Imbas Kepmen Baru, Pelabuhan Perikanan Swasta di Banyuwangi Terancam Gulung TikarPelabuhan Masami

Imbas Kepmen Baru, Pelabuhan Perikanan Swasta di Banyuwangi Terancam Gulung Tikar

Pelabuhan swasta Masami di Banyuwangi kondisinya sepi ditinggal kapal ikan. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Keputusan Menteri (Kepmen) Perikanan dan Kelautan yang baru membuat pengusaha pelabuhan perikanan swasta di Banyuwangi meradang. Bahkan, terancam gulung tikar.

Penyebabnya, mereka ditinggal kapal ikan dan memilih sandar ke pelabuhan milik negara. Seperti pelabuhan swasta yang baru beroperasi awal Januari kemarin, bernama Masami, Jalan Raya Situbondo, Dusun Selogiri, Desa Bengkak, Kecamatan Wongsorejo.

Sepinya pelabuhan ini dipastikan akan berlanjut seiring terbitnya Kepmen No.139 Tahun 2023 tentang Penetapan Pelabuhan yang Memenuhi Syarat Perikanan Pasca Produksi atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Pemanfaatan Sumber Daya Alam Perikanan.

Baca Juga :

"Jadi ini mengagetkan kami sebagai pengelola pelabuhan swasta. Ketika baru beroperasi, muncul Kepmen yang menunjuk pelabuhan perikanan baru milik pemerintah. Jaraknya hanya sekitar 700 meter dari pelabuhan kami," keluh Pimpinan Pelabuhan Perikanan Masami, Banyuwangi, Rudi Steven, Selasa (22/8/2023) siang.

Dalam Kepmen ini, selain Pelabuhan Masami, ditunjuk 2 pelabuhan plat merah sebagai pelabuhan perikanan. Di antaranya, Pelabuhan Tanjungwangi dan Pelabuhan Muncar.

Pelabuhan Tanjungwangi ini sudah sejak lama dijadikan pendaratan kapal-kapal ikan. Namun, baru tahun ini Kepmen menetapkannya sebagai pelabuhan perikanan.

Sementara Pelabuhan Masami baru beroperasi pada 13 Januari 2023. Setelah beroperasi sekitar empat bulan, cuaca buruk melanda, imbasnya kapal-kapal ikan kesulitan bersandar. Kemudian, dialihkan ke Pelabuhan Tanjungwangi.

Hingga pertengahan Agustus ini, kapal-kapal ikan tetap diarahkan berlabuh di Pelabuhan Tanjungwangi, bukan dikembalikan ke Pelabuhan Masami. Dampaknya, pelabuhan swasta ini berhenti beroperasi dan tak ada kapal yang sandar.

"Katanya, cuaca masih buruk. Dermaga Masami belum bisa disandari kapal, masih berbahaya. Tapi, kenapa Pelabuhan Tanjungwangi tetap boleh. Jaraknya juga berdekatan, satu jalur pantai," kritik Rudi.

Padahal menurut Rudi, pelabuhan miliknya sangat standar bagi kapal ikan bertonase 100-200 GT. Pelabuhan ini juga menyumbangkan Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP) cukup besar, bahkan nomor dua nasional. Namun, dengan terbitnya Kepmen baru, kapal-kapal ikan tetap bersandar di Pelabuhan Tanjungwangi yang berdekatan dengan kapal barang.

"Investasi kami membangun dermaga juga besar, sekitar Rp400 miliar. Belum perawatan dan operasional. Izinnya juga lengkap," tegasnya.

Pihaknya berharap Syahbandar Pelabuhan Perikanan bisa bijak menyikapi kondisi ini. Artinya, ketika cuaca memang sudah membaik, kapal-kapal dikembalikan bersandar di Pelabuhan Masami.

Apalagi, pelabuhan tersebut menjadi perintis Pelabuhan Perikanan yang diizinkan Kementerian Perikanan Kelautan. Fasilitas yang disediakan juga memadai.

Terpisah, Syahbandar Pelabuhan Perikanan Masami dan Pelabuhan Muncar, Wahyu Feri Wibowo memastikan kapal-kapal ikan yang mendarat di Pelabuhan Tanjungwangi hanya bersifat sementara. Hal ini dipicu cuaca yang belum aman.

"Posisi Pelabuhan Tanjungwangi berada di dalam selat, jadi lebih aman. Kalau Pelabuhan Masami lokasinya di mulut teluk, jadi masih berbahaya. Kapan hari ada bolder kapal yang pecah akibat ombak tinggi," katanya.

Menurutnya, jika cuaca normal, kapal-kapal ikan akan dikembalikan berlabuh di Pelabuhan Masami. " Pelabuhan Masami ini juga masih tahap uji coba mulai Januari lalu. Ternyata memang bisa untuk kapal ikan," tegasnya. (man)