(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Supiyati tak kuasa menahan air mata haru setelah melihat langsung cucunya, Irmawati, dipastikan bakal menjadi pelajar di SMPN 3 Muncar.
Menjelang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang sedang berkantor di Desa Kumendung, Muncar, langsung ikut menjemput Irmawati dan mendampinginya untuk dipastikan masuk ke SMPN 3 Muncar. "Ya Allah terima kasih. Cucu saya akhirnya bisa sekolah," kata nenek berusia 55 tahun.
Di Banyuwangi, menjelang PPDB yang
akan dibuka pada awal Juni, Bupati Ipuk telah mengintruksikan kepada Dinas
Pendidikan untuk jemput bola terutama kepada para pelajar kurang mampu. Hal ini
untuk memastikan mereka bisa mengakses PPDB dan tetap melanjutkan sekolah.
Supiyati mengaku, setelah Irma
lulus dari SDN 1 Kemendung, Muncar, dia bingung apakah cucu kesayangannya itu
akan lanjut sekolah atau tidak.
"Setelah lulus SD, saya sudah bilang sama Irma, mungkin terpaksa tidak sekolah dulu. Saya sudah tua dan kesehatan menurun," kata Supiyati.
Irma adalah seorang anak yatim.
Sejak lahir dia tinggal bersama neneknya di rumah berukuran sekitar 5x5 meter.
Keseharianya, Supiyati hanya membuka warung kecil menjual makanan ringan di
samping rumahnya.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Penghasilannya tidak seberapa.
Menjadi kian sulit karena kondisi kesehatan Supiyati mulai menurun. Supiyati
sebenarnya berharap pada ibu kandung Irmawati yang tinggal di Kecamatan lain,
namun juga tidak ada kepastian.
"Sejak kecil anak ini sudah
saya rawat. Ibunya masih ada, tapi juga tidak bekerja. Sekali lagi saya ucapkan
terima kasih," kata Supiyati sambil terus mengusap air matanya.
Irmawati sendiri juga terlambat
sekolah beberapa tahun dibandingkan anak seusianya. Selama ini, meski sekolahnya
jauh, Irma tetap semangat sekolah. Biasanya dia berangkat sendiri mengendarai
sepeda, meski matanya mengalami masalah.
"Senang rasanya akhirnya bisa
sekolah. Dulu sekolah tidak ada yang ngantar, berangkat sendiri naik
sepeda," ucap anak yang bercita-cita menjadi chef itu.
Supiyati mengatakan, Irma adalah
anak yang penuh semangat. Selama ini dia terbiasa mandiri. Selain berangkat
sekolah sendiri, dia juga membuat sarapan sendiri. "Masakannya juga enak.
Dia senang belajar masak," katanya.
Selain dibantu untuk sekolah lagi,
Bupati Ipuk juga mengintruksikan kepada Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
untuk memasukkan warung Supiyati dalam progran Warung Naik Kelas (Wenak).
Warung Supiyati akan mendapat
bantuan berbagai alat usaha dan pembenahan warung. Ipuk juga meminta
jajarannya untuk memfasilitasi bantuan kacamata kepada Irma, agar Irma bisa
melihat lebih sempurna.
Ipuk mengatakan, PPDB tahun ini
harus diikuti dengan program jemput bola kepada para pelajar kurang mampu.
Pandemi Covid-19 membuat potensi anak putus sekolah meningkat.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Meski biaya dasar sekolah sudah
gratis, ada beberapa kendala yang dihadapi keluarga kurang mampu, seperti
mengajak anak untuk bekerja membantu orang tua. “Dengan jemput bola, kita cegah
anak putus sekolah," kata Ipuk.
Apalagi, sambung Ipuk, PPDB sebagai
sebuah sistem memang terdiri atas beberapa mekanisme. Keluarga kurang mampu
bisa jadi kesulitan mengikuti alur yang ada.
“PPDB ini sistem, di situ ada
mekanisme yang harus dicermati, seperti pagu sekolah, kemudian harus buka
website PPDB. Untuk buka website saja, kan keluarga kurang mampu bisa jadi
kesulitan. Makanya harus jemput bola, harus kita dampingi,” ujar Ipuk.
Ipuk pun mengintruksikan jajaran
Dinas Pendidikan lebih proaktif mencari anak yang berpotensi putus sekolah.
"Semua harus bergerak. Camat
juga harus bantu dampingi pelajar kurang mampu. Termasuk seluruh warga, saling
menginfokan, misal ada tetangganya belum daftar PPDB, infokan ke perangkat,
agar ditindaklanjuti,” beber Ipuk.
PPDB tahun ini terdapat empat jalur. Pertama, zonasi dengan kuota 50 persen untuk pelajar di sekitar sekolah. Kedua, jalur prestasi 30 persen. Ketiga, jalur afirmasi pelajar kurang mampu 15 persen. Keempat, jalur perpindahan tugas orang tua/wali 5 persen. (Humas/kab/bwi)