Kelompok Ki Ageng Joyo Karyo dalam sebuah penampilan. ( Foto: Artevac)
KabarBanyuwangi.co.id - Pelaksanaan Lomba Patrol tahun 2021, sempat menjadi sorotan akibat teknik penjurian dan persyaratan berbeda dengan lomba-lomba yang digelar Pemkab Banyuwangi dan Dewan Kesenian Blambangan (DKB).
Namun setelah ada penjelasan, bahwa Lomba Patrol yang pertama kali digelar swasta atau non Pemkab ini mempunya visi dan misi berbeda. Akhirnya bisa diterima dan berjalan sesuai rencana.
Dari penampilan babak penyisihan 13 (tiga belas) peserta,
saya mengikut dari Youtube dan Facebook yang diunggah oleh sejumlah penggiat
sosmed dan Youtuber Banyuwangi. Tampak sekali, masing-masing group mempunyai
pola dan pemahaman yang berbeda dari tradisi tabuhan khas Banyuwangi.
Kelompok Patrol Ki Ageng Joyo Karyo, merupakan
pengejawantahan konsep tabuhan yang diwarisi oleh seniman-seniman Kampung
Sawahan yang terkenal pada jamannya.
Bahkan ada tokoh Angklung yang mempunyai kemampuan
aransemen, serta konsepnya bisa diterima kalangan seniman tradisional
Banyuwangi, yaitu almarhum Sutejo Hadi.
Berbeda dengan Mbah Gandrung Singojuruh, Ki Ageng Joyo Karyo
dibackup simpatisan Sawahan yang ingin konsep pembaharuan tetap tegak berdiri,
dengan tanpa mengesampingkan tehnik bermusik pendahulu yang sudah lama
tenggelam.
Meski demikian, tidak menolak pembaharuan tehnik-tekhnik
baru dan penampilan atas dasar kekuatan idiom lokal, bukan dari luar daerah.
Selama babak penyisihan hingga final, saya dan teman
Sawahan lainnya mengamati lewat medsos. Ada yang di Bali, Surabaya dan saya di
Probolinggo.
Bahkan secara intensif kami melakukan Analisa dan evaluasi
melalui zoom meting hingga subuh, setiap usai penampilan Lomba Patrol yang
berlangsung di Waroeng Kemarang.
Pukulan timpal Sawahan asli yang menjadi ciri khas, sudah
banyak yang hilang dan diklaim dari orang luar. Diidentifikasi lagi sembari
meraciknya, dengan beberapa pukulan rampak kendang temuan almarhum Sahuni
Singojuruh dan Sunardiyanto Mangir yang diterapkan di trotok.
Konsep ini pernah diterapkan pada Mbah Gandrung Singojuruh,
saat saat keliling dan akhirnya menobatkan Mbah Gandrung menjadi Juara pada
tahun 2019.
Namun saat menangani langsung Joyo Karya, kami sengaja
tidak tetumpu pada teknik bermusik yang itu sudah dikuasai anak-anak. Kami
justru menambahkan tekanan pada koreografi dan bloking panggung, dengan meminta
bantuan maestro tari Subari Sofyan.
Ini bukan seni musik belaka, namun seni pertunjukan yang
harus diimbangkan dengan seni suara dan seni tari sekaligus.
Semula saya
menjagokan Mbah Gandrung sebagai pesaing berat, tetapi Mbah Gandrung terjebak
ekaplore vokalis yang berlebihan dan gaya panggung yang rupanya cukup
mengganggu musiknya.
Mereka tampil tegang, meski sebagai juara. Eksplore vokalis
berlebihan, padahal kemampuan skill individu penabuhnya sangat bagus, sayang
tidak dieksplore.
Sedangkan Kharisma Blambangan Cungking, terjebak sebagaimana
kasus Marwi dalam Angklung Caruk dan meminimkan kekuatan idiom lokal. Dalam
lomba patrol tahun ini, saya yakin Joyo Karyo akan memenangi Lomba Patrol Tahun
2021.
Keterangan Gambar : Mengawal
proses latihan Ki Ageng Joyo Karyo. (Foto: Elvin Hendratha)
Joyo Karyo mengeksplore dan mengeloborasikan antara pukulan
timpal Sawahan, pukulan timpal Temenggungan dan Rampak kendang Sunardiyanto,
dengan penampilan yang eye catcing, tetapi tidak mengesampingkan ekspolore
skill individu yang menghibur.
Berikut perbandingan sekilas konsep penampilan antara, Joyo
Karyo dan Pengamen Jalanan-Dinas Sosial yang merupakan reperesentasi dari icon
Patrol pada masa lalu pada era 70-80 an.
Pengamen Jalanan, Dinas sosial :
1 . Pukulan Banyuwangian (Blabakan) dipukul disaat masuk
pentas atau laik laik
2. Pukulan rampak untuk atraksi setelah blabakan/ Banyuwangian
3. Nuansa Santana (dimasukkan sebelum lagu atau sesudah
lagu)
4. Jazz (untuk variasi komposisi)
Joyo Karyo
1. Blabakan : digunakan untuk masuk dan keluar pentas
bersama laik-laik khas Banyuwangi.
2. Trotok Bali Balian biasanya dimainkan jika Sawahan
memainkan Dwi Laras (selendro/pelog) untuk variasi sebuah komposisi.
3. Pencakan untuk mengiring pukulan 3/4
4. Balasik untuk mengiring lagu 4/4
Banyak lagi pukulan lainnya, yang kita pelajari termasuk
pukulan Trotok Temenggungan. Sengaja kami mempelajarinya untuk mengetahui
sejauh mana dan seperti apa rumitnya TROTOK temenggungan yang katanya menjadi
andalan.
Jadi kita pinjam tenaga lawan, juga dari kedua tim
khususnya pelaku Patrol Banyuwangi Kota, memang sedikit berbeda cara pukulnya
dibanding wilayah selatan trotok terkadang tidak ditimpal ,hanya memainkan jeb-jeb
atau bersama seperti mameinkan kendang.
Pukulan khas Sawahan masih banyak yang terus kami pelajari
dan terus digali kembali, karena dulunya memang hanya bermodal telinga sekedar
mendengarkan. Kelak harus ada upaya menuliskan pola-pola pukulan itu, yang
sebenarnya merupakan salah satu aset besar tehnik pukulan Banyuwangi
dibandingkan daerah lainnya.
(Penulis: Elvin Hendratha, Pembina Kelompok Seni Ki Ageng
Joyo Karyo Sawahan)