(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Banyuwangi terus melakukan upaya kreatif, memanfaatkan limbah ternak menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Salah satunya peternakan domba (sopas) di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran yang memanfaatkan kotoran hewan ternak menjadi biogas dan slurry (pupuk organik cair). Dengan cara ini limbah dari peternakan menjadi nol persen.
Di Desa Sumbermulyo terdapat
peternakan domba yang menjadi rumah produksi biogas dan bio-slurry. Rumah
produksi tersebut dikelola oleh para petani dan peternak Kelompok Tani Sumber
Rejeki.
Biogas dimanfaatkan menjadi bahan
bakar pengganti LPG untuk memasak. Saat ini beberapa rumah di sekitar
peternakan telah menggunakan biogas untuk kebutuhan memasak. Mereka juga
menggunakan biogas untuk kebutuhan penerangan.
Selain menjadi biogas, kotoran hewan
ternak tersebut juga diolah dijadikan bio-slurry yang dijadikan sebagai pupuk
organik. Pengolahan limbah ternak ini mulai berjalan sejak awal 2023 lalu.
Bio-slurry merupakan ampas biogas.
Meskipun ampas, namun slurry memiliki banyak nutrisi yang bermanfaat untuk
pertanian. Sebagai pupuk alami slury mampu mengikat nutrisi tanah sekaligus
menggemburkan tanah yang keras.
Bupati Ipuk, saat mengunjungi
peternakan domba di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Sumbermlyo
mengatakan, bio-slurry memiliki mikroba probiotik yang mampu meningkatkan
kesuburan tanah, sehingga berdampak kepada kualitas dan kuantitas hasil panen.
"Apa yang dilakukan para
peternak di desa ini merupakan solusi agar limbah peternakan menjadi nol
persen, karena tidak ada limbah dari peternakan yang tersisa," kata Ipuk.
"Selain itu hasilnya juga bisa
dimanfaatkan oleh para petani untuk pupuk organik, sehingga mengurangi biaya
produksi. Yang terpenting lagi proses kreatif ini juga turut menjaga kesuburan
tanah," tambah Ipuk.
Sarman, pemilik peternakan domba
menjelaskan, pengolahan limbah ini merupakan hasil kerjasama kelompok tani,
Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Banyuwangi, dan program doktor mengabdi
Universitas Brawijaya.
Menururtnya, melalui kerjasama ini
dibangun instalasi digester biogas, untuk mengolah limbah kotoran ternak, juga
proses pengolahan limbah yang cukup mudah.
"Kotoran ternak dimasukkan
dalam mixer untuk dihaluskan. Setelah halus masuk ke tabung biogas, untuk
diambil gas-nya," jelas Sarman.
Setelah gasnya diambil, ampas dari kotoran tersebut menjadi bio-slurry yang dimanfaatkan menjadi pupuk organik untuk petani.
"Pupuk organik ini selain kami gunakan sendiri juga dijual ke kelompok-kelompok petani lainnya di Banyuwangi dalam bentuk pupuk organik cair," tambah Sarman. (humas/kab/bwi)