Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Kepala BMKG Banyuwangi Dwikorita. (Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Konsep ekowisata atau pariwisata alam yang diusung Banyuwangi dinilai Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendukung upaya pencegahan perubahan iklim.
Hal itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, saat bertemu Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi. “Selama ini Banyuwangi concern pada pengembangan ecotourism,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Minggu (31/12/2023).
“Selain karena dianugerahi
bentang alam yang memungkinkan pengembangan wisata alam, kami juga yakin konsep
ekowisata ini sangat bermanfaat bagi daerah. Apa yang kami lakukan ini
diapresiasi banyak pihak, termasuk salah satunya Kepala BMKG,” imbuh Ipuk.
Bupati Ipuk mengungkapkan dirinya
telah bertemu Kepala BMKG saat melakukan kunjungan kerja di Banyuwangi pada 24
Desember 2023. Dalam kesempatan itu, Ipuk menyampaikan bagaimana pengembangan
pariwisata yang dilakukan Banyuwangi.
“Kami menyadari potensi alam
Banyuwangi adalah kelebihan yang kami miliki dan kami syukuri maka kami tidak
ingin mengubahnya menjadi wisata yang metropolitan. Tapi merawatnya beserta
dengan budaya yang ada di dalamnya,” ujar Ipuk.
Sementara itu, menurut Kepala
BMKG Dwikorita, Banyuwangi layak menjadi contoh daerah yang sukses mendukung
lifestyle ramah lingkungan lewat pengembangan pariwisata alam.
Konsep wisata Banyuwangi
mematahkan paradigma wisata harus yang modern, padat kendaraan, dipenuhi mall
seperti di kota-kota besar, yang ini justru menjadi penyumbang CO2.
“Di Banyuwangi, wisatanya justru
gunung, pantai bahkan event sportourismnya juga sangat ramah lingkungan yakni
kompetisi sepeda, lari yang tidak menghasilkan CO2. Hasilnya adalah
sustainability dan happiness,” katanya.
“Saya sendiri merasakan masuk ke
Banyuwangi rasanya berbeda, auranya lebih segar dan bahagia. Dan saat ini
Banyuwangi telah menjadi tujuan destinasi nasional dengan bertahan pada konsep
yang dipegangnya,” imbuhnya.
Dwikorita mengatakan perubahan
iklim telah menjadi isu utama dunia internasional. Saat ini terjadi fenomena
percepatan peningkatan suhu bumi, yang memicu cuaca ekstrim. Para ahli telah
menyepakati hingga tahun 2100 suhu bumi tidak boleh melebihi 1,5 derajat
celsius guna mencegah timbulnya cuaca ektrim.
Tapi, Organisasi Meteorologi
Dunia telah mengumumkan saat ini suhu dunia telah meningkat 1,4 derajat
celsius, yang notabene masih 78 tahun lagi sebelum tahun 2100.
“Ini menyebabkan kondisi ekstrim,
intensitas cuaca ekstrim terus meningkat. Cuaca yang berubah, banjir, longsor,
ini adalah dampak peningkatan suhu bumi. Jika tidak dilakukan perubahan
lifestyle lebih ramah lingkungan, para ahli mengasumsikan 10 tahun ke depan
bumi bisa terancam krisis air, dan pada 2050 krisis pangan,” kata Dwikorita.
“Ini artinya, dari sekarang kita
harus mulai mengurangi gaya hidup yang mengurangi kenaikan panas bumi,
mengurangi produksi CO2 atau mulai menerapkan mindset pembangunan yang ramah
lingkungan,” imbuhnya.
Untuk itulah, Dwikorita sangat
mendukung ekowisata yang diusung Banyuwangi. Banyuwangi, menurutnya, bukan
sekedar berwacana tapi sudah menunjukkan hasil positif dari kebijakannya.
“Pariwisata yang mengusung wisata
alam ini telah berdampak pada kemajuan ekonomi hingga penurunan angka
kemiskinan daerah. Saya kira Bupati Ipuk bisa menjadi inspirasi pemimpin daerah
lainnya membawa lifestyle ramah lingkungan pada level kebijakan,” jelasnya.
“Saya akan mengajak Bupati Ipuk berbicara di forum internasional yang mengangkat isu peran wanita dalam mengubah lifestyle menjadi ramah lingkungan,” pungkasnya. (humas/kab/bwi)