(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Awal Juni sebagai hari lahir Pancasila di Banyuwangi dimeriahkan dengan gelaran Festival Budaya Nusantara di Taman Blambangan, Rabu malam (1/6/2022).
Menampilkan muhibah kebudayaan dari sejumlah daerah. Mulai dari Banyuwangi, Situbondo, Lumajang, Jembrana, Pamakesan, hingga Tanjung Pinang, Riau.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani
yang membuka acara menyebutkan bahwa ekspresi kebudayaan merupakan manifestasi
dari upaya menjaga Pancasila menjadi wadah untuk saling mengenal satu sama
lain.
"Jadikanlah budaya sebagai
sarana mempersatukan bangsa Indonesia. Bukan justru membuat pecah belah. Inilah
manifestasi dari sila ketiga, Persatuan Indonesia," ungkap Ipuk.
Hal yang sama juga diungkapkan Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna yang hadir dalam acara tersebut. "Kami merasakan betul bahwa kebudayaan adalah alat pemersatu dan perekat bangsa Indonesia," ujar Gede.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Dalam Festival Budaya Nusantara ini
diawali dengan seni musik karawitan tabung dari Jembrana, Bali. Aransemen
berjudul Manakala itu berhasil menghentak pengunjung yang memadati pelataran
panggung Taman Blambangan itu.
Disusul kemudian dengan tari
pembuka Panca Warna dari Banyuwangi. Tari ini menggambarkan keragaman budaya
lintas etnis di bumi Blambangan. Tari Puspawresti dari Jembrana menyambung
pertunjukan.
Tari yang menghadirkan muda mudi
menyambut kedatangan tamu dengan penuh penghormatan. Dirangkai pula dengan tari
bertajuk Arume Kembang Gumitir yang mengkreasikan antara tari topeng, rodat
hingga tari maju rampak persembahan dari Kabupaten Lumajang.
Kemudian disusul dengan tari Kepodang Emas dari Banyuwangi yang melukiskan tentang kerukunan. Berpadu dengan tari Bunganah Athe yang juga disisipi dengan Pamekasan Culture Show yang memamerkan aneka ragam batik dari pulau garam itu.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Sedangkan Kabupaten Situbondo
sendiri menampilkan tari Landhung alias Layar Pendhalungan. Tari ini
menggambarkan tentang pedoman hidup masyarakat Situbondo yang berkultur,
Jawa-Madura.
Kemudian, ditutup dengan tari dan
aransemen musik berjudul Loloan. Nama terakhir ini terinspirasi dari sebuah
perkampungan di Jembrana yang menjadi tempat akulturasi budaya Bali dan Jawa sebagai
tempat bertemunya pemeluk Muslim dan Hindu.
Tari yang diberi judul Balingi ini
digarap secara kolaboratif oleh seniman Bali dan Banyuwangi. Sejumlah wisatawan
pun mengaku terhibur adanya gelaran budaya ini. Salah satu yang menikmati
tontonan seni semalam adalah Clara, dari Jerman.
"Menarik sekali, kita bisa melihat aneka tari di sini. Banyak orang yang juga melihat. Sebelum mendaki Ijen, ternyata saya mendapati atraksi aneka tarian, menyenangkan berada di sini," ujar Clara yang datang berdua dengan temannya.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Festival Budaya Nusantara menurut
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Banyuwangi M Yanuar Bramuda, digelar rutin
setiap tahun. "Ini merupakan penyelenggaraan ke-26 kalinya. Ini sebagai
bagian dari upaya merajut persaudaraan antar daerah dan saling mengenal
kesenian masing-masing," ungkapnya.
Bramuda juga menambahkan bahwa
Festival Budaya Nusantara ini akan berlangsung selama dua malam. Untuk malam
keduanya akan menghadirkan kolaborasi budaya Banyuwangi dan Tanjung Pinang,
Kepulauan Riau.
"Besok akan ada kolaborasi
budaya Banyuwangi dan Tanjung Pinang. Ini juga bakal menarik, karena bakal
beradu pantun," pungkasnya. (Humas/kab/bwi)