Cabup-Cawabup Banyuwangi bersalaman usai debat. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Penampilan Gus Makki – Ali Ruchi pada Debat Bupati/Wakil Bupati diluar dugaan banyak orang, sehingga pada satu sisi pasangan hanya diusung PKB ini memunculkan element of surprise, dan patut dipuji, disisi lain, Ipuk-Mujiono penampilan pada debat lebih banyak defensif strategy atau strategi bertahan dengan banyak kecendrungan menagkis argumen lawan.
Debat calon Bupati/Wakil Bupati semalam disiarkan langsung oleh stasiun televisi JTV. Acara yang berlangsung selama 90 menit. Acara dipandu oleh Mustika Ratna sebagai moderator dalam Debat Publik Calon Bupati dan Wakil Bupati yang pertama.
Kegiatan
Debat berlangsung mulai pukul 19.00 WIB. Pada debat perdana ini mengambil tema
“Memajukan Daerah dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Banyuwangi”.
Sedangkan,
untuk panelis pada debat ini, Kaprodi S-2 MPI Universitas KH. Mukhtar Syafaat
(UIMSYA): Muhammad Imam Khaudi, Wakil Rektor 1 Universitas PGRI Banyuwangi:
Novi Prayekti, Ketua Senat Universitas Jember: Andang Subaharianto, Penulis
sekaligus ASN Guru Pendidikan Agama Islam: Mohammad Faisol, dan Rektor
Universitas Bung Karno: Didik Suhariyanto.
Dalam
tampilan wacana politik yang semarak ini, debat bukan saja sekedar kontes
pengetahuan kebijakan, tetapi di dalam debat mencerminkan kemampuan para
kandidat untuk terlibat, membujuk dan mengartikulasikan visi mereka untuk masa
depan Banyuwangi.
Ipuk-Mujiono Lebih Defensive Strategy, Gus Makki-Ali Ruchi menunjukkan
Element Of Surprise
Di
antara para kedua kandidat pasangan calon Bupati/wakil Bupati Banyuwangi: Ipuk
Festiandani Azwar Anas di awal, kurang tenang di dalam menyampaikan visi-misinya.
Hal itu terlihat dari gayanya menyampaikan argurmentasinya cenderung dengan text
book.
Padahal,
semestinya Ipuk seharusnya lebih tenang, karena isu dan temanya merupakan
bidangnya yang mempunyai pengalaman selama menjabat selama kurang lebih 3,5
tahun, seharusnya dapat dikuasai dengan baik.
Meskipun
demikian, sebagai petahana Ipuk perlahan dengan tenang, menyampaikan
keberhasilan memerkan kinerja selama ini, misalnya: di awal debat perdana ia
pamerkan keberhasilan salah satu murid penerima bantuan dari program Banyuwangi
Cerdas, hingga catatan beragam penghargaan dari pusat.
Begitu
juga dengan wakilnya, Ir. Mujiono. Pengalaman Birokrasi-nya seharusnya dapat
memberikan sentuhan warna baru, terutama melengkapi dari unsur birokrasinya,
namun penampilan semalam, mantan sekda Banyuwangi itu, terkesan jauh dari
ekspektasi publik. Bahkan, blunder terjadi ketika menyebut di dalam sesi
perencanaan Banyuwangi yang telah dilakukan selama 15 tahun. Tentu saja, hal
ini sempat menjadi perhatian kembali oleh Gus Makki.
Disamping
itu, Ir. Mujiono setidaknya agak kalem, sambil bergantian menunggu waktu dari
Calon Bupatinya, untuk menyampaikan argumentasi, dan seharusnya banyak
hal yang dapat di elaborasi, terutama isu-isu yang dianggap krusial,
seperti: menjawab isu kekurangan tenaga kerja Kesehatan dari panelis yang
menjadi sorotan tajam. Tetapi, hal itu belum ada jawaban yang kongkrit, dan
cenderung text book dengan membaca
kembali beberapa programnya.
Hal
ini penting, mengingat isu ini ditunggu dari beberapa tenaga Kesehatan yang
meninginkan perubahan, dalam perbaikan sistem tenaga kesehatan.
Disamping
itu, Ipuk senantiasa menggunakan program yang populis, seperti UMKM naik kelas.
Di awal ia pamerkan data-data penerima bantuan alat usaha, mulai dari program
Jagoan Bisnis, Kanggo Riko, hingga teman usaha rakyat. Melihat paparan hasil
itu, tampaknya senangtiasa percaya diri dengan mempaparkan keberhasilan, tampa
disentuh dengan pembaruan yang tentu saja, berdasarkan evaluasi kinerja.
Sedangkan,
Gus Makki di awal penampilan memunculkan element
of surprise atau mengejutkan banyak orang, di awal
banyak orang yang mengunderstime Gus Makki, karena latar belakangnya tidak
memiliki pengalaman pengalaman dalam Birokrasi. Tetapi, pada debat ini, Gus
Makki lebih rileks di dalam menyampaikan argumentasi.
