(Foto: Humas/kab/bwi)
KabarBanyuwangi.co.id - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang digelar di TTID Hoo Tong Bio, Rabu (8/12/2021).
Dalam kesempatan tersebut, Ipuk menerangkan bahwa Banyuwangi tengah menyusun data penyandang disabilitas yang terintegrasi.
"Kami sedang menyiapkan data
disabilitas terintegrasi. Dengan data tersebut, dapat menggambarkan ragam dan
karakteristik masing-masing. Sehingga ke depan, kebijakan dan perencanaan
program bisa lebih berdampak,” kata Ipuk.
Selama ini, lanjut Ipuk, Pemkab
Banyuwangi telah meluncurkan berbagai program yang ramah disabilitas. Salah
satunya adalah program Agage Pintar (Ayo Cepat Pintar) yang ada di bidang
pendidikan. Program ini mengharuskan semua jenjang pendidikan menerima
penyandang disabilitas di lingkungan sekitarnya.
"Kami mendorong semua sekolah di Banyuwangi menjadi inklusif. Sehingga anak-anak penyandang disabilitas tidak lagi harus jauh-jauh sekolah di sekolah khusus yang jauh dari rumahnya," terang Ipuk.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Selain itu, lanjut Ipuk, berbagai
kantor pemerintah dan fasilitas publik lainnya secara bertahap dilengkapi
dengan layanan ramah penyandang disabilitas. Sehingga akan mempermudah akses
mereka.
“Kami juga terus mendorong dunia usaha di Banyuwangi untuk menerima karyawan penyandang disabilitas. Bahkan, kami juga membuka jalur khusus penyandang disabilitas dalam formasi CPNS. Ini semata-mata untuk memberikan hak kesetaraan, agar para disabilitas bisa mendapatkan hak-hak nya dengan baik,” ujar Ipuk.
Peringatan Hari Disabilitas
Internasional berlangsung begitu semarak. Ratusan penyandang disabilitas dari
berbagai komunitas hadir dan menampilkan berbagai keahlian masing-masing. Ada
seorang komposer, pantomim, maupun yang mengikuti lomba rias.
Ipuk juga sempat berdialog dengan
para penyandang disabilitas untuk menyerap aspirasi mereka. Salah satunya Dedi
Miswar, seorang teman netra yang pernah menyabet juara baca puisi tingkat
nasional.
“Kami mohon agar
pelatihan-pelatihan untuk teman netra lebih diperbanyak lagi, Bu,” ujar Dedi
yang juga seorang impersonate (menirukan suara orang lain).
Dedi juga meminta dukungan Pemkab
Banyuwangi untuk radio streaming yang telah dia rintis bersama teman
disabilitas yang lain di Yayasan Kesejahteraan dan Pendidikan Tuna Indra
(YKPTI) Banyuwangi.
Di tengah dialog tersebut, Ipuk didatangi seorang gadis yang langsung memeluknya. Hani, gadis teman grahita tersebut, bercerita kalau dia ingin naik haji, sambil terisak di pundak Ipuk. “Saya pingin naik haji, doakan saya ya bu,” pinta Hani.
Ipuk pun trenyuh sambil mendoakan
Hani agar disegerakan naik haji. “Terus berdoa ya nak, hafalan Quran kamu Insha
Allah akan menyegerakan doamu,” bisik Ipuk ke Hani.
(Foto: Humas/kab/bwi)
Hani adalah santri di pondok
pesantren ABK Ahmad Dahlan Banyuwangi. Saat ini dia mampu menghafal 3 juz dalam
Al Quran. “Kamu keren nak,” kata Ipuk.
Satu persatu penyandang disabilitas menyampaikan aspirasinya kepada Ipuk. Salah satunya Putri yang berharap pemkab menyediakan layanan penerjemah bagi penyandang tunarungu.
“Misalnya, di kantor-kantor layanan
publik, kegiatan festival, hingga informasi daerah yang ditayangkan lewat
videotron agar ada penerjemah. Ini akan sangat membantu kami para teman rungu,”
kata Putri yang seorang tunarungu.
“Terima kasih atas sarannya. Mari
kita semua saling bergandeng tangan membangun daerah ini dengan kapasitas
masing-masing. Bagi penyandang disabilitas yang berprestasi, kami telah
menyediakan beasiswa. Ini sudah jalan sejak beberapa tahun terakhir,” pungkas
Ipuk.
Hadir dalam peringatan tersebut sejumlah penyandang disabilitas asal Banyuwangi yang telah banyak menorehkan prestasi. Seperti Bang Dzoel fotografer yang telah keliling dunia, Mustaq Bilal seniman pemahat kepala Barong Kemiren, juga ada Diang Gusti Pangayom yang baru saja meraih medali emas bulutangkis pada Pekan Paralimpiade Nasional. (Humas/kab/bwi)