
(Foto: humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id – Sebagai upaya melestarikan sekaligus mempromosikan Tari Gandrung secara berkelanjutan, Banyuwangi menggelar kompetisi Tari gandrung yang dikemas dalam Festival Gandrung “Dari Masa ke Masa”. Kompetisi ini diikuti ribuan peserta dari sejumlah daerah di Pulau Jawa dan Bali.
Festival Tari Gandrung “Dari Masa ke Masa” berlangsung selama tiga hari mulai 24-26 Desember di Gelanggang Kesenian Banyuwangi (Gesibu). Event ini diikuti 1500 peserta mulai dari tingkat TK-SMA dan umum. Ada yang dari Jogja, Gresik, Lumajang, Situbondo, Bondowoso, hingga Bali.
Bupati Banyuwangi Ipuk
Fiestiandani mengatakan Tari Gandrung adalah identitas budaya Banyuwangi yang
sarat makna sejarah, filosofi, dan nilai kebersamaan. Lomba ini bukan sekadar
ajang kompetisi, tetapi juga upaya melestarikan warisan budaya agar tidak
hilang ditelan zaman.
“Lomba ini Juga menjadi ruang
bagi generasi muda untuk mencintai dan mengembangkan seni tradisi,” kata Ipuk,
Sabtu (27/12/2025).
Ipuk menyampaikan apresiasi dan
terima kasihnya atas upaya dan dukungan berbagai pihak yang secara konsisten
melakukan regenerasi penari Gandrung serta mempromosikan Gandrung hingga ke
kancah nasional dan internasional. “Terima kasih pada semua pihak yang
telah menginisiasi kegiatan ini,” ujar Ipuk.
Inisiator sekaligus penyelenggara
Festival Gandrung “Dari Masa ke Masa” Sabar Haryanto, mengatakan event ini merupakan
tahun ketiga penyelengaraan. Setiap tahunnya ribuan peserta ikut berpartisipasi
dalam lomba ini.
“Sebagai pegiat seni daerah ini
adalah bentuk dukungan dan partisipasi kami bersama -sama dengan pemerintah
untuk terus menghidupkan dan melestarikan Gandrung khususnya pada generasi
muda,” kata Sabar yang juga Pengasuh Sangar Tari Lang Lang Buana Banyuwangi.
Pada tahun ini pihaknya sengaja
mengundang sanggar dan komunitas Tari dari sejumlah daerah untuk ikut
berpartisipasi, karena Tari Gandrung sudah banyak ditarikan oleh penari di luar
daerah.
“Alhamdulillah peserta lomba dari
luar kota cukup banyak, padahal kami hanya berkabar melalui surat. Ini
menunjukkan kalau Tari Gandrung memang sudah familiar bagi mereka,” katanya.
Ada delapan variasi tari Gandrung
yang dibawakan oleh para peseta dalam kompetisi tersebut. Yakni Gandrung
Seblang Lukinto, Gandrung Gurit Mangir, Gandrung Jaran Dawuk, Gandrung Variasi,
Gandrung Sri Dewi, Gandrung Kembang Menur, Gandrung Marsan.
“Kompetisi ini juga sebagai cara
mengenalkan berbagai jenis atau variasi Tarian Gandrung. Karena Tari Gandrung
punya banyak variasi yang berkembang sesuai konteks budaya, cerita rakyat,
maupun kreativitas seniman,” terang Sabar.
Salah satu pelatih Tari dari
Lumajang Nasseh, mengatakan ia menurunkan dua grup untuk mengikuti kompetisi di
Banyuwangi. Tari Gandrung telah menjadi tarian yang biasa ditarikan di
komunitasnya.
“Kami berlatih khusus untuk
kompetisi mulai November. Tapi tidak terlalu kesulitan karena teman-teman sudah
mengenal Gandrung,” ujarnya.
Sementara itu salah satu
penarinya Ikrom, pelajar kelas 9 SMPN 1 Tempeh Lumajang mengaku sangat senang
bisa mengikuti Lomba Tari Gandrung di Banyuwangi. Dengan basic penari berbagai
genre, ia tidak begitu kesulitan untuk menari Gandrung.
“Gerakannya susah-susah gampang saat latihan, tapi bersyukur bisa, dan masuk final,” ujar Ikrom yang membawakan Tari Gandrung Marsan atau Tari Gandrung yang khusus dibawakan oleh laki-laki. (*)