Ilustrasi bakal calon kepala daerah. (Foto: KabarBanyuwangi.co.id)
KabarBanyuwangi.co.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU)
telah menetapkan tahapan pemilihan kepala daerah serentak se -Indonesia akan
digelar tanggal 27 November tahun ini. Pendaftaran pasangan calon (paslon)
sesuai jadwal dilaksanakan tanggal 27-29 Agustus mendatang. Meski demikian,
hingga saat ini, belum ada kepastian siapa yang bakal tampil bersaing
memperebutkan posisi bupati dan wakil bupati Banyuwangi periode 2024-2029.
Semua tokoh yang berseliweran di berbagai media sosial pun
belum tentu bakal maju sebagai kandidat. Sampai saat ini, tidak ada satupun
paslon yang memegang rekomendasi dari pengurus pusat partai politik. Sekalipun
itu sang petahana, Ipuk Fiestiandani juga belum jelas. Istri Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Abdullah Azwar
Anas ini juga belum diketahui siapa calon wakilnya.
Jika dicermati, sang incumbent diprediksi tidak lagi satu
paket dengan H.Sugirah, wakilnya saat ini. Mengingat, H. Sugirah malah
bermanuver maju sebagai calon bupati. Bahkan, tokoh asal Seneporejo, Kecamatan
Siliragung itu keluar dari PDIP.
H. Sugirah terbukti siap melawan bupatinya sendiri pada
momentum Pilkada tahun ini. Meskipun, kans dia mendapatkan rekomendasi dari
parpol juga belum pasti. Kendati demikian, gerakan mantan anggota DPRD
Banyuwangi itu pun patut diwaspadai.
Lantaran dia juga memiliki gerbong yang tidak bisa dianggap
sebelah mata. Jika dia mampu berkolaborasi dengan deretan tokoh lain, maka
peluang memenangkan laga bisa terealisasi.
Seperti diketahui, selain H. Sugirah, total ada 8 tokoh
yang tampak berjuang melakukan perlawanan terhadap dominasi pemerintahan saat
ini. Sebut saja, Ali Ruchi. Seorang birokrat ini nekat maju sebagai calon
bupati.
Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Banyuwangi ini
total menyuarakan semangat perubahan untuk Banyuwangi lebih baik. Bahkan, tokoh
satu ini sudah tampak melawan sejak pilkada 2020.
Nama lain yang memiliki visi untuk perubahan adalah Sumail
Abdullah. Anggota DPR RI yang terpilih tiga periode ini ikut meramaikan pesta
demokrasi di Pilkada. Ketua DPC Partai Gerindra ini tampaknya tidak sejalan
dengan ritme pemerintahan yang dipimpin oleh Ipuk Fiestiandani. Maka, pria asal
Wongsorejo ini digadang-gadang maju sebagai jago pada pilkada tahun ini.
KH. Ali Makki Zaini adalah tokoh yang jelas melakukan
perlawanan. Mantan ketua PCNU itu kini maju sebagai kandidat bupati dari Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB). Rekam jejaknya sangat jelas, perbedaan pandangan
politiknya dia dengan Ipuk Fiestiandani sudah terlihat sejak Pilkada tahun 2020
lalu. Saat itu, Gus Makki, sapaan akrabnya, terang-terangan berada di barisan
Yusuf Widyamoko-KH. Riza Azizy.
Nama lain yang kini berjuang melawan pemerintahan saat ini
adalah KH. Ahmad Munib Syafaat. Seorang akademisi dan politisi, Gus Munib,
panggilannya mengusung semangat regenerasi untuk kesejahteraan rakyat
Banyuwangi. Salah satu pengasuh pesantren Darussalam Blokagung ini punya basis
massa yang besar dan militan.
Ketua DPC Partai Demokrat, Michael Edy Hariyanto juga
termasuk yang frontal melakukan perlawanan terhadap periode kepemimpinan Ipuk
Fiestiandani. Wakil ketua DPRD Banyuwangi ini memiliki sepak-terjang yang
mentereng, baik saat menjadi wakil rakyat maupun sebagai ketua parpol.
Abdul Kadir, tokoh lain yang getol melakukan gerakan bawah
tanah melawan penguasa saat ini. Sebagai mantan birokrat, dia paham betul skema
pemerintahan yang dilakukan semasa periode Abdullah Azwar Anas kemudian
dilanjutkan bupati saat ini. Abdul Kadir memiliki pengalaman di birokrasi yang
cukup panjang. Apalagi dia pernah menjabat sebagai wakil bupati periode
2000-2005.
Yusuf Widyatmoko yang tetap menjadi bagian perjuangan
melawan bupati saat ini. Sebab, dia setia mendampingi Abdullah Azwar Anas
ketika menjabat sebagai bupati. Harapannya pada periode ketiga dia didukung
total oleh Abdullah Azwar Anas. Tetapi, Yusuf Widyatmoko ditinggal dan Abdullah
Azwar Anas menjagokan istrinya pada pilkada periode lalu. Tragisnya lagi, Yusuf
akhirnya kalah dalam persaingan politik yang sengit itu.
Tokoh lain yang maju sebagai calon bupati adalah Ratna Ani
Lestari. Mantan bupati Banyuwangi periode 2005-2010 itu kini maju sebagai calon
bupati. Dia memiliki pengalaman satu periode memimpin Banyuwangi dan setelah
lama menghilang, kini tokoh perempuan itu maju sebagai kandidat.
Dari sekian tokoh ini, belum ada satupun yang mendapatkan
rekomendasi dalam bentuk paket pasangan calon. Jika kemudian, deretan tokoh
perlawanan ini bersatu, kans memenangkan laga melawan petahana semakin terbuka.
Misalnya, rekomendasi parpol yang diusung muncul paket Gus
Makki-Michael dengan gerbong PKB dan Partai Demokrat. Maka, tujuh tokoh lain
dituntut bisa bersatu dan bergabung di dalamnya. Sebab, ini menjadi kekuatan
kunci untuk mengalahkan petahana.
Bisa juga Sumail-Gus Munib dengan paket Partai Gerindra dan
PKB kemudian didukung oleh Partai Demokrat. Ini juga memiliki potensi memenangi
Pilkada. Apalagi, paslon ini didukung total oleh para tokoh perlawanan.
Sang petahana tentu tidak tinggal diam. Bagaimanapun
caranya, dari sekian tokoh ini harus masuk dan digaet untuk bergabung untuk
menambah kekuatan. Jika ditinggal, kekuatan terancam semakin keropos dan bisa
bahaya. Sebab, di arena politik, yang tidak mungkin bisa terjadi, sebaliknya
yang mungkin malah tidak mungkin.
Misalnya, tiba-tiba, atas perintah partai di level pusat,
kader-kader partai, seperti Gus Makki, Gus Munib, Sumail Abdullah, dan Michael
Edy Hariyanto ditunjuk oleh pengurus pusat untuk bergabung dan bersatu bersama
Ipuk Fiestiandani demi misi kepentingan Banyuwangi.
Dengan demikian, praktis hanya menyisakan empat tokoh yang
melawan, yaitu H Sugirah, Ratna Ani Lestari, Abdul Kadir dan Ali Ruchi yang
akan menjadi lawan petahana.
(Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum
Diskusi Dapil se-Banyuwangi)