YAICI Bersama Muslimat NU Lanjutkan Edukasi Gizi dan Bahaya Konsumsi Kental ManisPP Muslimat NU Banyuwangi

YAICI Bersama Muslimat NU Lanjutkan Edukasi Gizi dan Bahaya Konsumsi Kental Manis

Edukasi gizi dan sosialisasi penggunaan produk kental manis kepada ibu-ibu muslimat di aula Kantor PCNU Banyuwangi. (Foto: Fattahur)

KabarBanyuwangi.co.id - Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Muslimat NU melanjutkan edukasi gizi dan sosialisasi penggunaan produk kental manis kepada masyarakat Banyuwangi.

Literasi soal gizi dan penggunaan kental manis tersebut berlangsung di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Banyuwangi, Sabtu, (5/3/2022).

Hadir dalam acara tersebut Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Sofihara, Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat dan Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani, Amd, serta puluhan ibu-ibu muslimat NU.

Baca Juga :

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, menjelaskan edukasi yang telah dilakukan YAICI bersama PP Muslimat NU diantaranya, edukasi dan sosialisasi melalui kader, edukasi langsung ke masyarakat, penelitian hingga penggalian data langsung ke masyarakat yang mengonsumsi susu kental manis.


Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat saat memberikan paparan soal penggunaan kental manis. (Foto: Fattahur) 

Hasil penelitian, kata Arif, salah satunya masih ditemukan ibu-ibu yang mempersepsikan kental manis adalah susu, itu bukan, karena kental manis itu adalah gula. Susu kental manis itu sebenarnya hanya untuk toping minuman.

“Persoalan yang kami temukan di lapangan itu beragam. Ada orang tua yang tidak tahu mengenai kandungan susu kental manis, ada yang sudah tahu tapi masih memberikan susu kental manis untuk anaknya. Alasannya juga macam-macam, ada yang karena lebih murah atau anaknya lebih suka," ungkapnya.

Dari hasil kunjungan YAICI ke desa adat Kemiren, Banyuwangi, kata Arif Hidayat, YAICI melakukan penggalian kebiasaan konsumsi susu kental manis oleh masyarakat.

"Kami berbincang dengan masyarakat sekitar, dan ternyata masyarakat di sana sudah mengetahui bahwa susu kental manis ini tidak boleh diberikan kepada anak, dan tidak ada juga yang mengonsumsi,” beber Arif.

“Tapi, pada saat kami bertemu anak-anak yang sedang bermain,  anak-anak mengetahui produk susu kental manis dan mereka mengaku suka mengonsumsi sebagai minuman, jadi orang tuanya bilang nggak mengonsumsi, tapi anak-anak mengaku minum,” imbuhnya.


Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani meminta pemberian gizi sesuai konsep Isi Piringku. (Foto: Fattahur)

Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani meminta masyarakat untuk mengatur pola makan keluarga dengan memperhatikan konsep Iain Piringku sebagai pengganti konsep 4 sehat 5 sempurna.

“Aturan pembagian makanan dalam Isi Piringku adalah 1/2 porsi piring makan terdiri dari sayur dan buah-buahan yang beragam jenis dan warna, 1/3 dari 1/2 porsinya di isi dengan buah-buahan dan 2/3 dari 1/2 porsinya di isi sayuran. 1/3 dari 1/2 piring makan diisi dengan protein, 2/3 dari 1/2 piring makan diisi dengan karbohidrat/makanan pokok (biji-bijian utuh, nasi, gandum, jagung dan lainnya)," jelas Anik Fitri.

Menurut Anik Fitri, kebutuhan asupan makanan antara anak-anak dan orang dewasa itu berbeda. Sehingga pemilihan asupan patut diperhatikan. Untuk dewasa biasanya asupan karbohidratnya lebih tinggi.

"Untuk anak, terutama bayi yang harus diperhatikan adalah kebutuhan proteinnya. Protein penting untuk perkembangan otak. Oleh karena itu pemilihan susu yang dikonsumsi anak ini penting, anak harus mengonsumsi susu untuk anak," paparnya.

Sementara Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Sofihara dalam kesempatan tersebut mengatakan, PP Muslimat NU akan terus mengedukasi masyarakat tentang gizi, terutama kepada kader-kader NU. Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan kesehatan anak dalam keluarga.

 

Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, Erna Yulia Sofihara. (Foto: Fattahur)

Pemberian gizi yang kurang berefek pada masalah stunting yang hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. "Mengenai stunting, yang pertama kali terganggu itu adalah otak anak. Begitu anak lahir, otak anak tidak berkembang sebagaimana mestinya, ini adalah akibat ketidak tahuan ibu," kata Erna.

Data Dinas Kesehatan Banyuwangi, prevalensi stunting dalam 2 tahun terakhir mengalami peningkatan. Jika pada 2019 kasus stunting sekitar 8,1 persen atau sebanyak 7.527 anak, maka di tahun 2020 naik 0,1 persen menjadi 8,2 persen atau 7.909 anak yang berusia kurang dari lima tahun. Kasus-kasus stunting dan gizi buruk tersebut tersebar di 25 kecamatan se Banyuwangi.

Lebih lanjut, Erna menegaskan untuk membatasi konsumsi gula harian. Gula memang diperlukan untuk tubuh, namun konsumsi berlebih juga tidak baik bagi kesehatan.

"Gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker. Jadi sebaiknya konsumsi makanan minuman tinggi gula ini sebaiknya dihindari. Makanya penderita kanker sebaiknya membatasi konsumsi gula, apalagi susu kental manis, ini sangat disukai oleh sel-sel kanker untuk tumbuh," pungkas Erna. (fat)