(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Penurunan stunting menjadi salah satu fokus Pemkab Banyuwangi. Untuk percepatan penurunan dan penanganan stunting, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani luncurkan program "Banyuwangi Tanggap Stunting (BTS)", di Pendopo Banyuwangi, Kamis (21/7/2022).
Peluncuran program tersebut diawali dengan penandatanganan pakta intergritas yang dilakukan oleh Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Camat, dan Kepala Desa.
Hadir dalam peluncuran program
tersebut Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi (BKKBN), Sukaryo
Teguh Santoso; Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Maria Ernawati; Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Banyuwangi, anggota DPRD Banyuwangi,
Kepala Puskemas, dan stakeholder lainnya.
"Sengaja kami undang semua,
karena penanganan stunting harus dilakukan secara bersamaan. Stunting adalah
masalah krusial yang harus segera ditangani. Karena apabila tidak, akan terjadi
permasalahan dalam jangka waktu yang lama," kata Bupati Ipuk.
Dalam program BTS, terdapat 5 langkah yang yang terdiri atas 2 basis dan 3 pilar. Dua basis tersebut adalah bangun kolaborasi dengan semua pihak. Basis lainnya adalah upayakan secara maksimal menuju Banyuwangi zero stunting.
Sementara tiga pilar adalah: Identifikasi balita stunting (by name, by adress/coordinat, by problem). Kedua, perbaiki problem faktor penyebab stunting, misalnya masalah ekonomi, kondisi kesehatan, gizi, dan lainnya.
(Foto: humas/kab/bwi)
Pilar ketiga, ukur secara berkala
tumbuh kembang janin hingga anak berusia di hawah 2 tahun atau 1000 hari
pertama kelahiran. "Karena apabila stunting lebih dari 1.000 hari akan
lebih sulit penanganannya," kata Ipuk.
Ipuk mengatakan tenaga dan
sumberdaya terbatas, karena itu harus ada skala prioritas penanganan dan
pencegahan stunting. Prioritas pertama adalah penanganan anak usia kurang
dari 2 tahun. Prioritas kedua adalah anak usia 2 hingga 5 tahun.
Untuk pencegahan prioritas pertama
adalah Ibu hamil berisiko tinggi juga menjadi prioritas utama. Ibu hamil harus
dipantau untuk memastikan tidak ada kelahiran dengan dengan berat badan lahir
rendah (BBLR).
Prioritas kedua pencegahan adalah
calon pengantin, dengan memberikan pendampingan dan konseling terkait stunting.
Prioritas ketiga adalah remaja putri. "Meski tenaga terbatas, tapi
banyak yang bisa dilibatkan. Seperti organisasi wanita, misalnya Aisyiah,
Muslimat, PKK, dan lainnya," kata Ipuk.
Untuk mendukung program ini, Hari Belanja Pasar Tradisional dan UMKM yang digelar tiap bulan pada tanggal cantik diarahkan pada kebutuhan anak-anak stunting, seperti belanja susu, vitamin, makanan berprotein, dan lainnya.
(Foto: humas/kab/bwi)
Di tiap Hari Belanja mampu menghasilkan
Rp 700 juta, yang akan digunakan untuk sasaran 7 ribu balita, ibu hamil dan
menyusui.
Ipuk mengatakan tiap dua minggu
sekali akan dilakukan evaluasi. Bagaimana perkembangan stunting di tiap desa
dan kecamatan. Data akan terus terupdate di database sehingga camat, kepala
desa, kepala OPD bisa memantau. "Saya akan memantau dan meminta laporan
penanganan tiap dua minggu sekali," tambah Ipuk.
Program tersebut diapresiasi oleh BKKBN Pusat. Program BTS sangat tepat karena stunting persoalan serius. "Kita hanya menyisakan waktu 18 bulan untuk mencapai penurunan stunting sesuai target Presiden. Ini membutuhkan terobosan dan inovasi. Alhamdulilah, konsep Banyuwangi sangat tepat," kata Teguh. (humas/kab/bwi)