Miris! Ratusan Pelajar di Banyuwangi Terindentifikasi Perokok Aktif Lewat Tes SmokerlyzerDinkes Banyuwangi

Miris! Ratusan Pelajar di Banyuwangi Terindentifikasi Perokok Aktif Lewat Tes Smokerlyzer

(Foto: Ilustrasi AI)

KabarBanyuwangi.co.id – Ratusan pelajar sekolah dasar (SD) di Kabupaten Banyuwangi teridentifikasi sebagai perokok aktif. Hal ini terungkap setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan gratis bagi anak dan remaja usia 7-18 tahun.

Pemeriksaan kesehatan gratis ini merupakan salah satu program yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, dan telah menyasar 44.917 pelajar di Banyuwangi.

Di Banyuwangi, program ini ditargetkan menjangkau 184.771 siswa, mulai SD hingga SMA, baik sekolah negeri, swasta, maupun di lingkungan pondok pesantren.

Baca Juga :

Plt. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, Amir Hidayat mengungkapkan, dari 35.372 pelajar SD yang telah diperiksa, sekitar 2,2 persen atau 792 di antaranya terindikasi perokok aktif.

Hal itu dibuktikan dengan pengakuan siswa diperkuat dengan penggunaan alat Smokerlyzer, pendeteksi kadar karbon monoksida (CO) dalam napas, yang berfungsi untuk menilai tingkat paparan asap rokok atau perokok aktif.

“Perbandinganya seperti dari 100 orang itu ada 2 sampai 3 orang yang merokok,” kata Amir kepada wartawan, Rabu (27/8/2025).

Sedangkan untuk pelajar SMP, dari 8.292 pelajar yang diperiksa, 425 atau 5,1 persen terindentifikasi perokok aktif. Jika dibandingkan dari 20 orang, ada 1 anak telah menjadi perokok aktif.

Di tingkat SMA, dari 1.253 pelajar yang telah diperiksa, ditemukan 179 anak atau 14,3 persen perokok aktif. Perhitungannya, setiap 10 orang itu ada 1 sampai 2 anak yang merokok.

“Setelah dia mengaku dan dicek menggunakan Smokerlyzer, terlihat memang ada nikotin di paru-parunya,” terang Amir.

Amir menyebut, motif pelajar mencoba merokok beragam, mulai dari ikut-ikutan teman hingga pelarian dari stres. Yang bikin geleng-geleng, sekitar 30 persen siswa mengaku merokok karena meniru orang yang mereka hormati.

“Seperti gurunya, ustadnya, hingga orang tuanya. Kurang lebih 30 persen alasan dari pelajar tersebut ikutan orang yang dihormatinya merokok,” ungkapnya.

Guna menekan angka perokok di kalangan pelajar, Dinkes menggencarkan Gerakan Sekolah Sehat (GSS), sebuah program yang bertujuan membentuk budaya hidup sehat di lingkungan sekolah melalui lima pilar sehat seperti makanan bergizi, fisik, imunisasi, jiwa, dan lingkungan dengan diimplementasikannya pada program Sekolah Asuh Sehati (SAS).

Plt. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, Amir Hidayat. (Foto: Fattahur/Dok)

Upaya lainnya yakni dengan memasifkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada guru. Dinkes juga menunjuk Stikes Banyuwangi dengan didampingi oleh tim dari Universitas Indonesia (UI) untuk merumuskan Peraturan Daerah (Perda) tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

“Jadi nanti di sekolah, di kantor, di ruang publik tidak boleh ada aktivitas merokok, dan akan disediakan secara khusus ruang untuk merokok,” jelas Amir.

Amir berpesan kepada guru dan orang tua untuk terus mengawasi anaknya. Pihaknya meminta supaya menjadi role model yang baik bagi siswa atau anaknya.

“Buatlah lingkunganya yang baik untuk anak, jauhkan dari lingkungan yang memiliki pengaruh kurang baik untuk anak,” kata Amir. (fat)