Grup Angklung Caruk Sekar Tanjung Alasmalang saat tampil. (Foto: Istimewa)
KabarBanyuwangi.co.id – Peluncuran buku Angklung: Tabung Musik Blambangan (Sabtu, 10/043/2021) lalu, mampu menggerakan dan menghidupkan kembali semangat para panjak dan seniman Angklung lama di wilayah Kecamatan Singojuruh. Tampilnya Kelompok Angklung Sekar Tanjung Alasmalang, bersama Kelompok Angklung Sekar Wangi Pasinan, sebetulnya sudah puluhan tahun ditunggu tanpa ada kepastian.
“Saat kedua
kelompok Angklung Caruk tua ini akan tampil, warga sekitar kecamatan Singojuruh
sudah bergejolak ingin ramai-ramai datang. Namun denganh kondisi pandemi, semua
mempunyai kesadaran tidak akan ramai-ramai sebagaimana umumnya. Bahkan
kelompoik Sekar Tanjung, juga tidak banyak berkabar kepada warga lain jika akan
pentas,” ujar Sarpin, tokoh warga Alasmalang kepada KabarBanyuwangi.co.id.
Sarpin menambahkan, meski ‘woro-woro’ sengaja dibatasi, tetapi secara internal di lingkungan Sekar Tanjung gelora sambutanya terus membara saat menerima tawaran tampil pada acara peluncuran buku Angklung: Musik Tabung Blambangan.
“Apalagi
main bersama Kelompok Anglung Caruk Sekar Wangi dari Pasinan, meski tetangga
desa tetapi merupakan musuh bebuyuitan saat di panggung. Teman-teman Sekar
Tanjung sudah siap akan memporak-porandakan gendhing-gendhing Sekar Wangi.
Namun saya melakukan pendekatan bersama Kang Juwono dari Sukarejo, akhirnya
disepakati pendukung tidak boleh masuk kalangan,” tutur Pensiunan Polisi ini.
Keterangan Gambar : Grup Angklung Aekar Tanjung persiapan sejak semalam. (Foto: Istimewa)
Meski ada
pembatasan-pembatasan, warga mengaku tidak kecewa. Sebaliknya mereka mengaku
senang bisa tampil setelah puluhah tahun Angklung Caruk tidak pentas di
Banyuwangi, apalagi kondisi Pandemi seperti sekarang. “Ibarat ‘udun’, kata
orang Using, kemarin itu sudah ‘mbeldos,” kata Sarpin dalam Bahasa Using.
Bukti mereka semangat sebelum tampil itu, bisa dilihat dari mereka latihan secara terus menerus. Bahkan anak-anak muda ini, saat berlatih langsung didampingi panjak senior.
“Saat tampil, semua generasi muda yang memainkan. Hanya Badut Kang Awi
dan yang megang selthen orang lama. Sebetulnya kita sudah siapkan Badut Muda,
tetapi masih kurang sempurna tariannya,” tambah Sarpin.
Sebagai wujud memiliki kesenian Angkung Sekar Tanjung, Warga Alasmalang rela merogoh kocek sendiri, mengumpulkan dana untuk memperbaiki gamelan yang mulai kusam.
Keterangan Gambar : Semangat memperbaiki gamelan yang mulai kusam. (Foto: Istimewa)
"Saking semangatnya, warga dan tokoh masyrakata Alasmalang langsung iuran. Mereka tidak mau Group Angklung kesangannya tampil tidak maskimal, karena bagi kami ini pertaruhan nama baik. Setelah acara di Umah Kebo-Keboan, warga bertanya-tanya kapan dapat kesempatan lagi. Sudah terlalu lama angklung caruk tidur,” pungkas Sarpin yang semangat saat awal persiapan hingga pementasan. (sen) – Bersambung