Penjual Kacang Unting khas Olehsari dengan "Cingkek-nya". (Foto: Dok. Pemdes Olehsari)
KabarBanyuwangi.co.id – Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, selama ini dikenal sebagai tempat ritual Seblang yang digelar setiap hari Raya Idul Fitri.
Ternyata sejak tahun 1925, Desa Olehsari atau dulu disebut ‘Uli-Ulian’ ini, sudah dikenal sebagai pusat produksi Kacang Unting. Bila ada keramaian, biasanya penjual Kacang Unting dengan pikulan yang disebut “Cingkek” terlihat mondar-mandir.
“Penjual Kacang Unting di Olehsari jumlahnya 100 lebih,
atau sekitar 20% dari tolah jumlah penduduk Olehsari,” kata Joko Mukhlis,
Kepala Desa Olehsari kepada KabarBanyuwangi.co.id, Kamis (27/5/2021).
"Selain dari hasil kebun sendiri, kacang tersebut juga hasil
membeli borongan, atau ‘Nebas’ dari petani-petani sekitar Olehsari,” imbuhnya.
Mengenai keterkaitan dengan Bali, menurut Joko Mukhlis,
sudah lama terjadi. Bersamaan dengan awal orang Olehsari menekuni berjualan
Kacang Unting, karena sesepuh orang Olehsari juga berasal dari Bali, yaitu
Buyut Ketut.
“Makam Buyut Ketut itu, menjadi satu rangkaian ritual adat Seblang. Para tokoh adat dan rombongan Seblang, selalu ‘nyekar’ ke Petilasan Mbah Ketut sebelum menjalankan ritualnya,” ungkap Joko Muklis.
Ibu-Ibu di Desa Olehsari membersihkan Kacang Unting sebelum direbus. (Foto: Dok. Pemdes Olehsari)
Berdasarkan data Desa Olehsari, setiap hari ada sekitar 20
ribu unting Kacang dikirim ke Bali. Sebaran di Bali ke sejumlah Kota sekitar
Denpasar, dengan tetap mempertahankan “Cingkek” sebagai alat berjualan.
“Mereka di Bali bisa sampai 3 hari, baru pulang. Saat
dagangannya habis tidak langsung pulang, melainkan menunggu kiriman dari
keluarga yang ada di Olehsari. Kondisi seperti itu sudah berjalan lama, sebelum
saya lahir,” jelas Joko.
Sekarang pihak Desa Olehsari bersama BUMDES, sedang
mengembangkan residu atau butiran kacang yang lepas dari tangkai atau untingan.
Kacang-kacang tersebut diolah menjadi kacang sangrai, kemudian dijulkan ke pasar
dengan pangsa pasar yang lain dari Kacang Unting rebus.
“Sekarang tinggal menunggu rancangan kemasannya, agar ada
nilai tambah bukan hanya sekedar kacang sangrai. Kalau rasanya, saya jamin
tidak kalah dengan kacang-kacang sangrai bermerek yang beredar di pasaran,”
pungkas Kepala Desa Olehsari sambil berpromosi. (sen)