(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Pesantren Lateng yang menjadi tempat berdirinya organisasi kepemudaan terbesar di Indonesia, GP Ansor, bakal didaftarkan menjadi cagar budaya.
“Bangunannya sangat luar biasa. Masih original. Apalagi ini merupakan tempat yang bersejarah,” ungkap Endang Prasanti, anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Jawa Timur. Endang menyempatkan diri mengunjungi pesantren tersebut pada 13 Juni 2023 lalu.
Dalam amatannya, Endang meyakini,
bahwa pesantren tersebut diduga kuat sebagai obyek cagar budaya. Begitu pula
dengan bangunan masjidnya yang terletak dalam satu kawasan. “Tapi, nanti perlu
kajian lebih jauh. Apa penetapannya berupa bangunan ataukah kawasan,” sebutnya.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi
Ipuk Fiestiandani menyatakan siap mendukung pendaftaran Pesantren Lateng
menjadi cagar budaya. Menurutnya, pihaknya siap berkolaborasi untuk mengawal
inisiatif warga dalam melindungi situs-situs yang bernilai cagar budaya.
“Pada prinsipnya, kami sangat
mengapresiasi langkah masyarakat ini dan siap untuk memfasilitasi,” ujar Ipuk.
Kompleks pesantren yang terletak
di Jalan Riau, Kelurahan Lateng, Banyuwangi itu diajukan sebagai cagar budaya
atas inisiatif Takmir Masjid Kiai Saleh, Dewan Kesenian Blambangan, Komunitas
Pegon dan dikawal oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi.
Pengajuan tersebut didasarkan
atas dua hal. Yang pertama, adanya fisik bangunan yang masih terjaga
orisinalitasnya. Sedangkan yang kedua secara historis, gedung tersebut
menyimpan sejarah penting dalam perjalanan bangsa.
“Jika kita lihat, bangunannya
masih berarsitektur art deco khas bangunan masa kolonial. Ubinnya dan
tembok-temboknya menyiratkan secara kuat,” ungkap founder Komunitas Pegon,
Ayung Notonegoro menjelaskan bangunan yang selesai dibangun pada 1918 itu.
Pesantren tersebut juga memiliki
sisi historis yang luar biasa. Salah satunya pada 24 April 1934, ditempat
tersebut menjadi sidang Majelis Syuriyah Muktamar ke-IX Nahdlatul Ulama.
Dalam sidang tersebut,
menghasilkan sejumlah keputusan penting. Di antaranya adalah diterimanya
Anshoru Nahdlatoel Oelama (ANO) sebagai bagian resmi dari NU.
“ANO ini kini dikenal sebagai
Gerakan Pemuda Ansor. Badan otonom NU yang memiliki keanggotaan terbesar dalam
organisasi kepemudaan di dunia,” jelas Ayung.
Selain memiliki bangunan yang
berpotensi menjadi cagar budaya, Pesantren Lateng juga menyimpan sejumlah
manuskrip kuno yang juga berpotensi menjadi cagar budaya.
Seperti halnya Babad Tawangalun beraksara pegon ataupun naskah-naskah yang berasal dari Kesultanan Palembang. Kekayaan koleksi naskah dan kitab yang tersimpan di sana, menjadikannya menjadi tuan rumah Festival Kitab Kuning 2023. (humas/kab/bwi)