Bahasa
yang digunakan lugas, dan mudah dimengerti banyak orang. Latar belakangnya
seorang Kiai ditunjukkan, dengan sikap santun yang mengatur tempo di dalam jual
beli argumentasi. Mungkin, kelemahan Gus Makki hanya terletak pada bagaimana
mengartikulasi implementasi kebijakan, dengan angka dan data di lapangan.
Tetapi,
sebagai penantang, Gus Makki dirasa cukup baik, dia cukup mampu mengusai
persoalan, banyak argumentasi perubahan yang ditawarkan. Misalnya: diawal debat
Gus Makki ingin mengajak kolaborasi perguruan tinggi swasta (PTS) lokal di
Banyuwangi, yang selama ini masih kurang diperhatikan oleh pemerintah
Banyuwangi.
Kemampuan
di dalam menjawab argumentasi panelis, Gus Makki menjawab pada konteks,
berdasarkan realita yang di lapangan. Penampilan yang cenderung menyerang
dilihat di beberapa momen debat, misalnya: mengomentari UMKM Naik Kelas dengan
menyentil, bukan saja solusi dengan menggelar festival, tetapi Gus Makki
menawarkan pemberian modal usaha tanpa jaminan.
Kekosistenan
di dalam menyerang argumentasi, tetap memiliki kelemahan, terutama kemampuan di
dalam mengartikulasi kata yang dirasa kurang, kemudian menjelaskan kata-kata
sukar masih kurang, dibandingkan dengan pasangan 01.
Sedangkan,
calon Wakil Bupati-nya, Ali Ruchi tampil lebih mengimbangi Gus Makki.
Artikulasi kata masih kurang, sehingga banyak pemborosan kata yang terjadi
dalam moment debat ini. Beberapa kali terlihat, Ali Ruchi memberikan argumentasi
melebihi batas dari durasi waktu yang ditentukan oleh KPU. Hal ini bisa menjadi
kelemahan, terutama bagaimana manjemen waktu untuk lebih dapat diatur kembali.
Tetapi,
kemampuan sebagai birokrat, beberapa kali melengkapi dari pendapat dari
Gus Makki, ia sangat lugas mengusai masalah, dan memberikan antitesa narasi
argumentasi dari lawan debat.
Ipuk-Mujiono Menyerang Pengetahuan Kebijakan, Gus Makki – Ali Ruchi
Cerdik di dalam memanfaafkan Isu PLT, Tata Kelola CV
Kedanti
demikian, ada beberapa topik yang menarik yang mencuri perhatian publik pada
debat pertama. Pertama, di dalam sesi tanya jawab. Pasangan 01 menanyakan
tentang bagaimana deflasi hingga solusi kongkretnya dalam mengkomentari
penurunan harga barang dan jasa di suatu wilayah. Fenomena ini terjadi
mengangkibatkan daya beli masyarakat menurun.
Jawaban
02 dirasa belum kongkret, dan terkesan lari dari pertanyaan hingga
menunjukkan promblematika di masyarakat, langkah berani Gus Makki dan Ali Ruchi
tidak diimbangi dengan landasan teoritis, sehingga terkesan jawaban terlalu
mentah dan mudah ditangkis oleh pihak lawan.
Hingga
pada kesempatan debat, Gus Makki keselio lidah, dia menyebut deflasi dengan
sebutan devaluasi. Hal ini menunjukkan,
sisi pengetahuan dan pengalaman Ipuk – Mujiono lebih mempuni.
Tetapi,
secara pertanyaan tersebut elitis, dan kurang populis pada masyarakat. Hal
demikian, sebetulnya Ipuk Festiandani Azwar Anas, ingin menunjukkan dirinya
lebih pengalaman dengan kata-kata sukar dalam ekonomi, kepada lawannya yang
kurang memiliki pengalaman di birokrasi.
Kedua,
pasangan 02 secara agresif menyerang dua isu yang penting. Pertama, sadar bahwa
birokrasi menjadi segmentasi yang strategis di dalam kacamata pasangan 02. Ia
menanyakan soal pengangkatan pejabat PLT di lingkungan pemerintah daerah.
Bahkan, Gus Makki menyentil istilah PLT dengan akronim pejabat lillahitalla.
Isu
demikian sangat sesentif, sadar bahwa ini serangan yang menukik dari pihak
lawan. Jawaban 01 kurang menjawab secara lugas dan terlalu keluar dari jawaban
yang ditanyakan oleh pasangan 01.
Cara
yang dilakukan dengan tetap bertahan dengan mempertahankan argumentasi,
misalnya dengan dalih terjadi moratarium atau jarak penganggakatan terlalu lama
oleh pegawai ASN di Banyuwangi.
Dalil
itu selanjutnya, dibantah mentah-mentah oleh Ali Ruchi diujung debat. Ia
menyampaikan banyak rekan-rekan yang seharusnya memenuhi syarat, tetapi belum
dapat diangkat.
Perdebatan
ini, pasangan 02 berhasil mengkapitalisasi isu PLT dilingkungan pemerintah
daerah, dibandingkan pasangan 01, yang telah menjadi bola liar panas di telinga
pejabat ASN di Banyuwangi.
