Cerita Dewi Agustiningsih Warga Banyuwang Berhasil Raih Gelar Doktor di Usia 26 TahunDewi Agustiningsih

Cerita Dewi Agustiningsih Warga Banyuwang Berhasil Raih Gelar Doktor di Usia 26 Tahun

Dewi Agustiningsih, raih gelar doktor di usia muda. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id – Dewi Agustiningsih kini berhasil menyandang gelar doktor di usia 26 tahun. Perempuan kelahiran 27 Agustus 1998 ini sekarang berkarir sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Alumni SMAN 1 Glagah Banyuwangi lulusan tahun 2016 ini merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara yang lahir dan besar di Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi.

Dewi merupakan anak dari pasangan Suyanto dan Surahmah. Ayahnya yang lulusan SMP bekerja sebagai sopir tidak tetap. Sementara ibunya, hanya mengenyam pendidikan SD, bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Baca Juga :

Keterbatasan ekonomi membuat Dewi Agustiningsih harus berjuang lebih keras dalam pendidikannya.

“Kami harus sangat berhati-hati dalam mengatur keuangan. Dulu, saat kakak-kakak saya masih sekolah, bapak saya masih bekerja, sehingga mereka bisa menyelesaikan SMA tanpa terlalu banyak kendala,” cerita Dewi, saat diwawancarai, Kamis (6/2/2025).

“Namun, ketika saya kelas 2 SMP, bapak saya pensiun, dan di titik itulah saya benar-benar merasakan perjuangan berat dalam menempuh pendidikan,” imbuhnya.

Meski mengalami keterbatasan, dukungan orang tua selalu menjadi pilar utama dalam perjalanan akademiknya. Sejak kecil, Dewi memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap ilmu pengetahuan.

Fenomena alam sederhana, seperti warna langit saat senja atau rasa asin air laut, memantik kecintaannya pada sains, khususnya kimia.

Menururt Dewi, sosok yang paling berpengaruh dalam perjalanan akademik adalah ibunya. Meskipun tidak mengenyam pendidikan tinggi, sang ibu selalu menanamkan pentingnya ilmu pengetahuan dan memberikan dukungan moral yang luar biasa.

“Ketika saya ragu dengan diri sendiri, ibu selalu mengatakan, ‘Kamu bisa, Nak. Kamu punya kemampuan untuk mencapai mimpimu.’ Kata-kata itu terdengar sederhana, tetapi di saat-saat sulit, itulah yang menjadi kekuatan terbesar saya untuk terus maju,” kenangnya.

Keinginannya untuk mengubah nasib keluarga melalui pendidikan membawanya meraih beasiswa Bidikmisi di Program Studi Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM).

Berkat prestasi akademiknya, ia terpilih mengikuti program PMDSU (Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul), yang memungkinkannya menempuh pendidikan S2 dan S3 secara langsung tanpa seleksi terpisah.

“Beasiswa ini sangat membantu saya karena tanpa itu, saya mungkin tidak akan bisa melanjutkan kuliah,” ujarnya.

Saat menjalani program doktoral, Dewi mendapat kesempatan berharga untuk melakukan riset selama satu tahun di Hokkaido University, Jepang. Pengalaman tersebut membuka wawasannya dan memperkenalkan metode penelitian bertaraf internasional.

“Saya belajar banyak tentang teknik eksperimental yang lebih canggih dan bagaimana kolaborasi antar peneliti dari berbagai negara bisa menghasilkan inovasi yang lebih besar,” jelasnya.

Dewi Agustiningsih saat mengajar sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB). (Foto: Istimewa)

Setelah menyelesaikan studi doktoralnya, Dewi bergabung sebagai dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB.

“Saya selalu bercita-cita menjadi ilmuwan dan pendidik. Saya ingin terus berpikir kritis, melakukan riset, dan berkontribusi dalam dunia pendidikan. Profesi dosen memberikan saya ruang untuk terus belajar, meneliti, dan berbagi ilmu dengan generasi mendatang,” ungkapnya.

Dewi juga mengungkapkan alasannya memilih ITB sebagai tempat berkarir.

"Karena saya ingin berkarier di institusi terbaik di Indonesia yang memiliki lingkungan akademik yang kuat dan kompetitif. Saya ingin berada di tempat yang bisa mendorong saya untuk terus berkembang dan menghasilkan penelitian berkualitas tinggi,” jelasnya.

Dewi berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda, terutama mereka yang menghadapi keterbatasan ekonomi. Ia berpesan kepada para siswa SMAN 1 Glagah dan generasi muda lainnya untuk tidak takut bermimpi besar dan selalu mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin.

“Chance favors the prepared mind,” kutipnya dari Louis Pasteur. “Kesempatan hanya akan datang kepada mereka yang sudah mempersiapkan diri dengan baik. Jadi, apapun impian kalian, persiapkan diri sebaik mungkin,” ucapnya.

“Tidak ada kesuksesan yang datang secara instan. Semua butuh usaha, kerja keras, dan ketekunan. Jangan takut bermimpi besar, tetapi pastikan kalian siap untuk memperjuangkannya," tambahnya.

Dewi pun masih memiliki target besar, termasuk menjadi profesor dan melanjutkan postdoctoral di luar negeri.

“Itu bukan hal yang mudah, terutama di ITB yang punya standar akademik tinggi. Tapi saya akan terus berusaha. Dalam waktu dekat, saya juga ingin melanjutkan postdoctoral di Jepang atau negara-negara Eropa. Saya ingin terus berkembang dan berkontribusi lebih luas dalam dunia akademik,” tutupnya. (red)