Self Portrait hasil karya Jibon Krisna Jiwanggi Banyu. (Foto: Instagram @krisnajiwanggibanyu)
KabarBanyuwangi.co.id - Sebagai seniman pemula yang baru saja kembali dari Jakarta, setelah lulus kuliah dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tahun 2020 dan beberapa waktu kemudian saya menikah.
Kurang lebih selama satu tahun, saya menghabiskan waktu bekerja mengelola sawah serta kebun milik orang tua, dan vakum berkarya. Meski demikian, di sela-sela itu saya masih terus mengikuti perkembangan dunia seni rupa.
Setelah bertegur sapa via sosial media, pada Februari
2021, saya dan Dwiki Nugroho Mukti, kurator dan Direktur Biennale Jatim,
membuat sebuah ruang ‘Culture Studies Center’ yang berbasis pada perkembangan
Kontemporer.
Dalam perjalanan, kami membuat ruang diskusi, Open Call
Program Pameran, Resindensi dan terakhir Residensi Biannale Jatim ke IX. Tempat
itu bernama ‘Ruang Kawitan’ yang berada di lingkup Studio ayah saya, yakni S
Yadi K.
Pada rancangan rapat mengenai pameran hari jadi
Banyuwangi, seluruh perupa Banyuwangi berkumpul di Ruang Kawitan.
Singgungan mengenai kuratorial sangat masif digaungkan, bahkan pada rapat itu melahirkan Kembang Langit sebagai judul Pameran Harjaba 2021 dan menjadikan Imam Maskun sebagai Ketua Panitia yang pada waktu itu masih hangat-hangatnya pandemi Covid-19.
Pada gebrakan pertama, Imam Maskun menjadikan pameran
Harjaba itu digubah menjadi ArtOs Kembang Langit sekaligus menyertakan
kuratorial Agus Darmawan T dan mengundang Perupa Nasional sekelas Nasirun, Putu
Suta Wijaya dan banyak lagi.
Imam Maskun juga mengundang kolektor sekelas Oei Hong
Djin dan Melani untuk sama-sama menunjukkan eksistensinya dengan perupa
Banyuwangi pasca memuncaknya pandemi Covid-19.
Jibon berkarya di studio teras depan rumahnya.
(Foto: Instagram @krisnajiwanggibanyu)
Kemudian, Langgar Art muncul sebagai tonggak baru
perkembangan seni rupa di Banyuwangi yang berani mewadahi perupa-perupa untuk
terus eksis berkarya.
Gebrakan lain, muncul kelompok dan kolektif lama, seperti
Awogh, Paras Blambangan, Satu Sama, Ruang Kawitan, Kolektif Perupa Lesbumi dan
sebagainya.
Dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun ini, saya melihat
geliat perkembangan seni rupa di Banyuwangi sangatlah maju dari tahun-tahun
sebelumnya.
Yang mencengangkan dari bidikan saya mengenai
perkembangan seni rupa di Banyuwangi itu, pandemi malah menjadi ajang tonggak
kemajuan seni rupa Banyuwangi dan tolok ukur untuk tidak mengendorkan semangat
teman-teman perupa yang kian masif berkarya.
Pameran ArtOs Kembang Langit sebagai tolak ukur dari
gebrakan Imam Maskun yang berani dan bertekad memajukan seni rupa dan
menjadikan Banyuwangi titik alternatif pemetaan seni rupa yang baru di
Indonesia. Biasanya, poros utamanya adalah Jogja, Bali, Jakarta, dan Bandung,
seperti yang dikutip dari Kurator ArtOs Nusantara 2023 Wayan Seri Yoga Parta.
Pasca ArtOs Kembang Langit, dinamika di Banyuwangi sangat
menggelitik, mulai dari masalah personal dan kelompok. Pasca ArtOs Kembang
Langit itu juga sudah marak pameran-pameran yang diadakan oleh perupa maupun
kelompok di Banyuwangi.
Pada 20-28 Mei 2023, Pameran Artos Nusantara menunjukan
perkembangan yang signifikan dari pameran tersebut sebelumnya.
Dari kuratorial yang ketat, pendisplaian yang berstandar,
dan karya-karya teman perupa yang tidak kalah bersaing dari perupa nasional,
hingga pemilihan tempat pameran yang menyulap gedung tua bekas pengeringan ikan
asin di Pantai Marina Boom yang sekarang dikelola oleh PT Pelindo Properti
Indonesia.
Menurut saya, ini langkah cerdas, seperti Venice Biannale
di Arsenale yang menyulap gedung tua hanggar kapal menjadi tempat pameran.
Takjub dan berani!
Rekontruksi Caturbhasa Mandala, karya Jibon yang
dipamerkan di ArtOs Nusantara 2023. (Foto: Firman)
Setelah itu, pada 5 Juni 2023, Pameran Seni Rupa Boom Art
Fair mulai digelar dalam bentuk kepedulian Imam Maskun sebagai pemangku dari
pameran ini dengan mengajak teman-teman perupa, untuk sama-sama eksis pasca
Pameran Seni Rupa Artos Nusantara.
Pameran seni rupa Boom Art Fair sendiri mengambil Tema
Kultur Budaya. Art Fair adalah wacana yang ditunjukan panitia kepada pengunjung
dan kolektor lokal. Serta untuk mewujudkan laboratorium baru seni rupa di
Banyuwangi.
Semangatlah berkarya dan tetap menjaga dinamika!
Sedikit kutipan puisi Candra Malik:
Jika tumbuh dewasa ada ujungnya, jangan sampai menua sia-sia.
Dalam perjalananku menyusuri usia, setidaknya harus
pernah bijaksana.
(Penulis: Firman Aji Krisna Prasaja alias ‘Jibon’ Krisna Jiwanggi Banyu, Seniman Muda, Ketua Panitia Pameran Boom Art Fair 2023)