi PKB. Arvy menyebut cakupan umum kesehatan atau Universal
Health Coverage (UHC) di Banyuwangi saat ini masih di angka 80 persen.
"Hari ini banyak puskesmas di Banyuwangi yang hanya
memiliki satu dokter dan harus menangani lebih dari 10 ribu pasien. Padahal
idealnya satu dokter maksimal hanya bisa menangani 5 ribu pasien. Pastinya
pelayanannya menjadi tidak optimal dan baik, karena nakesnya lebih sedikit
dibanding pasiennya. Mendatang UHC di Banyuwangi harus diupayakan setara
nasional 98 persen," pungkasnya. (fat)