Lebih Dekat dengan Ahmad Bisri, Muadzin Tuna Netra asal Desa Kalipahit -TegaldlimoAhmad Bisri

Lebih Dekat dengan Ahmad Bisri, Muadzin Tuna Netra asal Desa Kalipahit -Tegaldlimo

Ahmad Bisri muadzin tuna netra bersama istrinya. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Seorang muadzin tuna netra mengumandangkan Adzan di Masjid Baitul Muttaqin, Desa Kalipahit, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi mendadak viral di media sosial beberapa waktu lalu. Video yang diunggah ke media sosial oleh salah satu jamaah masjid, ramai diperbincangkan banyak orang.

Bagaimana tidak, meski penglihatannya terganggu, suara lantang yang merdu dari adzan sang muadzin ini benar-benar membuat orang yang mendengarnya menjadi terharu sekaligus kagum. Keterbatasan fisik yang dialami muadzin ini tak menjadi penghalang bagi dirinya untuk melakukan hal bermanfaat bagi banyak orang.

Muadzin ini adalah Ahmad Bisri, seorang kakek berusia 61 tahun, warga Desa Kalipahit, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi. Penyakit glaukoma yang mengakibatkan kebutaan sejak tahun 2010 silam membuat dirinya kini tak bisa bekerja lagi sebagai buruh tani seperti dahulu kala.

Baca Juga :

Sejak saat itu, Ahmad Bisri yang tak bisa melihat, memilih mendedikasikan dirinya untuk menjadi tukang adzan di sebuah Masjid tak jauh dari rumahnya. Mulai dari Adzan Dzuhur hingga Isya’, kumandang suara adzan dari Ahmad Bisri inilah yang memanggil warga di sekitar Taman Nasional Alas Purwo ini agar datang ke masjid untuk menjalankan ibadah lima waktu.


Keterangan Gambar : Ahmad Bisri saat berada di Masjid Baitul Muttaqin. (Foto: Istimewa)

Menjadi muadzin memang sudah menjadi aktivitas sehari-harinya sejak kebutaan ia alami. Sejak pukul 10.00 pagi, ia pun bersiap berangkat ke masjid untuk mengumandangkan adzan. Keputusan Ahmad Bisri mendapat dukungan dari keluarganya agar tetap kuat dan bertahan menjalani hidup.

Terutama dari sang istri, Siti halimah (55). Istri Ahmad Bisri menjadi sosok yang selalu mendukung agar suaminya terus semangat menjadi seorang muadzin. Karena keterbatasan fisik yang ia alami, Ahmad Bisri yang biasa dipanggil pak mad ini selalu diantar istrinya untuk pergi ke masjid dengan sepeda gayuh yang dituntun istri tercintanya.

“Iya saya ini kegiatan sehari-harinya ya begini, jam 10 pagi siap-siap menuju masjid. Ke masjid mesti diantar istri pakai sepeda, tapi tidak saya naiki. Tapi dituntun terus saya pegang boncengannya. Kalau pulang kadang dijemput istri lagi, ya kadang ada jamaah yang mengantar pulang,” kata Ahmad Bisri. 


Keterangan Gambar : Ahmad Bisri diantar istrinya pulang dengan menuntun sepeda gayuh. (Foto: Istimewa)

Setelah solat Dzuhur selesai dijalankan, Ahmad Bisri tak langsung pulang ke rumahnya. Ia pun memilih menunggu tugas berikutnya untuk mengumandangkan Adzan Ashar hingga Isya’ di masjid tersebut.

Karena keterbatasan biaya, kini Ahmad Bisri pun hanya bisa pasrah dengan kebutaan yang ia alami. Berbagai pengobatan mulai dari medis, hingga tradisional pun sudah ia lakoni untuk menyembuhkan matanya tersebut. Namun, upaya yang dilakukan itu tak berhasil mengembalikan indera penglihatannya.

“Dulu sudah saya obati ke mana-mana tapi enggak sembuh-sembuh. Mata saya itu normal sejak lahir, tapi sejak tahun 2010 saya mengidap penyakit katanya glaukoma akhirnya saya begini ini. Kalau untuk Adzan itu saya dulunya belajar melalui radio-radio waktu di Pesantren. Alhamdulilah saat ini bermanfaat,” ungkap kakek yang sebelumnya bekerja sebagai buruh tani ini. (man)