Ketiga,
isu pemberdayaan CV di Banyuwangi. Tentu, pasangan 02 cerdik di dalam
memanfaatkan isu ini, karena hal ini menjadi perhatian kepada para pengusaha
yang menyaksikkan debat ini.
Pasangan
01, tentu sama dilakukan dengan tetap bertahan, dengan menjawab telah sesuai
dengan prosedur secara sistem pengadaan online. Hal yang paling menarik, yang
menjawab Calon Wakil Bupati, yang notabane pernah menjabat sebagai Kepala Dinas
Pekerjaan Umum, tanpa dilengkapi argumentasi Calon Bupati.
Adu
Argumen terjadi, antara dua birokrat tersebut. Pasangan 02 pun menawarkan hal
yang baru, terutama kebijakan diskresi oleh seorang pimpinan, yaitu pengadaan
lelang yang nantinya hanya warga desa sekitar, sehingga dapat meningkatkan
lapangan kerja, melalui padat karya.
Meskipun,
dibantah oleh pasangan 01, dengan aturan diskresi dilakukan,
jika dalam keadaan darurat. Tetapi, hal ini yang baru dalam sebuah argumentasi,
dan tentu saja pasangan 02 cerdik, di dalam memanfaatkan momentum yang dapat
ditawarkan kepada pengusaha.
Terakhir,
isu soal skala prioritas penganggaran daerah. Pertanyaan ini ditujukkan kepada
pasangan 02. Meskipun, diawal dijawab secara diplomatis oleh Ali Ruchi, tetapi
ada hal yang baru, terutama strategi peningkatan PAD atau pendapatan asli
daerah.
Tawaran
02 lebih kongkret, dengan bukan saja menyusun anggaran yang baik, tetapi tidak
disertai dengan peningkatan PAD atau pendapatan asli daerah, maka anggaran
tidak dapat dimaksimalkan.
Pasangan
02 juga menawarkan gagasan, mulai dari 3 Miliar per desa diluar DD/ADD,
hingga koloborasi pengelolahan Pelabuhan Tanjung Wangi, dengan daerah
penyangga Kabupaten tetangga, sehingga memicu peningkatan dari pendapatan
daerah.
Ia
juga memberikan tawaran, dengan memberikan keluasaan kepada desa, di dalam
mengelola anggaran di dalam usulan perencanaan melalui musdes. Pasangan 02,
dengan lugas untuk tidak ada lagi program titipan dari pemerintah daerah kepada
desa.
Sedangkan
pasangan 01, berdalih bahwa pertanyaan itu tidak dapat dimengerti oleh pasangan
02. Skala prioritas penggangaran semestinya dijelaskan secara kongkrit, dengan
menyusun skala prioritas program kerja yang disusun di dalam penganggaran.
Berebut Pengaruh Coattail effect Prabowo Subianto
Hal
yang luput dari perdebatan ini, nama Prabowo Subianto sebagai Presiden
Indonesia disebut. Saya mencatat Ipuk Festiandani Azwar Anas menyebut
diawal-awal debat, sedangkan Gus Makki mengutip pidato kenegaraan Prabowo di
awal pelantikan, jangan terlalu senang ketika melihat angka dan data dalam
sebuah statistik.
Saling
klaim membawa nama presiden, lumrah terjadi. Terutama, teori coattail effect
atau pengaruh ekor jas. Istilah yang merujuk kepada hasil yang diraih oleh
suatu pihak dengan tokoh penting atau tersohor.
Hal
demikian mafhum, adu klaim kedekatan dengan Presiden Prabowo penting, terutama
mengelola strategi marketing politik yang mempengaruhi persepsi di masyarakat
bawah.
Pada
akhirnya, debat Calon Bupati/Wakil Bupati Banyuwangi merupakan gambaran nyata
dari proses demokrasi yang sedang berlangsung di Banyuwangi. Debat ini, sekilas
memberikan gambaran tentang pikiran dan gaya mereka yang bercita-cita untuk
memimpin, mengingatkan pemimpin pentingnya pengambilan keputusan.
Penampilan
Ipuk Festiandani Azwar Anas dengan Ir. Mujiono didukung oleh pengalaman luas di
level birokrasi dan menjabat 3,5 tahun belum sepenuhnya efektif, belum banyak
hal yang baru yang didapatkan di panggung debat, justru, pasangan ini cenderung
tampil lebih bertahan, dengan menangkis beberapa argumen dari lawan.
Disisi
lain, penampilan Gus Makki – Ali Ruchi menampilkan element of surprise,
pasangan ini tampil dengan cerdik dengan melotarkan dua isu penting di
permukaan publik, yaitu : Isu PLT di lingkungan ASN, tata kelola CV, dengan
beberapa banyak tawaran terbaru, salah satu tawaran dana 3 miliar per desa,
diluar dd/add.
Selanjutnya, masih ada dua debat lagi. Kita menunggu evaluasi dari KPU, terutama soal durasi waktu, yang mungkin dapat ditambah, sehingga meningkatkan argumentasi di dalam memperkaya wawasan terhadap kedalaman visi/misi calon Bupati/Wakil Bupati Banyuwangi mendatang. (Athoilah Aly Najamudin)