Peringati Harlah IPNU, PAC IPNU IPPNU Rogojampi Gelar Bedah BukuPAC IPPNU Rogojampi

Peringati Harlah IPNU, PAC IPNU IPPNU Rogojampi Gelar Bedah Buku

Bedah Buku Sejarah NU Banyuwangi

KabarBanyuwangi.co.id - Dalam rangka memperingati Harlah IPNU ke-67 tahun, serta membina pelajar yang berwawasan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah an Nahdliyah. Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Rogojampi menggelar bedah buku, Rabu (23/2/2021).

Dalam rangkaian Agenda Februaread PAC IPNU IPPNU Rempeg Jogopati adakan bedah buku 'Sejarah Nahdlatul Ulama Banyuwangi' guna menambah wawasan akan sejarah perjuangan NU khususnya di Kabupaten Banyuwangi serta mengenal para tokoh NU sehingga bisa dijadikan sebagai suri tauladan dalam berkhidmat pada Nahdlatul Ulama.

Acara bertempat di Cafe Wong Osing ini dihadiri oleh puluhan pelajar yang tersebar di kecamatan Rogojampi. Perwakilan dari PAC tetangga pun ikut hadir dan memeriahkan acara bedah buku ini.

Baca Juga :

Menurut panitia pelaksana, serangkaian kegiatan di bulan Februari ini menjadi Tagline Agenda Februaread dengan mengusung tema "Membaca Adalah Melawan Kebodohan, Maka Mulailah Membaca, Baik Buku Maupun Fenomena."

"Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Dengan adanya tagline agenda Februaread kader-kader intelektual PAC IPNU IPPNU Rempeg Jogopati mampu menjadi sebuah wadah dalam menampung dan menyalurkan aspirasi seluruh pelajar yang tersebar di Kecamatan Rogojampi. Karena cara terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi, dan kesejahteraan hidup seseorang, adalah dengan menanamkan budaya literasi, Membaca - Berfikir - Menulis – Berkreasi," Kata Ainul selaku panitia pelaksana.

"Kehadiran IPNU IPPNU di setiap Ranting serta Komisariat memiliki harapan besar, dimana kader-kader intelektual itu mampu diciptakan oleh IPNU IPPNU sehingga Nahdlatul Ulama kedepan bisa menjadi organisasi yang jaya," tambahnya.

Ketua PAC IPNU IPPNU Kecamatan Rogojampi mengapresiasi penuh terhadap rangkaian kegiatan yang dijalani selama agenda Februaread ini.

"Dalam rangka menyambut satu abad Nahdlatul Ulama serta Harlah IPNU, PAC IPNU IPPNU Rempeg Jogopati mengadakan bedah buku sejarah Nahdlatul Ulama. Kenapa kita penting belajar sejarah, karena tanpa kita mengetahui asal usul kita, tanpa kita mengetahui siapa jati diri kita sebenarnya, kita kedepan akan kehilangan arah. Sehingga kita penting sekali mempelajari sejarah, tentunya sejarah para tokoh NU," ujar ketua PAC IPNU Rogojampi, M. Ali Murdani.


Keterangan Gambar : Suasana Discution Party dan bedah buku. (Foto: Istimewa)

Senada dengan itu, ketua PAC IPPNU Rogojampi Fina Fatwa Nafagi menambahkan bahwa generasi muda NU menjadi harapan baru dengan cara berproses, dalam rangka berkhidmad di Nahdlatul Ulama dan juga untuk bangsa Indonesia, sehingga nantinya generasi muda NU menjadi harapan baru, menjadi penggerak baru yang akan menggantikan perjuangan NU khususnya di Banyuwangi.

"Mari kita bersama-sama berproses bareng, berkhidmad bareng, karena dengan begitulah bagian dari tanggung jawab keterpelajaran, bagian dari memperbaiki Indonesia. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi kita juga sebagai anak bangsa memiliki peran penting dalam perkembangan Republik Indonesia," tambahnya.

Narasumber dalam kegiatan ini yakni Rekan Ayung Notonegoro, Founder komunitas pegon, sejarawan muda Banyuwangi, pegiat naskah kuno, dan juga selaku penulis buku 'Sejarah Nahdlatul Ulama Banyuwangi' dan 'Manunggaling NU Ujung Timur Jawa'. Dipandu oleh Rekan Obbie Villy Andika, selaku moderator bedah buku yang merupakan Waka 2 bidang kaderisasi PAC IPNU Rogojampi, merasa senang karena mendapat kesempatan untuk menjadi moderator dari narasumber yang merupakan guru dan senior IPNU Rempeg Jogopati.

"Ketika kita berbicara sejarah Nahdlatul Ulama, bayangan kita pasti tertuju kepada Hadrotus Syaikh K.H Hasyim Asy'ari, K.H Wahab Hasbullah, K.H Bisri Syamsuri. Lantas apakah pendirian NU itu hanya menjadi saham, hanya memiliki kontribusi Ulama-ulama Jombang, Surabaya. Lantas apakah Ulama-ulama lain dari luar daerah termasuk di Banyuwangi tidak memiliki saham terhadap NU itu sendiri? Dalam sejarahnya Banyuwangi ikut berkontribusi dalam proses berdirinya NU, salah satunya Kyai Sholeh Lateng hadir dalam Muktamar NU ke 3," salah satu kata pembuka dari narasumber dalam bedah buku.

Diskusi semakin seru ketika memasuki sesi tanya jawab. Setelah pemaparan oleh narasumber, diberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau menyampaikan pendapat. Peserta nampak antusias dalam bertanya dan mengulik tentang retorikan yang ada pada buku 'Sejarah Nahdlatul Ulama Banyuwangi' ini.

"Generasi muda NU adalah generasi yang akan memegang tonggak peradaban NU di masa mendatang. Oleh karena itu, teladanilah para pendahulu. Tidak hanya mencatat sejarah masa lampau, tapi catat sendiri sejarah kalian dengan gemilang," clossing statment dari moderator untuk menutup acara bedah buku ini.

(Penulis: Dwi Ainul Haqiky, Wakil Ketua I Keorganisasian PAC IPNU Rogojampi)