Pilkada Banyuwangi 2024 Deretan Tokoh Bersatu dan Melawan, Petahana Terancam Tumbang

Pilkada Banyuwangi 2024 Deretan Tokoh Bersatu dan Melawan, Petahana Terancam Tumbang

Ali Nurfatoni bersama Manpan-RB Abdullah Azwar Anas dan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam suatu acara. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id – Abdullah Azwar Anas telah memimpin Banyuwangi sebagai bupati dua periode yaitu 2010-2015, 2015-2020. Kini, giliran istrinya Ipuk Fiestiandani yang menjadi bupati periode 2021-2024.

Jika petahana kembali maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun ini, kans dia melenggang dan menang terbuka, kendati demikian dia juga bisa tumbang. Ada sederet tokoh yang kini tengah gencar melakukan perlawanan dan berusaha mematahkan dominasi dinasti Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi.

Sejumlah tokoh itu berasal dari berbagai latar belakang dan memiliki rekam jejak masing-masing. Di antaranya, Michael Edy Hariyanto, Ketua DPC Partai Demokrat; Sumail Abdullah, Ketua DPC Partai Gerindra, KH. Ali Makki Zaini, mantan Ketua PCNU Banyuwangi.

Baca Juga :

Ada juga KH. Ahmad Munib Syafaat, anggota DPRD tiga periode sekaligus rektor Universitas KH Mokhtar Syafaat Blokagung; Ali Ruchi, seorang birokrat, dan Yusuf Widyatmoko, mantan wakil bupati dua periode. Selain itu ada H. Sugirah, wakil bupati saat ini.

Nama-nama ini muncul ke permukaan sebagai kandidat maju sebagai calon bupati dan atau wakil bupati periode 2024-2029. Mereka sudah malang melintang dalam urusan politik, sosial, kemanusiaan yang mumpuni. Di antara mereka juga telah memberikan manfaat untuk rakyat Banyuwangi dengan segmen yang berbeda-beda.

Perlu diulas, seperti Sumail Abdullah. Pria kelahiran Wongsorejo itu telah memberikan sumbangsih yang besar untuk Banyuwangi. Sebagai wakil rakyat di DPR RI dua periode, kini terpilih lagi untuk ketiga kalinya, berbekal pengalaman di legislatif, dia cukup mumpuni untuk berkiprah di eksekutif.

Lalu, ada Michael Edy Hariyanto selama ini dinilai total dalam membela dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Saat memimpin partai berlambang mercy, dia nyaris tidak pernah diterpa gesekan di internal.

Selama menjadi pimpinan DPRD Banyuwangi, dia dikenal ceplas ceplos dan getol dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Sebagai pengusaha, dia bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengisi eksekutif baik sebagai bupati maupun wakil bupati.

KH. Ali Makki Zaini atau Gus Makki. Tokoh satu ini cukup dikenal luas. Selama memimpin ormas terbesar selevel NU, yaitu PCNU, dia memiliki banyak terobosan. Laden-laden warga NU menjadi jargonnya.

Program sobo deso yang dijalankan, terbukti ampuh dan menjadi primadona di kalangan warga NU. Belum lagi, gagasan terkait kampung NU yang diinisiasi oleh Pengasuh Ponpes Bahrul Hidayat, Dusun Rayut, Desa Parijatah Kulon, Kecamatan Srono itu membawa efek yang besar di kampung-kampung.

KH. Ahmad Munib Syafaat atau Gus Munib. Tokoh satu ini cukup disegani. Tipikalnya yang tidak banyak bermanuver, nyaris tidak pernah ada isu-isu sensitif yang menimpanya. Dia adalah sosok yang bisa disegani baik oleh sesama kawan maupun lawan.

Soal prestasi, jelas tiga periode sebagai wakil rakyat di DPRD dan ketika berlabel akademisi, dia mampu mengantarkan kampusnya naik satu tingkat dari institut menjadi universitas.

H. Sugirah, wakil bupati saat ini juga jelas memiliki pengalaman, baik sebagai legislatif maupun eksekutif. Sebelum menjadi wakil bupati, dia adalah anggota DPRD Banyuwangi dari partai demokrasi indonesia perjuangan (PDI-P).

Berlatar belakang petani, Pakde Sugirah menjadi ikon baru bahwa petani ternyata bisa diterima dipercaya sebagai wakil rakyat dan wakil bupati. Kini, H. Sugirah bertekad maju sebagai calon bupati dan rela melepaskan dan atau mengundurkan diri dari PDI-P.

Nama lain yang jelas memiliki pengalaman mentereng, yaitu Yusuf Widyatmoko. Karir politiknya penuh lika liku. Pernah menjadi DPC PDI-P Banyuwangi satu periode, wakil bupati dua periode saat mendampingi Abdullah Azwar Anas.

Pada pilkada periode lalu, dia maju sebagai calon bupati, namun sayang keberuntungan belum berpihak kepadanya dan kalah atas Ipuk Fiestiandani - H. Sugirah.

Ali Ruchi, seorang birokrat yang juga rela melepaskan jabatan dini, mundur sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Tokoh satu ini sebelumnya muncul menjelang Pilkada 2020, sayang dia gagal meraih tiket rekomendasi parpol. Kini, fotonya tersebar luas di titik strategis di wilayah Banyuwangi.

Deretan nama-nama ini kini terang-terangan bakal menghiasi pesta demokrasi yaitu pemilihan bupati dan wakil bupati yang digeber tanggal 27 November nanti.

Dari profil tokoh-tokoh tersebut, maka pertanyaan muncul. Mengapa mereka ini tampak melakukan perlawanan secara politik terhadap dinasti Abdullah Azwar Anas?

Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda partai politik (parpol) manapun yang bakal memberikan rekomendasi kepada pasangan calon (paslon). Melihat komposisi yang ada, Banyuwangi memang bisa disimak dari hasil perolehan kursi DPRD Banyuwangi.

Paslon bupati-wakil bupati tidak akan lebih dari tiga paslon. Sebab, periode ini hanya diisi oleh 7 parpol yang bisa memberikan jalan menuju KPUD Banyuwangi. Itu pun, hanya ada satu parpol saja, yaitu PDI-P yang bisa mengusung paslon karena mengantongi 11 kursi dari syarat minimal 10 kursi.

Sementara parpol lain, wajib berkoalisi. PKB raih 9 kursi, Demokrat 7 kursi, Golkar 7 kursi, Nasdem 7 kursi, Gerindra 6 kursi dan PPP hanya 3 kursi.

Deretan figur yang beredar luas ini tentu di antara mereka sudah dipastikan tidak akan mendapatkan jatah rekomendasi parpol. Karena kuota berdasar hasil perolehan kursi, mereka tidak bisa ditampung untuk didaftarkan ke KPUD Banyuwangi sesuai jadwal pendaftaran 27-29 Agustus nanti.

Maka muncul istilah baru, misi perjuangan dan misi perlawanan wajah baru Banyuwangi, mereka bisa saja menjadi satu kesatuan yang utuh. Terlepas, siapa kandidat yang mendapatkan rekomendasi parpol saat didapuk menjadi calon bupati maupun wakil bupati.

Jika skenario ini berjalan, maka sang petahana terancam tumbang. Sebaliknya, jika petahana bisa menggaet satu atau lebih di antara tokoh tersebut bergabung, berkoalisi dalam upaya rekonsiliasi, maka sang incumbent juga bisa bertahan mempertahankan kekuasaan hingga satu periode ke depan.

(Penulis: Ali Nurfatoni, Sekretaris Forum Diskusi Dapil se-Banyuwangi)