Pelatihan Sinden Gandrung, Bukan Memisah Antara Penari dan PesindenDKB Banyuwangi

Pelatihan Sinden Gandrung, Bukan Memisah Antara Penari dan Pesinden

Gandrung Temu Misti dan rekan-rekannya saat rekaman Gendhing Klasik di Sanggar Tari Gandrung Cluring. (Foto: Adlin Mustika)

KabarBanyuwangi.co.id – Pelatihan Sinden Gandrung oleh Dinas Kebudayaan dan pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi dan Dewan Kesenian Blambangan (DKB), bukan sebagai upaya pemisahan antara peran Sinden Gandrung (penyanyi) serta Penari Gandrung. Mengingat dalam kegiatan Gandrung Profesional, kedua peran itu dijalani seorang Gandrung dalam pentas semalam suntuk.

“Ini hanya sebagai pembongkaran, tujuan pelatihan biar fokus ke masing-masing bidang. Namun selanjutnya akan diupayakan pelatihan lanjutan bidang tari, atau paju yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Tidak mungkin kedua bidang itu kita latihkan sekaligus, pasti tidak akan maksimal,” ujar Sekretaris Panitia Pelatihan Sinden Gandrung 2021, Adlin Mustika Alam.

Adlin menambahkan, hingga saat ini (Rabu, 24/02/2021) jumlah pendaftar sudah mencapai 15 orang dari berbagai wilayah di Banyuwangi. Pendaftaran bertembah, setelah panitia mengubah umur maksimal dari 20 tahun menjadi 25 tahun. Para pendaftar nanti, akan diseleksi menjadi 40 orang yang diterima.

Baca Juga :

“Keempat puluh peserta yang lolos seleksi, selanjutnya akan diberikan materi tentang seluk beluk Gandrung hingga pementasannya. Pemberian materi selama 2 hari, oleh pemateri yang telah ditunjuk oleh Dewan Kesenian Blambangan atau DKB,” ujar Juwono atau Kang Ju sebagai Ketua Pelatihan Sindeng Gandrung kepada KabarBanyuwangi.co.id.

Kang Ju sebagai anggota Komisi Seni Musik DKB menambahkan, bahwa regenerasi Gandrung profesional sudah mendesak dilakukan. Saat ini, Gandrung Profesional atau disebut Gandrung Terob yang sudah lanjut usia, selalu membawa Gandrung muda sebagai penari.

Para Gandrung senior ini, sudah tidak mampu melayani tamu saat sesi paju. Sementara Gandrung muda, kebanyakan tidak hafal gendhing-gendhing Gandrung klasik yang sudah menjadi pakem.

“Saat saya melakukan rekaman untuk dokumentasi gendhing-gendhing klasik Gandrung di Sanggar Tari Gandrung Arum, Cluring beberapa bulan lalu, ternyata banyak gendhing-gendhing yang tidak pernah muncul dalam pentas Gandrung. Dari itulah, akhirnya muncul ide pelatihan sebagai salah satu upaya pelestarian,” kata pria asli Sukorejo, Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh ini.

Kang Ju yang juga pemilik Kelompok Angklung Larasati ini berharap, upaya yang sedang dilakukan, secara bertahap bisa mengembalikan kesenian Gandrung seperti bentuk pakemnya.

“Pserta pelatihan ini, nantinya akan ditipkan dan diinapkan di rumah Gandrung-Gandrung senior yang sudah ditujuk DKB. Pola ini dilakukan, karena umumnya Gandrung-Gandrung Banyuwangi itu selalu menimba ilmu dari para seniornya,” ucap kang Ju.

“Dari para Gandrung senior inilah, Gandrung muda bisa belajar Gandrung Profesional, serta menjiwai apa saja yang dilakukan. Mulai tarik suara, teknik mengelola suara yang merdu, juga nantinya gerakan-gerakan tari agar terpelihara kekhasan tari Gandrung,” pungkas penyusun materi Pelajaran Bahasa Using untuk SD ini. (sen)