(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu sentra bawah merah Jawa Timur. Memperkuat produksi, kelompok tani di Banyuwangi mengembangkan bawang merah semiorganik yang mampu menghasilkan rata-rata 14,2 ton per hektar.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, bersama Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jember, Gunawan ikut serta panen raya bawang merah, di Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Selasa sore (8/8/2023).
“Saya sangat mengapresiasi apa yang
dilakukan oleh petani di sini, mulai berani menggunakan mengurangi penggunaan
bahan-bahan kimia. Pemkab akan mendukung apa yang dilakukan petani di sini, dan
bahkan akan menjadi percontohan sentra bawang merah lainnya di Banyuwangi,”
kata Ipuk.
Budidaya bawang merah tersebut
dilakukan oleh 40 petani yang tergabung dalam kelompok Kijang Kencono, di lahan
seluas 20 hektare. Pengembangan bawang merah di lahan ini menggunakan
prinsip-prinsip budidaya organik.
Sebagian mulai menggunakan pupuk
organik, lahan ditutup dengan mulsa plastik, dan diawali dengan pengapuran
lahan yang tidak dilakukan pada budidaya secara konvensional.
Bawang merah di desa ini
menggunakan varietas Tajuk. Dibandingkan varietas lokal, varietas ini memiliki
usia tanam lebih pendek antara 65-70 hari, dengan produktivitas lebih tinggi,
yakni 12-14 ton per hektare.
Dengan pertanian semi organik
ditunjang jenis varietas tersebut, produktivitas bawang merah poktan Kijang
Kencono rata-rata 14,2 ton per hektar. Meningkat dari sebelumnya sekitar 8 ton
per hektar. Produktivitas tersebut juga lebih tinggi dibanding rata-rata
kabupaten Banyuwangi diangka 11,6 ton per hektar.
Dengan demikian apabila di
rata-rata, dengan harga pasar bawang merah Rp 11.000 per kilogram, kelompok
tani ini mampu menghasilkan Rp. 3,12 miliar.
Selain di Wongsorejo sentra bawang
merah di Banyuwangi, juga ada di Kecamatan Muncar, Tegaldlimo, dan Srono.
“Melihat hasil ini, kami akan
memperluas percontohan pertanian organik ini di sejumlah sentra bawang merah
yang lain. Tentu butuh proses lama untuk benar-benar murni organik. Ini adalah
langkah awal untuk mengarah ke sana,” ujar Ipuk.
Bawang merah merupakan salah satu
komoditas pangan strategis yang sering kali memicu inflasi. Ipuk berharap
dengan pengembangan bawang merah ini, pasokan bawang merah di Banyuwangi bisa
tercukupi. "Ini juga sebagai cara untuk mengendalikan inflasi,”
tambah Ipuk.
Sementara Kepala BI Jember Gunawan
mengatakan akan memfasilitasi dan membantu petani untuk meningkatkan produksi
bawang merah di Banyuwangi.
“Kami juga siap memfasilitasi. Kami
akan berkoordinasi dengan kantor perwakilan yang lain untuk menjalin kerjasama
antar daerah, sehingga produk surplus dari Banyuwangi bisa dipasok ke daerah
lain,” kata Gunawan.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan
Pangan, Ilham Juanda, menambahkan total luas tanam bawang merah di Banyuwangi
(2022) mencapai 1.178 hektar, dengan produksi mencapai 7.538,4 ton. Sedangkan
kebutuhan masyarakat sebesar 4.891,38 ton. Sehingga terjadi surplus 2.647,02
ton.
"Kami berikan bantuan khusus pengembangan bawang merah, antara lain pupuk organik cair, NPK, mulsa, dolomit, dan pencegahan hama/penyakit," pungkas Ilham. (humas/kab/bwi)