(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama Pemerintah Norwegia untuk mengatasi sampah plastik terus ditingkatkan.
Hal ini terungkap dalam seminar Road to a Global Plastic Treaty: Turning The Tide on Marine Plastic Pollution yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia bersama Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan serta UNDP (Badan Pembangunan PBB), di Jakarta (8/11/2023).
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia
Rut Krüger Giverin menjelaskan, seminar ini digelar untuk mempertemukan para
pemangku kepentingan internasional (sektor swasta, organisasi internasional,
dan pemerintah) untuk mendapatkan solusi inovatif mengurangi polusi plastik
laut, serta untuk membangun momentum menuju kesepakatan global tentang polusi
plastik (global plastic treaty).
“Kita semua sudah sepakat bahwa
masalah pencemaran plastik di laut adalah isu yang serius, tapi saya yakin kita
semua optimis bahwa kita memiliki solusi untuk mengatasinya,” kata Ruth.
Seminar tersebut juga diikuti
oleh Perwakilan Tetap UNDP Indonesia Norimasa Shimomura, Deputi Bidang
Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marvest, Dr. Nani
Hendiarti, perwakilan Danone Indonesia serta perwakilan dari Asosiasi Industri
Plastik Indonesia.
Forum ini, lanjut Ruth, juga
membahas bagaimana inisiatif baru dijalankan oleh para aktor nasional,
subnasional dan lokal dalam mengurangi sampah laut dan polusi plastik di
Indonesia.
“Dan saya sangat senang Ibu
Bupati Banyuwangi hadir di sini. Apa yang dipaparkan kepada kami tentang
kolaborasi pemkab bersama stake holder, swasta, organisasi, komunitas merupakan
salah satu gambaran dari solusi masalah pencemaran sampah plastik di laut. Ini
membangun optimisme untuk kita semua yang hadir dalam upaya mengurangi
pencemaran plastik di laut,” kata Ruth.
Dalam kesempatan itu, Bupati
Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memaparkan bagaimana Banyuwangi bermitra dengan
banyak pihak dalam penanganan dan pengelolaan sampah di daerahnya.
Banyuwangi telah membangun dan
mengoperasikan 19 TPS3R di Banyuwangi. Tiga di antaranya, yaitu TPS3R
Sumberberas, Tembokrejo, dan Balak, dibangun melalui skema Public- Private
Partnership (PPP).
Misalnya Project STOP di
Kecamatan Muncar (kerjasama dengan PT. Systemiq Lestari Indonesia). Sejak
dilaksanakan 2018, program ini telah membawa banyak perbaikan terhadap
pengelolaan persampahan di Muncar.
“Lebih dari 90.000 warga desa
setempat ikut layanan pengangkutan sampah, lebih dari 14.000 ton sampah
berhasil terkumpul dan selanjutnya diolah, juga terjadi perubahan perilaku
warga untuk mulai memilah sampah. Banjir di sana juga berkurang, karena sungai bebas
dari sampah,” beber Ipuk.
Banyuwangi juga ada program CLOCC
(Clean Ocean through Clean Communities) yang juga didukung pemerintah Norwegia
untuk penyusunan rencana induk pengelolaan sampah, serta pendampingan desa
untuk aktivitas TPS3R.
Selain juga telah dibangun TPS 3R
di Desa Balak, Kecamatan Songgon yang memiliki kapasitas pengelolaan sampah 84
ton sampah per hari.
“Kita juga bersama NGO Sungai
Watch, ada program bersih-bersih sungai untuk mengurangi sampah yang masuk ke
laut,” kata Ipuk.
Ipuk melanjutkan, kerjasama
program dan kegiatan yang dilakukan selama ini telah memberikan dampak positif
bagi Banyuwangi. Capaian pengurangan sampah mengalami kenaikan dari 37.500
ton/tahun di 2022 menjadi 41.200 ton/tahun di 2023.
“Capaian penanganan sampah juga meningkat, dari 49.000 ton/tahun di tahun 2022 menjadi 51.300 ton/tahun di 2023,” pungkasnya. (humas/kab/bwi)