Keluarga korban menunggu proses pemulangan jenazah di RSUD Blambangan, Banyuwangi. (Foto: Fattahur)
KabarBanyuwangi.co.id – Dugaan pengeroyokan menimpa seorang santri dari salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Banyuwangi. Korban diketahui berinisial AR (14), asal Buleleng, Bali.
Sebelumnya korban dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya kritis usai diduga dikeroyok sejumlah seniornya di lingkungan ponpes.
Nyawa AR tak tertolong setelah enam hari koma dan dirawat
intensif di ruang ICU RSUD Blambangan, Banyuwangi. Korban dinyatakan meninggal
dunia pada Kamis (2/1/2025).
"Korban pengeroyokan di salah satu pondok pesantren
berinisial AR, hari ini pukul 13.20 WIB dinyatakan meninggal dunia," kata
Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra saat ditemui di RSUD
Blambangan.
Rama menyebut, proses hukum tetap berjalan, bahkan penyidik
telah menetapkan enam santri senior sebagai tersangka kasus penganiayaan AR.
Mereka diancam Pasal 170 KUHP.
"Pasalnya tetap 170 KUHP, yang berubah hanya pada
poin dan ayat. Yang awalnya kekerasan memicu luka berat tapi kontruksinya
berubah kekerasan hingga menyebabkan meninggal dunia," jelasnya.
Jenazah AR segera dipulangkan ke rumah duka di Buleleng,
Bali, setelah seluruh proses pengurusan di rumah sakit rampung.
"Karena untuk kepentingan penyelidikan sudah cukup
maka jenazah sudah bisa dipulangkan ke rumah duka di Bali. Tidak perlu ada
autopsi," ujar Rama.
Rama menambahkan, saat ini penyidik tengah melakukan pendalaman lebih lanjut. Sejumlah pengurus ponpes turut dimintai keterangan. "Dari pihak pesantren sudah kami mintai keterangan sebagai saksi," tegasnya.
Kapolresta
Banyuwangi, Kombespol Rama Samtama Putra. (Fattahur)
Santri asal Buleleng, Bali itu masuk rumah sakit pada Sabtu (28/12/2024) sekitar pukul 03.00 WIB dalam kondisi kritis dan tak sadarkan diri. Oleh tim medis, ia didiagnosis mengalami mati batang otak akibat cedera kepala berat.
"Karena ada beberapa luka (di kepala), langsung
dilakukan CT scan dan ditemukan ada pendarahan otak," kata Koordinator
Pelayanan Medis RSUD Blambangan, dr Ayyub Erdiyanto.
Pihak rumah sakit sempat melakukan tindakan operasi
emergency terhadap korban. Hasilnya didapati, pendarahan otak di bagian kepala
kiri, mulai dari belakang hingga depan.
Saat tiba di rumah sakit, pendarahan itu sudah parah. Cairan darah menumpuk di tempurung sehingga memberikan tekanan berlebih pada otak. Akibatnya, korban mengalami kematian batang otak. "Selain luka kepala, pasien kami itu juga mengalami lebam pada dada dan lengan," ujar dr Ayyub. (fat)