Kisah Gowes Jadul, Malang-Banyuwangi Tanpa Lampu di Malam Hari (1)Gowes Jadul

Kisah Gowes Jadul, Malang-Banyuwangi Tanpa Lampu di Malam Hari (1)

Berada di tepian Pasir Putih Tahun 1977. (Foto: Dok/Pribandi Bambang Sutejo)

KabarBanyuwangi.co.id - Perbincangan sesama teman satu komunitas selalu mengasyikkan. Bahkan tidak jarang sampai lupa waktu dan situasi.

Keluarga Tony hari itu tengah berduka. Putri pertamanya, siang itu meninggal dunia karena terserang kanker payudara.

Di tengah perbincangan saat taqziah itulah, tiba-tiba aku teringat pengalaman langka, yakni naik sepeda onthel (kayuh) dari Malang-Banyuwangi pada akhir 1977. Dulu belum ada istilah gowes seperti sekarang, juga sepedanya tidak secanggih sekarang.

Baca Juga :

Perjalanan bersepeda onthel dengan jarak tempuh sekitar 300 km ini adalah yang pertama dan sekaligus yang terakhir kulakukan, karena betul-betul tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, apalagi direncanakan.

Bahkan setelah itu, aku sendiri merasa heran, kok bisa aku melakoninya? Pasalnya aku tidak biasa bersepeda jauh, kecuali hanya berputar-putar di kota Malang atau saat mengikuti praktek budidaya peternakan di Sekolah Peternakan Menengah Atas (SNAKMA) Negeri Malang, jaraknya sekitar tujuh kilometer dari tempat kos-ku di Tanjung. Itupun seminggu sekali.

Seakan memang tidak ada hubungan langsung, antara bertakziah dengan naik sepeda onthel tersebut. Namun yang menjadi ‘cantolan’ ingatanku muncul adalah temanku Tony Suprayitno itu, memiliki kenangan khusus yang sulit terlupakan dengan sepedaku.

Ketika triwulan I/1977 saat kami duduk di kelas 3 SPMA, Tony bersama Avianto, temanku yang lain saat itu pinjam sepedaku untuk latihan olahraga beladiri karateka Kyuki Shinkai di komplek Angkatan Laut dekat jalan Tanimbar.

Namun naas, dalam perjalanan mereka berdua mengalami kecelakaan menabrak bak truk dari belakang, karena truk ngerem mendadak. Untung mereka berdua tidak mengalami luka sedikitpun.

Meski kejadian tersebut sudah 44 tahun silam, tapi hingga kini masih kerap jadi bahan obrolan yang menyenangkan. Kerapkali pula berujung dengan tertawa ngakak, seolah baru saja terjadi kemarin sore. 

Apalagi dengan kejadian tersebut telah ‘memaksa’ mereka berdua berhubungan dengan bengkel magic kenteng teter yang ada di Nglegok, Kabupate Blitar, untuk memperbaiki stang stir sepeda yang bengkok karena terbentur bak truk.

Adoh-adoh diparani (nang Blitar) tibake bengkele gak sanggup mbenakno jalaran wis mambu tangan bengkel liya (jauh-jauh didatangi ternyata bengkelnya tidak sanggup membetulkan dengan alasan sudah pernah dibetulkan bengkel lain),” ujar Tony. (Bersambung)

(Penulis: Bambang Sutejo, mantan Wartawan Bisnis Indonesia asal Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi. Sekarang tinggal di Kota Malang)