Mozes Misdy, Pelukis Petualang Itu Telah BerpulangSeniman

Mozes Misdy, Pelukis Petualang Itu Telah Berpulang

Mozes Misdy selalu akrab dengan seniman-seniman muda saat beraktivitas di Langgar Art beberapa waktu lalu. (Foto: Dok istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id – Innnalillahi wa inna lillahio rajiun, pelukis senior Banyuwangi, Mozes Misdy telah meninggal dunia, Minggu (31/01/2021) pukul 03:00 WIB di RSU Fatimah, Banyuwangi. lmarhum yang lahir 14 Desember 1937, memang sedang menderita sakit diabetes.

Sudah lama menjalani perawatan di rumah dan keluar masuk rumah sakit, terakhir hingga meninggal dunia setelah 2 hari dirawat di rumah sakit.

Para saniman muda Banyuwangi banyak yang berasa kehilangan, karena Pak Mozes dikenal dekat dengan seniman-seniman muda, serta sering memberi wejangan tentang kesenian. Kerap menyemangati dengan menghadiri seniman muda Banyuwangi yang menggelar pameran.

Baca Juga :

Lahir di Desa Gambiran, Kecamatan Gambiran, kemudian tahun 1980 pindah ke Banyuwangi. Sebelum menetap tinggal di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Mozes semasa mudanya sering berpindah-pindah tempat di Banyuwangi.

Perjuangannya sebagai seniman tidaklah mudah, Mozes muda yang dikenal mudah akrab dengan siapapun, tetap kesulitan menjual karya-karyanya pada masa awal.

Nama Mozes kemudian dikenal luas, dengan obyek kehidupan nelayan, pantai dan perahu dengan tekhnik palletnya. Kepiawaian Mozes dalam menggunakan pisau pallet untuk menorehkan cat di kanvas, diakui banyak pihak adalah kekuatannya dan tidak ada duanya.

Mozes kecil ternyata memang seorang petualang sejati, bahkan sejak usia sekolah dasar sudah merantau. Pengalaman merantau dan kenal banyak orang, kemudian diterapkan dalam berkesenian di Banyuwangi.

Bahkan di Banyuwangi, banyak seniman dan calon seniman magang di Mozes, kemudian jadi dan berkarya sendiri. Namun begitu akrab dan intensnya seniman ini dengan almarhum, sehingga mereka terpola dengan tekhnik Mozesaisme.

Mozes juga dikenal pelukis yang produktif, di manapun tinggal selalu berkarya dan mempengaruhi lingkungannya dengan kesenian. Saat merantau di Medan, Pak Mozes juga mendobrak dengan gayanya. Terakhir malah mendapatkan istri orang Medan.

Tidak hanya kota-kota besar, Pak Mozes juga menjelajahi kota-kota kecil. Terakhir di Tegal Jawa Tengah, sebelumnya tidak diperhitungkan dalam peta kesenirupaan. Namun Pak Mozes bisa mewarnai dengan kegiatan seni rupa, hingga pameran.

Selamat jalan sang Maestro, semoga karya dan semangatmu bisa diwarisi oleh seniman-seniman muda. (sen)