Pacu Adrenaline Berenang Bersama "Baby Shark" di Rumah ApungBangring Underwater

Pacu Adrenaline Berenang Bersama "Baby Shark" di Rumah Apung

Pengunjung berenang bersama ikan hiu di Rumah Apung, Bangsring Underwater. (Foto: Istimewa)

KabarBanyuwangi.co.id - Klinik kesehatan untuk kucing atau anjing mungkin sudah biasa kita dengar. Bagaimana dengan klinik yang khusus untuk merawat hewan buas seperti hiu? Di Pantai Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, ada sebuah klinik yang sejak tahun 2014 lalu telah menyembuhkan ratusan ikan hiu anakan atau baby shark.

Hiu-hiu yang terluka karena terjerat jaring nelayan kemudian dikarantina dan diobati selama enam bulan lamanya untuk selanjutnya dilepas kembali. Layaknya dokter hewan peliharaan pada umumnya, para nelayan Rumah Apung disibukkan merawat hewan yang terkenal buas di lautan. Ikan hiu yang dirawat di keramba terapung bukanlah yang sudah dewasa, melainkan masih berusia 1 – 2 tahun, jadi tidak buas.

Berawal dari keprihatinan akan mulai langkanya ikan hiu di dasar laut, pengelola Bangsring Underwater mulai memanfaatkan keramba ikan hias yang kosong di Rumah Apung untuk dijadikan tempat karantina. Baby shark diperoleh dari nelayan setempat yang tidak sengaja menangkapnya saat mereka sedang mencari ikan untuk dikonsumsi.

Baca Juga :

“Biasanya, ikan-ikan hiu ini terjerat jaring nelayan, bersama ikan konsumsi lainnya. Karena hiunya meronta setelah terkena jaring, akhirnya membuat luka di bagian mulut atau bagian tubuh lain. Agar tidak mati, sebelum dilepas kembali ke lautan bebas, baby shark yang terluka ini akhirnya kami karantina,” kata Sukirno, salah satu pengelola Rumah Apung, Bangsring Underwater.

Selama enam bulan, baby shark mungil mendapatkan perawatan istimewa hingga pengobatan layaknya hewan peliharaan kucing maupun anjing yang sedang menjalani perawatan di sebuah klinik hewan. Pengobatan yang dilakukan pun cukup sederhana, ikan-ikan hiu yang terluka karena jeratan jaring, rutin diberi antibiotik agar tidak mudah terinfeksi.

Keramba ikan hiu di tengah laut pun, harus dipastikan selalu bersih dari sampah agar bakteri tidak mudah menjangkiti luka yang dialami ikan hiu. Selama masa karantina di keramba, ikan-ikan hiu anakan juga rutin diberi makan oleh pengelola.

“Sederhana kok obatnya, kami berikan obat antibiotik. Biasanya kami gunakan supertetra, Alhamdulillah sembuh semua lukanya,” tambah Sukirno.

Adanya klinik hiu di kawasan konservasi terumbu karang juga dimanfaatkan pengelola wisata untuk dijadikan destinasi wisata pemacu adrenaline. Wisatawan yang datang, tidak hanya disuguhi pemandangan indahnya warna-warni ikan, maupun terumbu karang di dasar laut. Para pengunjung juga bisa merasakan sensasi berenang hingga selfie bersama ikan hiu di keramba berukuran 5 meter persegi.


Keterangan Gambar : Nelayan bersama pengelola Rumah Apung Bangsring Underwater sedang mengamati ikan hui yang sakit. (Foto: Firman)

“Ikan hiu yang sudah kami rawat di klinik ini jumlahnya mencapai ratusan, sembuh langsung kami lepas. Untuk jenis ya macam-macam, ada jenis hiu black tip, hiu jenis white tip maupun hiu tokek,” terang Sukirno.

Meski ikan hiu sudah agak jinak, wisatawan tetap harus didampingi oleh pemandu saat berenang bersama hiu. Wisatawan juga tidak boleh banyak bergerak, maupun memegang ikan hiu saat berada di dalam air agar hiu tidak merasa terganggu.

“Kelihatannya mudah, tapi untuk memindahkan ikan hiu ini ke tempat lain harus hati-hati. Dulu kami memegang hanya pakai tangan kosong, banyak teman kami yang digigit,” ujar Mastalianto, salah satu penyelam Bangsring Underwater.

“Akhirnya sekarang bakai jaring kecil biar aman. Untuk wisatawan juga begitu, kalau ingin selfie atau berenang bareng hiu harus didampingi guide. Selama berada di dalam air juga tidak boleh banyak bergerak agar kita tidak digigit hiunya,” imbuhnya.

Hingga saat ini sudah seratus lebih baby shark yang dirawat oleh nelayan setempat. Setelah dipastikan sembuh, ikan hiu yang menjalani pengobatan di klinik langsung dilepasliarkan kembali di perairan Selat Bali.

Klinik ikan hiu berdiri atas hasil swadaya pengelola wisata dan nelayan setempat. Selain sebagai tempat wisata adrenaline, klinik hiu di pantai Bangsring juga bisa dijadikan sarana edukasi kepada masyarakat agar ikut melestarikan hewan laut yang terancam punah.

“Pesan penting yang kami sampaikan kepada masyarakat dengan adanya klinik hiu ini adalah agar masyarakat lebih mencintai akan hewan yang sudah mulai punah ini. Kalau masyarakat bisa melihat langsung seperti ini, saya yakin mereka akan lebih mencintai hiu. Dengan begitu, hewan ini tidak akan menjadi punah ke depannya,” kata Ikhwan Arief, pengelola Bangsring Underwater. (man)