Discussion party & bedah buku
KabarBanyuwangi.co.id - Tiga tahun berdiri melebarkan sayapnya di bidang keterpelajaran, Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) -Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi memperingati milad ke-3 tahun demi membawa serta menciptakan kader unggul yang militan, Rabu - Kamis (27-28/01/2021).
Ragam peristiwa telah dilaluinya, suka maupun duka. Namun dengan retorika yang ada, IPNU-IPPNU Desa Mangir terus menciptakan gerakan terampil dan aktif dalam kegiatan literasi media.
Acara yang diadakan 2 hari ini menjadi serangkaian
kegiatan, salah satunya Ziarah Wali, serta ritual syukur dan ditutup dengan
discusstion party bedah buku 'Asmara Mantra' bertempat di Balai Desa
Mangir, dengan mengusung tema "Transformasi IPNU IPPNU Sabuk Mangir
Sebagai Integritas Pelajar Nahdliyah".
"Jadi tema yang kita ambil tentang perubahan yang
dialami oleh kader IPNU IPPNU Sabuk Mangir, mulai dari gaya hidup,
intelektualitas, kapabilitas, kebutuhan sebagai makhluk sosial dan lain
sebagainya,” kata Ainul selaku penanggung jawab acara.
“Terus juga memiliki sikap keterpelajaran yang konsistensi
dan keteguhan mempertahankan prinsip yang tidak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah an Nahdliyah," imbuhnya.
Ainul mengatakan, bahwa kader IPNU-IPPNU menjadi garda
terdepan untuk ikut serta gotong royong demi terwujudnya generasi berbangsa dan
bernegara.
Bekerja sama dengan berbagai elemen, peringatan harlah ini
dihadiri seluruh Ranting IPNU-IPPNU se-Kecamatan Rogojampi, dan didukung penuh
oleh Kepala Desa Mangir, seluruh banom NU Ranting Mangir, serta pemuda pemudi
Desa Mangir.
'Urube Sabuk Mangir' merupakan branding pagelaran Hari
Lahir IPNU-IPPNU Desa Mangir ke-3 tahun. Branding ini diangkat, karena fakta
sosial yang mencerminkan perjuangan Sabuk Mangir sendiri yakni
'Murub-Surub-Urub' atau bersinar, padam, bersinar kembali.
"Menengok 2 tahun berlayar membawa nahkodanya,
IPNU-IPPNU Sabuk Mangir mampu membawa nama dan eksistensinya dimata media
unggul akan potensi dan prestasinya,” tegas Cak Mang selaku penggagas branding.
“Selang satu tahun berjalan IPNU-IPPNU Sabuk Mangir
dihadapkan dengan pro dan kontra, perselisihan, fitnah, menyurutnya kader,
hilangnya prioritas, demikian yang menjadikan IPNU IPPNU Sabuk Mangir
tumbang/suri," imbuhnya.
Sempat menjadi gosip dan perbincangan di mata umum akan
hilangnya jejak Sabuk Mangir, namun tidak lama dari itu jelang usianya
yang ke 3 tahun IPNU-IPPNU Sabuk Mangir kembali bangun dari tidur surinya.
"Dengan retorika dan antusias pergerakannya, mulailah
merintis kegiatan kecil. Ternyata itu malah menjadi kebutuhan kader,
antusias dan semangat berjuang kembali tumbuh dari benak dan fikirannya. Semakin membuktikan IPNU IPPNU Sabuk Mangir lagi-lagi dan kembali melebarkan
sayapnya," ujar Nur Hisana, ketua IPPNU Ranting Mangir.
Senada dengan itu, ketua IPNU Ranting Mangir, Amim Kholid
Alfarisi menambahkan bahwa dengan branding 'Urube Sabuk Mangir' yang sedikit
banyak menjadikan arti penting dari perjalanan dan perjuangan IPNU IPPNU
Sabuk Mangir selama 3 tahun ini.
IPNU-IPPNU Sabuk Mangir, telah membumi-langitkan potensi
dan karakter pemuda Mangir melalui wadah organisasi IPNU-IPPNU dan menjadi
bekal untuk terus berjihad. Melipat gandakan generasi penerus bangsa yang
berakhlakul karimah berlandaskan Ahlussunnah Wal Jamaah an Nahdliyah.
"Saya ucapkan selamat milad yang ke 3 tahun IPNU IPPNU
Sabuk Mangir dan jangan pernah kasih kendor. PAC IPNU-IPPNU Rempeg Jogopati
tanpa Ranting Mangir dan seluruh ranting yang ada di kecamatan Rogojampi bukan
apa-apa,” lontar ketua PAC IPNU Rogojampi, M. Ali Moerdani.
“Tetapi berkat kita semua bersatu, bergotong royong, karena
kita menyadari ada sebuah tanggung jawab moral terhadap generasi muda, sehingga
nantinya kita, kader-kader muda NU siap menjadi nahkoda baru pergerakan khususnya
di Rogojampi," imbuh M. Ali Moerdani.
