Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno. (Foto : Fattahur/Dok)
KabarBanyuwangi.co.id - Dinas Pendidikan Banyuwangi menyebutkan jumlah siswa baru di wilayah itu saat ini mengalami penurunan.
Trend penurunan jumlah siswa baru ini hampir merata melanda sekolah-sekolah, baik di tingkat SD, SMP, dan SMA sederajat.
Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno mengungkapkan,
trend penurunan jumlah siswa baru ini terasa sejak sepuluh tahun belakangan.
Fenomena itu pun membuat sekolah kelimpungan, sebab minim
siswa yang mendaftar. Pemicunya beragam.
Mulai dari bercokolnya lembaga pendidikan di wilayah
terkait, sehingga memicu persaingan. Hingga menurunnya jumlah anak. Besar
kemungkinan dipicu karena efektifitas program KB.
"Dulu orang tua di era seperti saya bisa punya anak
tiga sampai lima. Namun saat ini berbeda, saat ini rata-rata dua. Tapi terkait
hal ini perlu penelitian lebih lanjut," kata Suratno, Rabu (9/8/2023).
Di Banyuwangi, kata Suratno, penurunan jumlah siswa mulai
terasa pasca tahun 2010. Semenjak tahun itu sekolah mulai sulit mendapatkan
siswa baru.
"Sekira sepuluh tahun belakangan, jumlah lulusan
setiap tahum rata-rata mengalami penurunan lima persen baik itu SD ataupun SMP.
Paling banyak menurun lulusan SD," ujarnya.
Iimbas menurunnya jumlah siswa baru tersebut mengakibatkan
sejumlah sekolah terpaksa dimerger. Baik yang berada di wilayah kota ataupun
pedesaan. Hingga Agustus 2022, total sudah ada 12 sekolah yang digabung.
Suratno menyebut aturan merger dilakukan bila jumlah
keseluruhan siswanya kurang dari 60 orang. Tapi tindakan itu tidak bisa serta
merta dilakukan. Ada tahapan panjang yang harus dilalui.
"Kami akan terlebih dulu berdialog, bila segala upaya
sudah dilakukan tapi tetap kesulitan mencari peserta didik, maka terpaksa harus
dimerger," bebernya.
Di tengah banyaknya lembaga pendidikan saat ini, Suratno
mengimbau sekolah-sekolah minim siswa untuk berinovasi. Tujuannya supaya
menjadi favorit dan dipilih orang tua untuk menyekolahkan buah hatinya. (fat)