(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta daerah lain untuk bisa meniru berbagai inovasi yang dilakukan Kabupaten Banyuwangi.
“Banyuwangi bisa menjadi model, menjadi best practice untuk daerah lain. Banyuwangi terus berinovasi, saya sudah dengar berbagai inovasinya,” kata Tito seusai mengecek layanan “Smart Kampung” di Desa Sukojati, Banyuwangi, Jumat (4/6/2021), didampingi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
“Tradisi inovasinya terjaga. Saya
akan minta daerah lain meniru Banyuwangi. Saya saja ingin belajar dari
Banyuwangi," imbunya.
Tito menceritakan kedatangannya ke
Banyuwangi untuk menjawab rasa penenasarannya tentang berbagai inovasi dan
keberhasilan Banyuwangi.
"Jujur saya katakan, selama
ini saya penasaran dengan Banyuwangi. Tiap lomba pelayanan publik di
kementrian, (Banyuwangi) selalu menang. Jadi saya putuskan untuk datang
langsung ke Banyuwangi," urai Tito.
Tito pun mengaku terkejut dengan
sistem layanan publik Smart Kampung yang ada di desa Banyuwangi. Bahkan Tito
mengakui kalah dari kepala desa di Banyuwangi dalam mengakses berbagai sistem
layanan publik.
Kepala Desa Sukojati Untung Suripno
sebelumnya menjelaskan detil program Smart Kampung yang digeber Pemkab
Banyuwangi untuk desa-desa. Dalam program itu, sejumlah layanan cukup diakses
di tingkat desa, bahkan secara mandiri melalui mesin yang disiapkan di kantor
desa.
"Terus terang saya kalah dari
kepala desa. Jarinya sudah sangat fasih memencet aplikasi," kata Tito saat
menyaksikan langsung program Smart Kampung.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Tito mengapresiasi layanan “Smart
Kampung”, sistem pelayanan publik di tingkat desa yang dikembangkan Banyuwangi
dengan sentuhan teknologi informasi.
"Dari sistem pelayanan, saya
kaget. Di Kemendagri itu ada sistem Anjungan Dukcapil Mandiri yang mengurus
catatan sipil. Tapi di desa di Banyuwangi saya melihat lebih kompleks lagi.
Tidak hanya tentang catatan sipil, tapi bisa melayani banyak pelayanan. Bahkan
ada puluhan layanan," kata Tito.
Menurut Tito, ini menunjukkan
Banyuwangi berhasil mengubah pola pikir dan kinerja SDM pemerintahan hingga
tingkat desa. "Itu tidak mudah, kalau hanya mengubah bangunan mungkin dua
bulan selesai. Kalau mengubah SDM, itu sulit," jelas Tito.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani
mengatakan, tradisi inovasi terus diterapkan di Banyuwangi dalam berbagai
program pemerintahan.
“Kita hari ini menghadapi situasi
yang tidak mudah karena pandemi. Ada tantangan keterbatasan fiskal. Maka terus
berinovasi adalah kuncinya. Sehingga sejak dilantik 26 Februari, berbagai
inovasi kami jalankan,” ujar Ipuk.
“Ada program berkantor di desa, ongkir gratis ke seluruh Indonesia untuk UMKM, pelayanan hingga ke masyarakat perkebunan, bantuan warung rakyat, dan sebagainya,” ujarnya. (Humas/kab/bwi)