Ketua PAC IPNU Rogojampi ini melanjutkan, untuk memperkuat
silaturrahmi dan inovasi-inovasi demi ciri khas menjadi patron pergerakan dari
pelajar se Kabupaten Banyuwangi.
"Dan jangan lupa seluruh Ranting mari kita perkuat
lagi, kita perkokoh silaturrahmi, karena tanpa persatuan kita bukan apa-apa.
Kita adalah kapal besar maka dari itu mari kita isi, kita jalankan kapal
ini mencapai cita-cita yang sudah dituliskan, dan sudah dicatat oleh para
pendiri kita," lanjut M. Ali Moerdani dengan intonasi yang menggebu-gebu.
Tidak hanya antusias dari rekan rekan kita ranting se
Kecamatan Rogojampi, Kepala Desa, serta banom NU Ranting Mangir saja, tetapi
acara tersebut juga ditengahi oleh rekan Ach. Asrorul Umami selaku ketua PC
IPNU Kabupaten Banyuwangi yang menyempatkan hadir di terngah padatnya kegiatan.
"Kami sangat mendukung dan mengapresiasi penuh
terhadap serangkaian kegiatan dari IPNU-IPPNU Ranting Mangir, yang sudah
berinisiatif menggelar kegiatan Harlah di sini. Yang pasti kami ucapkan
terimakasih juga, karena Desa Mangir sudah diberikan kepercayaan tempat untuk
mengadakan acara, kami tetap mendukung kegiatan-kegiatan Ranting Mangir
kedepan," ujar Kepala Desa Mangir.
Discusstion party dan bedah buku 'Asmara Mantra' menandakan
sebagai rangkaian akhir kegiatan peringatan hari lahir IPNU IPPNU Sabuk Mangir
ke-3 serta hari lahir NU yang ke-95. Bukan hanya branding yang memiliki nuansa
magis, fase gerakan tarian dan gendhing yang mengiringi seolah membacakan
sebuah mantra yang di kemas rapi oleh IPNU IPPNU Sabuk Mangir.
Narasumber dalam kegiatan ini yakni Nur Khofifah, S.Pd,. Seniman asli Desa Mangir dan juga selaku penulis buku 'Asmara Mantra' dan
Fatrotul Jannah S.Pd, selaku host bedah buku yang merupakan Alumnus Fakultas
Sastra Universitas Negeri Malang, mengaku merasa senang karena mendapat
kesempatan untuk menjadi host dari narasumber yang merupakan guru saat membaca
puisi di Madrasah Ibtidaiyah.
"Masa pandemi bukan halangan untuk terus beraktivitas,
lewat gawai ini semakin marak lalu lalang aktivitas, maka lakukanlah selagi
kalian bisa, selagi kalian mampu. Masa pandemi jangan sampai menghalangi untuk
berkreasi," pesan salah satu narasumber untuk pembuka discusstion party.
Dalam diskusinya, Fifah, panggilan karibnya berpendapat
bahwa seni adalah ketika kita menciptakan suatu karya yang mengimajinasikan.
Seperti halnya ketika seorang pelukis menuangkan ekspresi perasaanya dalam
lukisan itu, sebetulnya sang pelukis tidak ingin membuat sesuatu yang real.
Tetapi pelukis ingin mengimplementasikan apa yang ia alami
ke dalam lukisan tersebut, sehingga lukisan dapat dibaca oleh khayalak umum.
Sedangkan sastra menurut beliau itu mengalir, sudah mendarah daging, searah
laju kehidupan, proses dari dinamika kehidupan.
"Sejak saya kecil, saya sudah akrab dengan dunia
sastra terutama dunia puisi." tambahnya.
Buku 'Asmara Mantra' ini berisi kurang lebih 100 puisi
terbagi dari beberapa bab yang merupakan teropong kehidupan bernilai ketuhanan,
seni, sosial, agama. Karena buku ini bukan hanya ditujukan untuk kalangan
remaja, tapi juga dikalangan orang dewasa.
Diskusi semakin seru ketika memasuki sesi tanya jawab.
Setelah pemaparan oleh pembicara, diberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya atau menyampaikan pendapat. Peserta nampak antusias dalam bertanya dan
mengulik tentang seni dan sastra yang ada pada buku 'Asmara Mantra' ini.
Cak Mang selaku koordinator kegiatan diskusi publik,
berharap agar kegiatan ini dapat terus eksis dan semakin banyak pemuda pemudi
Desa Mangir yang terlibat.
"Harapannya, semoga pemuda pemudi Desa Mangir, dapat terlibat untuk ngobrol dan diskusi di sini, dan semoga acara serupa dapat berkembang dan meluas ke masyarakat sekitar,” tutup Cak Mang.
(Penulis: Dwi Ainul Haqiky, Wakil Ketua Bidang Organisasi PAC IPNU Rogojampi)