Melihat Lebih Dekat WBP Lapas Banyuwangi Belajar Barista Bersama Yayasan GENNESALapas Kelas II A Banyuwangi

Melihat Lebih Dekat WBP Lapas Banyuwangi Belajar Barista Bersama Yayasan GENNESA

Kalapas Kelas II A Banyuwangi, Wahyu Indarti mendampingi warga binaan Lapas Banyuwangi belajar menyajikan kopi ala barista. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas II A  Banyuwangi belajar menjadi barista. Program pelatihan ini telah berlangsung sejak, Selasa (8/8/2023) kemarin.

Mereka belajar bersama Yayasan GENNESA (Gendhog Nemu Sariro). Organisasi yang telah lama memberikan pendapingan rehabilitasi sosial kepada warga binaan Lapas Banyuwangi.

"Jadi kami memang telah melakukan perjanjian kerja sama dengan Yayasan GENNESA dalam rangka membantu melakukan rehabilitasi sosial,” kata Kalapas Banyuwangi, Wahyu Indarto.

Baca Juga :

Wahyu menyebut pelatihan tersebut bertujuan untuk melatih keterampilan warga binaan, khususnya dalam mengolah dan menyajikan kopi.

“Harapannya tentu ketika sudah bebas, warga binaan dapat mengembangkan keterampilan barista yang telah dimiliki menjadi sebuah wirausaha,” imbuhnya.

Tutik Handayani selaku Ketua Yayasan GENNESA mengatakan, pelatihan barista yang diberikan kepada warga binaan merupakan wujud kepedulian agar mereka memiliki bekal keterampilan yang dapat dikembangkan untuk mencari sumber penghasilan.

“Meskipun tidak bekerja di kafe, namun teman-teman ini harapannya dapat menjadi owner dari kafe itu sendiri,” ucapnya.

Tutik menegaskan, pihaknya bersedia memberikan pendampingan bahkan ketika warga binaan sudah bebas. Tujuannya agar mereka dapat benar-benar menguasai keterampilan barista.

“Ketika sudah bebas tapi belum memiliki pekerjaan, warga binaan bisa  menghubungi GENNESA untuk terus kami berikan pelatihan, karena hal ini juga merupakan salah satu bentuk rehabilitasi sosial untuk pemulihan,” tegasnya.

Menjadi seorang barista, menurut Tutik, membutuhkan kesabaran yang juga akan berpengaruh terhadap perilaku dalam keseharian dari warga binaan.

“Kita tahu mungkin mereka belum bisa sabar, namun kita latih untuk bisa sabar, nah itu salah satu korelasinya untuk perubahan perilaku,” ucapnya.

Pelatihan tersebut diikuti dengan antusias oleh warga binaan, bahkan beberapa dari mereka sudah memiliki pandangan akan menekuni keterampilan tersebut untuk membuka kedai kopi.

“Ketika saya bebas nanti, saya akan menghubungi GENNESA untuk belajar lebih lanjut, karena ini menjadi salah satu peluang bagi saya untuk membuka usaha,” kata GT salah satu warga binaan yang mengikuti kegiatan tersebut. (fat)