Untung, didampingi istri, guru difabel MI dan M.Ts swasta di Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep yang dibiayai total oleh UT. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id - Hingga pada usianya yang ke-39 tahun (1984-2023), Universitas Terbuka (UT) telah besar dan dewasa dalam menata lini depan pendidikan di Indonesia. Tak pelak itu semua karena lembaga milik Kemdikbudristek ini telah kenyang dengan ujian, tamparan, kritik saran, dan lain-lain sehingga gerakan philantrofi yang telah berpuluh tahun digerakkan oleh UT melalui lembaga pendidikan, telah disiramsuburkan oleh masyarakat banyak untuk menjadi PTN besar dan bermartabat. Walhasil, doa masyarakat atau bangsa di plosok-plosok Nusantara ini didengar oleh Tuhan tanpa satir yang menghalanginya.
Tugas UT sebagai universitas milik pemerintah dan berstatus negeri, sepertinya tak lepas aplikasi dari gerak kata mutiara Lao Tze (Filosuf Tiongkok) di jaman Dynasti: "Jika tujuan Anda untuk beberapa bulan saja, maka tanamlah padi, jika tujuan Anda untuk ukuran tahun maka tanamlah pohon-pohonan, dan jika tujuan Anda untuk generasi maka "DIDIKLAH MASYARAKAT".
UT telah memberikan berbagai bentuk beasiswa, termasuk
beasiswa untuk kaum difabel. Salah satunya adalah Untung, guru MI Swasta di
Batang-Batang Jaya Kabupaten Sumenep yang sangat tulus mengajar melawan
keterbelakangan, ia dibidik UT dan direduksi beban hidupnya sehingga menjadi
bersemangat untuk berbuat sama dengan insan normal lainnya (Jawa Pos, 27 Mei
2018 halaman 9 kolom 1-5).
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim menyebut bahwa UT sangat
mampu menjadi penggerak Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), terbukti kini UT telah
menghasilkan lebih dari 1,7 juta lulusan, mampu melayani pendidikan jarak jauh
untuk 34 Provinsi di tanah air, dan warga negara Indonesia (WNI) di 42 negara
lewat PJJ (Jawa Pos, 5 September 2020 halaman 5 kolom 1-5).
Tak memiliki dua tangan sejak bayi, Untung menulis/ngajarnya dengan kaki kanan. (Foto: Istimewa)
Sementara itu kini UT telah juga menjadi pelopor kampus
Cyber. Mengapa demikian, karena moto yang dipegang dan dikedepankan UT dalam
seluruh kegiatan khususnya pembelajaran adalah Teknologi, Informasi, dan
Komunikasi (Jawa Pos, 27 September 2020 halaman 9, edukasi).
Berkaitan dengan pernyataan Mendikbud Nadiem, tentang
pencanangan merdeka belajar dan kampus merdeka, sejatinya UT sudah sejak lama
menyiapkan mahasiswa untuk mampu merdeka belajar (Jawa Pos, 23 November 2020
halaman 12).
Jika kesan sejak awal, mahasiswa UT itu orang-orang kerja
yang berusaha 45 tahun ke atas, namun kesan itu telah digugurkan secara alami
bahwa sejak tahun 2012 siswa SMA SMK dan MA mulai menaruh minat yang tinggi
kepada Universitas Terbuka, bahkan jenjang usia 19 hingga 24 tahun mencapai
kisaran 110 ribu di seluruh Indonesia, jumlah itu mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun (Kompas, 05 Mei 2015 halaman 12).
Terakhir, ternyata pendidikan itu tidak mahal, terbukti
kuliah di Universitas Terbuka (UT) murah dan fleksibel. Para kaum milenial
(yang secara umum media koran Kompas menyebutnya MUDAers) mengakui keadaan ini
penuh optimis, baik mereka yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan (Kompas,
17 Februari 2017 halaman 44).
(Penulis:
Suyanto, Magister Kajian Budaya, alumus S2 Unud Denpasar 2007. Dosen UT Jember,
Pokjar Genteng Banyuwangi. Pengampu mata kuliah Kesastraan)